tirto.id - Kasus bom bunuh diri kembali terjadi di Indonesia. Baru-baru ini, insiden tersebut terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Jalan Kajaolalido, MH Thamrin, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Ledakan itu terjadi sekitar pukul 10.30 WITA, Minggu, 28 Maret 2021, saat peralihan waktu ibadah umat Katolik untuk misa Minggu Palma. Berdasarkan kesaksian Pastor Gereja Katedral Makassar, Wilhelmus Tulak, ledakan itu terjadi tepat di depan gerbang gereja.
Kala itu, pastor bilang, petugas keamanan gereja melihat ada orang yang mencurigakan dan ia berusaha menahan agar tak masuk ke dalam. "Jadi kejadian sangat cepat. Persis di depan pintu gerbang gereja," ungkap Wilhelmus di lokasi kejadian.
"Pelaku bom bunuh diri ini berusaha masuk ke dalam gereja kami. Nah saat itu petugas keamanan saya melihat ada orang yang mencurigakan, dia berusaha berdiri di pintu gerbang gereja dan pada saat itulah terjadi bom," kata dia melanjutnya.
Pelaku Bom Bunuh Diri Suami Istri dan Baru Menikah
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono mengatakan pelaku bom bunuh diri itu merupakan pasangan suami istri. Saat melakukan aksinya, mereka mengendarai motor dengan nomor polisi DD 5984 MD.
"Pelaku [ialah] pasangan suami istri, baru menikah enam bulan," ujar Argo.
Identitas laki-laki tersebut berinisial L, sementara pasangannya ialah YSF. Mereka pekerja swasta. Kedua pelaku berafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok yang pernah mengebom katedral Our Lady of Mount Carmel, di Pulau Jolo, Filipina Selatan, dua tahun lalu.
Kini Polri masih mengusut perkara pengeboman ini. "Penyelidikan masih terus dilakukan termasuk mengungkap pelakunya lainnya," kata Argo.
Pelaku Bom Jaringan JAD, Kata Kapolri
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan, terduga pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Kota Makassar sebanyak dua orang dan sudah meninggal dunia. Dan berdasarkan informasi terbaru, korban lukanya mencapai 20 orang.
Ia pun mengatakan, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Kota Makassar adalah bagian dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Hal itu ia katakan usai mengunjungi gereja tersebut pada Minggu malam.
"Sudah kita dapatkan inisial L, (pelaku). Bersangkutan merupakan kelompok dari beberapa pelaku yang beberapa waktu lalu, telah kita amankan," kata Listyo seperti diwartakan Antara News.
Menurut Listyo, pelaku tergabung dalam kelompok JAD, dan dia ikut dalam operasi terorisme di Jolo, Philipina pada 2018 lalu. Kendati demikian, untuk memastikannya, kata dia, akan dilakukan pemeriksaan DNA.
"Untuk inisial pelaku sudah kita dapatkan, dan kita tindaklanjuti untuk melaksanakan pemeriksaan terkait dengan DNA yang bersangkutan, agar bisa pertanggungjawabkan secara ilmiah," tegasnya.
Pelaku tersebut, kata Listyo, merupakan salah seorang bagian dari kelompok JAD yang beberapa waktu lalu ditangkap di Makassar, Sulsel pada kompleks Villa Mutiara, Sudiang dan Kabupaten Enrekang pada Januari 2021.
"Mereka adalah kelompok beberapa waktu yang lalu (ditangkap), ada kurang lebih 20 orang, dari kelompok JAD yang kita amankan. Mereka bagian dari itu. Inisial dan data-datanya sudah kita pastikan sesuai," ujar Kapolri.
Ia mengatakan, aksi yang dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri itu adalah society boomber, dengan membawa ledakan cukup besar sehingga berpengaruh dengan daya ledaknya.
"Jadi kegiatan mereka terjadi saat ini, kita ketahui, adalah ledakan, adalah society bom, menggunakan jenis bom panci, dan itu terkait dengan pengungkapan," ungkap Sigit.
Daftar Kasus Bom Bunuh Diri Selama 1 Dekade di Indonesia
Kasus bom bunuh diri seperti yang terjadi di Gereja Katedral Makassar bukan pertama kali saja terjadi di Indonesia, berikut deretan kasus bom bunuh diri selama satu dekade terakhir sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber:
1. Bom Bunuh Diri di Tiga Gereja Surabaya
Tepat pada Minggu, 13 Mei 2018 lalu, terjadi ledakan tiga kali berturut-turut di tempat berbeda, tepatnya di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuna. Ketiganya dilakukan oleh Dita Oepriarto dan istrinya Puji Kuswati bersama keempat anak mereka.
2. Bom Bunuh Diri di Mapolrestabes Surabaya
Sehari setelah insiden bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya, publik kembali dikejutkan dengan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya, tepatnya pada 14 Mei 2018. Akibatnya, empat pelaku tewas, melukai empat polisi, dan enam warga sipil. Empat pelaku itu menggunakan dua sepeda motor, bahkan empat pelaku itu adalah satu keluarga.
3. Bom Bunuh Diri di Sarinah
Bom bunuh diri juga pernah terjadi di Sarinah, Jakarta pada awal 2016 lalu. Peristiwa itu menewaskan 7 orang, lima di antaranya adalah pelaku, satu dari warga sipil adalah warga negara asing (WNA) asal Belanda. Lima pelaku yang meninggal itu, tiga di antaranya meninggal di Starbucks, sementara dua orang tewas karena bom bunuh diri di pos polisi.
4. Bom Bunuh Diri di Mapolesta Solo
Bom bunuh diri pernah terjadi di halaman Markas Kepolisian Resor Kota (Mapolresta) Surakarta, Jawa Tengah pada awal Juli 2016. Menurut polisi, pelaku adalah mantan Ketua RT Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon Solo. Pelaku bom bunuh diri tewas ditempat, sementara satu anggota polisi luka ringan atas kejadian tersebut.
5. Bom Bunuh Diri di Masjid Azzikra Polres Cirebon
Peristiwa bom bunuh diri juga pernah terjadi di Masjid Azzikra, Mapolresta Cirebon pada April 2011. Kejadian ini menewaskan pelaku dan sejumlah orang terluka. Kapolresta Cirebon kala itu, Herukoco juga ikut menjadi korban. Punggungnya luka akibat serpihan bom seperti paku, baut dan mur.
Editor: Iswara N Raditya