tirto.id - Muhammadiyah merupakan gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia yang lahir pada bulan Dzulhijjah 1330 H atau November 1912 M.
Pendiri Muhammadiyah adalah Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari Kauman Yogyakarta, seorang kyai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru.
Dikutip dari situs Muhammadiyah, pemberian nama Muhammadiyah dipilih untuk menisbahkan diri dengan ajaran dan perjuangan Nabi Muhammad, dengan tujuan memahami dan melaksanakan agama Islam serta menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Nabi.
Kyai Dahlan, setelah melakukan ibadah haji dan belajar di Mekkah, membawa ide dan gerakan pembaruan ke Indonesia. Embrio Muhammadiyah muncul dari interaksi Kyai Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo dan saran seorang siswa untuk membentuk organisasi.
Nama Muhammadiyah diusulkan oleh Muhammad Sangidu, dan pendiriannya diawali oleh pendirian Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah pada Desember 1911.
Organisasi Muhammadiyah didirikan secara resmi pada 18 November 1912 atau 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah di Yogyakarta.
Pendirian Muhammadiyah lantas disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Statuten Muhammadiyah pertama menekankan maksud untuk menyebarkan pengajaran agama Islam dan memajukan kehidupan umatnya.
Pada tahun 1959, Muhammadiyah mencantumkan asas Islam dalam anggaran dasar organisasinya. Meskipun pada tahun 1985 terjadi perubahan yang dipaksa oleh pemerintah Orde Baru, termasuk mengganti asas Islam dengan Pancasila, Muhammadiyah kembali ke asas Islam pada Muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta.
Bentuk Perjuangan Muhammadiyah
Sejak pertama kali berdiri pada awal abad ke-20, Muhammadiyah telah terlibat dalam berbagai aspek perjuangan, termasuk mengupayakan kemerdekaan Indonesia dengan melawan penjajahan. Selain dalam aspek keagamaan, perjuangan Muhammadiyah meliputi konteks sosial, pendidikan, dan politik.
Selain itu, perjuangan Muhammadiyah juga mencakup pembangunan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi, dan berperan aktif dalam dialog antaragama.
Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai bentuk perjuangan Muhammadiyah.
1. Pendidikan dan agama
Muhammadiyah memiliki fokus pada pendidikan Islam yang berkualitas dan memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi umat Muslim. Melalui pendidikan, organisasi ini berusaha mengajarkan nilai-nilai Islam yang moderat, termasuk nilai-nilai toleransi, perdamaian, dan kerukunan antarumat beragama.
Dalam bidang pendidikan dan agama ini, Muhammadiyah memulainya dengan mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah pada Desember 1911.
Sekolah ini mulanya menempati kediaman KH Ahmad Dahlah. Seiring berjalannya waktu, sekolah rintisan ini terus berkembang dan akhirnya menjadi Sekolah Dasar Muhammadiyah Kauman.
2. Mendirikan organisasi perempuan
Perjuangan Muhammadiyah dalam mendirikan Aisyiyah melibatkan dorongan kuat terhadap pendidikan perempuan.
Cikal bakal Aisyiyah bermula kelompok Sopo Tresna, yang didirikan oleh Siti Walidah, istri Ahmad Dahlan, menjadi tempat bagi perempuan untuk memahami makna Al-Qur'an dan mengembangkan diri melalui pembelajaran ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1917, Muhammadiyah secara resmi mengubah Sopo Tresna menjadi organisasi yang lebih terstruktur, yang kemudian dikenal sebagai Aisyiyah. Transformasi ini menggambarkan komitmen Muhammadiyah dalam memajukan kaum perempuan, menjadikan Aisyiyah sebagai salah satu wadah perjuangan yang berperan penting dalam pembangunan masyarakat yang lebih baik.
3. Peran dalam pembangunan sarana umum
Muhammadiyah memiliki dampak besar terhadap Indonesia dengan membangun berbagai infrastruktur, seperti sekolah, rumah sakit, masjid, dan sarana umum lainnya. Hal ini menunjukkan komitmen organisasi dalam memberikan kontribusi nyata pada pembangunan masyarakat dan negara.
4. Aktivitas sosial-ekonomi
Organisasi Muhammadiyah juga terlibat dalam memajukan kehidupan sosial-ekonomi umat Muslim di Indonesia. Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga pemberdayaan ekonomi, seperti koperasi dan bank syariah, untuk meningkatkan kesejahteraan umat Muslim.
5. Dialog antaragama
Muhammadiyah juga aktif dalam dialog antaragama, menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Hal ini mencerminkan perjuangan Muhammadiyah untuk bersikap inklusif terhadap keberagaman di Indonesia.
6. Peran dalam perjuangan kemerdekaan
Muhammadiyah tidak hanya terlibat dalam aspek keagamaan dan sosial, tetapi juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Organisasi ini berupaya membentuk partai politik dan memberikan kontribusi besar bagi pejuang kemerdekaan.
Dikutip dari jurnal berjudul “Muhammadiyah dalam Perjuangan Kemerdekaan di Kampar”, pemahaman Muhammadiyah dalam perjuangan kemerdekaan dapat dilihat dalam pembentukan partai politik Masyumi.
Ditegaskan bahwa sikap Muhammadiyah dalam pendirian partai tersebut tidaklah semata-mata berorientasi pada kekuasaan. Melainkan partai harus menjadi sarana untuk mewujudkan dan memajukan kehidupan umat, merekatkan ukhuwah Islamiyah, dan mendorong demokratisasi bangsa.
7. Perjuangan dalam tingkat global
Muhammadiyah tidak hanya memiliki dampak di tingkat nasional, tetapi juga memiliki pengaruh global. Melalui kerja sama dengan lembaga-lembaga Islam di seluruh dunia, Muhammadiyah berpartisipasi dalam memperkuat hubungan antarumat beragama dan mempromosikan pesan-pesan Islam yang moderat di tingkat internasional.
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Dhita Koesno