tirto.id - Olahraga jalan cepat mengandung bermacam manfaat, baik untuk kesehatan mental maupun fisik. Kegiatan fisik ini bisa menjadi alternatif pengganti jogging atau berlari dengan intensitas yang lebih rendah.
Secara definitif, jalan cepat atau disebut juga power walking adalah metode olahraga berjalan kaki dengan kecepatan di atas rata-rata berjalan pada umumnya, yakni berkisar antara 7-9 kilometer per jam.
Pada dasarnya, jalan cepat jauh berbeda dengan jogging atau lari. Jalan cepat mengharuskan setiap langkah kaki menapak tanah, tidak ada saat melayang. Sementara itu, suatu kegiatan disebut berlari apabila ada waktu melayang ketika salah satu kaki berpindah tempat.
Sama seperti berjalan pada umumnya, teknik jalan cepat dilakukan dengan menggerakkan kaki ke depan secara bergantian. Seperti yang dijelaskan di atas, saat salah satu kaki berpindah, kaki lainnya mesti tetap berkontak dengan tanah.
Dikutip dari Atletic Nomor Jalan Cepat (2020) yang ditulis Mochamad Windarto, perpindahan kaki pada saat jalan cepat dilakukan dengan tumpuan tumit terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan berlari, yang menggunakan bantalan kaki (telapak kaki bagian depan) sebagai tumpuan awal ketika mendaratkan kaki.
Adapun teknik ayunan lengan saat melakukan olahraga jalan cepat lebih kurang sama seperti berlari. Jarak kedua lengan dengan dada bagian samping diusahakan sedekat mungkin.
Saat mengayun, pejalan cepat diusahakan untuk menekuk siku dengan sudut sekitar 90 derajat. Meski begitu, usahakan posisi lengan tetap rileks saat mengayunkan lengan.
Apa Manfaat Jalan Cepat?
Jalan cepat menjadi salah satu rekomendasi kegiatan olahraga dengan intensitas menengah sampai rendah. Aktivitas fisik ini tergolong minim risiko jika dilakukan dengan tepat.
Olahraga jalan cepat selama 30 menit setiap hari akan memberikan bermacam manfaat kesehatan bagi tubuh. Berikut beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari aktivitas jalan cepat
Memperbaiki suasana hati
Hasil penelitian Jorge Mota-Pereira yang diterbitkanJournal of Psychiatric Research menyimpulkan bahwa aktivitas fisik berjalan kaki selama 30-40 menit per hari dapat menurunkan risiko depresi.
Menurunkan risiko demensia
Aktivitas fisik jalan cepat yang dilakukan secara rutin dapat memperlancar peredaran darah ke otak. Hal ini memungkinkan adanya penurunan risiko kerusakan pada pembuluh darah. Bahkan, laporan World Alzheimer menyebutkan bahwa aktivitas berjalan dapat mengurangi risiko penyakit demensia. Kesimpulan tersebut berangkat dari hasil studi observasional yang dilakukan oleh De Bruijn pada 2013.
Menjaga kesehatan jantung
Sama seperti berlari, berjalan juga dapat mencegah penyakit jantung dan stroke. Olahraga ini dapat menurunkan risiko tingginya tekanan darah dan kolesterol. Kedua kondisi tersebut merupakan beberapa faktor yang memperbesar peluang penyakit jantung dan stroke.
Menambah volume paru-paru
Meski dengan intensitas yang jauh lebih kecil daripada berlari, jalan cepat masih tergolong sebagai olahraga aerobik. Oleh karenanya, olahraga berjalan secara rutin memungkinkan tubuh menghirup udara lebih banyak sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam peredaran darah. Dalam waktu bersamaan, paru-paru secara perlahan dapat membuang racun di dalamnya.
Menjaga kesehatan tulang dan sendi
Aktivitas berjalan kaki merupakan salah satu bentuk latihan yang bagus untuk tulang. Olahraga ini dapat mencegah terjadinya penipisan tulang atau osteoporosis. Selain itu, dengan berjalan secara rutin, risiko penyakit osteoarthritis (penyakit degeneratif berupa sendi nyeri, bengkak, dan kaku) juga bakal berkurang.
Menjaga dan menurunkan berat badan
Membiasakan berjalan kaki secara rutin dapat membuat metabolisme tubuh menjadi lancar. Selain itu, aktivitas ini juga memungkinkan tubuh membakar kalori lebih banyak dan mencegah kenaikan berat badan.
Memperbaiki pencernaan
Salah satu penyebab kanker usus adalah tertahannya tinja di saluran pencernaan. Hal ini bisa dicegah diatasi dengan berolahraga jalan cepat secara rutin. Berjalan kaki dapat membantu melancarkan peristaltik usus, sehingga buang air besar lebih tertib.
Editor: Iswara N Raditya