tirto.id - Di berbagai belahan bumi, siklus waktu yang dihadapi manusia tetap sama, yakni pagi, siang, sore, dan malam. Hanya saja, waktunya yang berbeda-beda. Siang hari ditandai dengan posisi Matahari di titik tertinggi, sementara malam hari ditandai dengan tenggelamnya Matahari.
Hal tersebut seolah menunjukkan Matahari yang bergerak, tetapi nyatanya tidak seperti itu. Bukan Matahari yang bergerak, melainkan Bumi yang bergerak dari Barat ke Timur. Sementara Matahari diam, itulah yang kita sebut sebagai gerak semu harian Matahari. Letak Matahari yang seolah-olah berubah ini menyebabkan perbedaan pada pagi, siang, sore, dan malam.
Demikian juga dengan panas sinar Matahari yang kita rasakan berbeda-beda. Pada pagi dan sore hari, sinar Matahari berada pada posisi miring, sehingga daerah yang terkena sinar Matahari cukup luas. Oleh karena itu, pada pagi dan sore hari Matahari tidak terasa seperti siang hari yang lebih panas.
Penyebabnya adalah berasal dari rotasi bumi, demikian dikutip buku Geografi Paket C (2017: 31). Rotasi Bumi adalah perputaran bumi pada sumbunya, yaitu Matahari. Bumi berotasi dari arah Barat ke Timur.
Untuk melakukan satu kali rotasi Bumi memerlukan waktu 23 jam 56 menit 41 detik, yang kemudian dibulatkan menjadi 24 jam. Waktu untuk satu kali rotasi disebut kala rotasi, yang secara umum dikenal dengan istilah satu hari.
Dalam hal ini, terjadinya siang dan malam dilandasi oleh bagian Bumi yang menerima sinar Matahari dan yang tidak menerima sinar Matahari. Mengutip modul Bumi Kita Dalam Tata Surya Kita (2010: 19), hal ini terjadi karena Bumi terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian Bumi yang menghadap Matahari dan bagian Bumi yang membelakangi Matahari.
Pada bagian Bumi yang menghadap Matahari, daerah tersebut akan mengalami siang hari. Sedangkan pada bagian Bumi yang membelakangi Matahari, daerahnya akan mengalami malam hari. Siang dan malam bergantian di setiap tempat, seperti halnya pergantian waktu atau jam.
Dalam 24 jam, setiap tempat di permukaan Bumi telah berputar sebesar 360° bujur. Dengan demikian, setiap 15° atau kelipatannya disebut bujur standar. Waktu bujur standar disebut waktu lokal, yang masing-masing berselisih 1 jam dengan waktu lokal berikutnya.
Oleh karena itu, di permukaan Bumi terdapat 24 waktu lokal. Penetapan waktu dimulai dari garis bujur 0 derajat, yaitu di kota Greenwichdi London, Inggris. Garis bujur di sebelah timurnya (disebut bujur timur) waktunya lebih awal atau ditambahkan 1 jam setiap kelipatan 15°, Sedangkan garis bujur yang ada di sebelah baratnya (disebut bujur barat) waktunya lebih lambat atau dikurangi 1 jam setiap kelipatan 15°.
Perbedaan lama siang dan malam
Perbedaan lamanya siang dan malam ini erat kaitannya dengan revolusi Bumi serta kemiringan sumbu Bumi. Kemiringan ini terlihat dari bidang ekliptika yang besarnya 23½°, menimbulkan beberapa gejala alam yang diamati berulang setiap tahunnya.
Gejala alam itu misalnya pada 23 September sampai 22 Desember panjang siang dibelahan Bumi utara lebih pendek bila dibandingkan panjang siang di belahan Bumi selatan. Sehingga bagi umat muslim yang menjalankan puasa di daerah lintang tinggi, sering mengalami puasa lebih lama karena matahari beredar lebih dari 12 jam.
Penulis: Nika Halida Hashina
Editor: Alexander Haryanto