tirto.id - Manusia memiliki tiga jalan untuk berpikir yaitu prasadar, pikiran sadar, dan pikiran bawah sadar.
Semuanya tentu memengaruhi perilaku dan kepribadian akibat adanya interaksi yang konstan dan unik yang berasal dari tingkat kesadaran berbeda. Teori mengenai hal tersebut dikemukakan oleh ahli psikoanalis Sigmund Freud.
Mengutip Very Well Mind, setiap bentuk kesadaran tersebut memiliki perannya masing-masing dalam membentuk perilaku dan pemikiran manusia. Prasadar atau alam bawah sadar, merupakan segala sesuai yang berpotensi untuk dibawa ke dalam pikiran sadar.
Lalu, pikiran sadar berisi semua hal terkait pikiran, ingatan, perasaan, dan keinganan yang disadari pada saat tertentu. Pada tahap ini, aspek pemrosesan pikiran bisa dikendalikan dan didiskusikan secara rasional. Di dalamnya meliputi berbagai ingatan masa lalu yang dengan mudah dipanggil kembali ke dalam kesadaran seseorang.
Terakhir, pikiran bawah sadar merupakan kumpulan cadangan dari perasaan, pikiran, dorongan, ingatan yang berada di luar kesadaran seseorang. Sekali pun berbagai hal tersebut tidak mudah dipanggil ke dalam pikiran sadar, tapi keberadaannya bisa dibuktikan.
Perbedaan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar
Pikiran sadar dan pikiran bawah sadar bisa diamati saat seseorang berbicara dan tanpa sengaja mengalami "keseleo lidah". Dalam teori, kesalahan pengucapan ini termasuk bagian dari Slip Freudian yang diyakini mengungkapkan pikiran atau perasaan bawah sadar sebagai pemicunnya.
Contoh Slip Freudian yaitu, seseorang tanpa sengaja mengucapkan nama mantan kekasihnya saat ditanya tentang nama pacarnya yang baru. Bisa jadi, banyak orang mengatakan hal ini kesalahan biasa.
Tapi, Freud meyakini bahwa pikiran bawah sadar dari orang tersebut mencoba masuk ke pikiran sadarnya, sehingga memengaruhi perilaku berupa ucapan yang salah disebutkan.
Situs Psychmechanics memberikan contoh lain untuk mengenali perbedaan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
Pada orang yang pertama kali belajar menyetir mobil, mereka akan lebih sering menggunakan pikiran sadarnya untuk mengendalikan setir, tuas gigi, hingga pedal gas dan rem.
Saat semua itu sudah berjalan berkali-kali, maka dia dengan mudah mengordinasikan berbagai bagian operasional mobil tanpa mesti menggunakan sepenuhnya pikiran sadarnya sekali pun sembari mengobrol atau mendengarkan musik.
Contoh lainnya yaitu saat tubuh didekatkan dengan duri tajam, orang dengan spontan akan menarik bagian tubuh yang akan menyentuhnya.
Padahal, jika diamati benar-benar, belum tentu duri itu akan menusuk. Inilah kekuatan yang dilakukan pikiran bawah sadar dalam memengaruhi perilaku manusia sekali pun tidak melalui pikiran sadar terlebih dahulu.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Nur Hidayah Perwitasari