Menuju konten utama

Apa Saja Jenis Komponen Darah yang Dapat Ditransfusikan?

Mengenal jenis komponen darah yang bisa diberikan dalam proses transfusi darah.

Apa Saja Jenis Komponen Darah yang Dapat Ditransfusikan?
Ilustrasi Donor Darah. foto/istockphoto

tirto.id - Ketika seorang pasien kekurangan darah akibat kecelakaan, maka penanganan medis seperti operasi, atau penyakit tertentu akan dilakukan oleh para tenaga medis, salah satunya melalui proses transfusi darah.

Biasanya, seseorang akan menerima transfusi darah apabila tubuh kekurangan darah sebagaimana ditulis dalam websiteNHS. Kondisi tersebut bisa jadi akibat tubuh yang tidak memproduksi sel darah cukup banyak atau tubuh kehilangan banyak darah.

Medical News Today menuliskan, transfusi darah digunakan untuk mengganti darah yang hilang akibat kondisi-kondisi yang membuat seseorang kehilangan banyak darah. Lantas, apa saja jenis transfusi darah yang kerap dilakukan?

Tipe Transfusi Darah

Menurut Palang Merah Amerika (The American Red Cross), terdapat empat tipe transfusi darah yang bisa dilakukan. Berikut adalah di antaranya:

1. Transfusi sel darah merah

Seseorang akan menerima transfusi sel darah merah apabila ia kehilangan banyak darah. Selain karena kecelakaan, transfusi sel darah merah bisa juga dilakukan jika seseorang menderita anemia atau memiliki kelainan darah.

2. Transfusi trombosit

Orang-orang yang memiliki jumlah trombosit kurang dari normal, dapat menerima transfusi trombosit dari orang lain. Transfusi trombosit pun dapat dilakukan pada pasien kanker usai menjalani kemoterapi, atau pada seseorang yang memiliki kelainan trombosit.

3.Transfusi plasma

Plasma memiliki kandungan protein yang penting bagi kesehatan. Seseorang dapat menerima transfusi plasma darah jika mereka mengalami luka bakar parah, infeksi, atau gagal hati.

4. Transfusi darah lengkap

Apabila seseorang mengalami pendarahan traumatis yang parah, para tenaga medis dapat merekomendasikan untuk menerima transfusi darah lengkap. Transfusi darah lengkap ini termasuk sel darah merah, sel darah putih, hingga trombosit darah.

Di sisi lain, situs The Aplastic Anemia and MDS International Foundation(AAMDS) menyebutkan bahwa ada satu lagi jenis transfusi darah yaitu transfusi Granulosit.

Transfusi ini memungkinkan seseorang menerima sel darah putih dari orang lain. Granulosit merupakan sejenis sel darah putih yang dibutuhkan tubuh untuk melawan infeksi bakteri dan jamur.

Oleh karenanya, transfusi granulosit dapat membantu pasien untuk melawan infeksi serius yang mengancam jiwa ketika tubuh mereka tidak menanggapi antibiotik yang diberikan oleh ahli kesehatan yang menangani. Granulosit dikumpulkan dari pendonor dengan menggunakan apheresis.

Bagaimana prosedur donor atau transfusi darah?

Sebelum melakukan atau menerima donor darah, dokter atau perawat akan memeriksa kondisi kesehatan pendonor atau penerima donor darah. Beberapa hal yang diperiksa adalah tekanan darah, denyut nadi, dan suhu pasien, seperti dilansir Palang Merah Amerika.

Transfusi darah diberikan melalui jalur intravena (IV) yang dipasang ke tubuh pasien. Melalui infus tersebut, pasien akan mulai menerima donor darah baru. Lamanya transfusi bergantung pada jumlah darah. Akan tetapi, transfusi darah sederhana dapat memakan waktu antara 1-4 jam.

Apabila transfusi sudah selesai, tenaga medis akan memeriksa tanda-tanda vital pasien. Infus pun akan dicopot.

Selama beberapa hari setelah transfusi, pasien mungkin mengalami nyeri di dekat tusukan IV. Dokter pun mungkin meminta pemeriksaan lebih lanjut usai transfusi untuk melihat reaksi tubuh terhadap darah baru tersebut.

Meski demikian, melakukan donor darah juga memiliki risiko walaupun bank darah pun melakukan penyaringan terhadap pelaku donor dan menguji darah yang disumbangkan.

Beberapa risiko yang dapat terjadi antara lain sebagai berikut dilansir dari Mayo Clinic:

  • Reaksi hemolitik imun akut
Kondisi ini terjadi bila sistem kekebalan menyerang sel darah merah yang ditransfusikan karena golongan darah tidak cocok. Sel-sel yang diserang melepaskan zat ke dalam darah yang dapat merusak ginjal.

  • Reaksi hemolitik tertunda
Reaksi ini mirip dengan reaksi hemolitik imun akut. Pembedanya adalah reaksi ini terjadi lebih lambat. Diperlukan waktu satu hingga empat minggu untuk melihat penurunan kadar sel darah merah akibat kondisi ini.

  • Penyakit graft-versus-host
Dalam kondisi ini, sel darah putih yang ditransfusikan menyerang sumsum tulang pasien. Pada umumnya, hal ini berakibat fatal dan lebih mungkin memengaruhi sistem kekebalan orang yang lemah.

Baca juga artikel terkait TRANSFUSI DARAH atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dhita Koesno