Menuju konten utama

Apa Manfaat Puasa Ramadhan bagi Tubuh Secara Psikologis?

Apa manfaat puasa bagi tubuh, secara fisik dan psikologis?

Apa Manfaat Puasa Ramadhan bagi Tubuh Secara Psikologis?
Ilustrasi Puasa. foto/istockphoto

tirto.id - Selama bulan Ramadhan, umat Islam diwajibkan menunaikan ibadah puasa sejak mulainya waktu subuh atau terbitnya fajar shadiq di ufuk timur, hingga matahari terbenam.

Mereka yang sudah mukallaf atau memenuhi syarat untuk menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadhan diharuskan menjauhi segala hal yang membatalkan ibadah ini.

Selain sebagai wujud taqwa kepada Allah SWT, puasa juga memiliki manfaat kepada tubuh seperti di antaranya adalah untuk menurunkan berat badan, menjaga kesehatan, meningkatkan kecantikan, menyembuhkan penyakit psikologis, dan seterusnya.

Manfaat Puasa bagi Tubuh Secara Psikologis

Dikutip dari laman Psychologi Today oleh Ekua Hagan (2019), waktu dan durasi puasa dapat memengaruhi terhadap kualitas tidur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa jangka pendek secara berkala dapat meningkatkan kualitas tidur.

Makan yang dibatasi waktu juga dapat memperkuat jam sirkadian (proses alami tidur-bangun) 24 jam kita, yang memberikan pengaruh dominan pada tidur kita. Jam sirkadian yang lebih kuat dan lebih tersinkronisasi berarti lebih mudah untuk tertidur, tetap tertidur, dan bangun dengan perasaan segar secara teratur.

Kombinasi konsistensi dan kualitas dalam rutinitas tidur itulah yang kita semua inginkan, untuk membantu kita merasa dan berfungsi sebaik mungkin, dan untuk melindungi kesehatan kita dari waktu ke waktu, dan seiring bertambahnya usia.

Dikutip dari laman Al Jazeera, para ahli juga menemukan, membatasi asupan makanan di siang hari dapat membantu mencegah masalah kesehatan seperti kolesterol tinggi, penyakit jantung dan obesitas, serta meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan.

Dengan tidak mengonsumsi makanan apa pun, tubuh kita dapat berkonsentrasi untuk membuang racun, saat kita mengistirahatkan sistem pencernaan.

Ahli gizi Claire Mahy mengatakan kepada Al Jazeera, “Puasa memungkinkan usus untuk membersihkan dan memperkuat lapisannya. Ini juga dapat merangsang proses yang disebut autophagy, yaitu saat sel membersihkan diri dan menghilangkan partikel yang rusak dan berbahaya."

Dikutip dari jurnal Physiological Changes During Fasting in Ramadan oleh Sultan Ayoub Meo dan Asim Hassan (2015:6-7), beberapa manfaat puasa Ramadhan yaitu menyebabkan banyak perubahan fisiologis, biokimia, metabolik dan spiritual dalam tubuh.

Terjadinya peningkatkan sel darah merah (RBC), sel darah putih (WBC), jumlah trombosit (PLT), kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL-c), menurunkan kolesterol darah, trigliserida, kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL-c) dan kolesterol lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL-c).

Selain itu, mengurangi berat badan, lingkar pinggang, indeks massa tubuh, lemak tubuh, glukosa darah, tekanan darah sistolik dan diastolik serta tingkat kecemasan. Selain itu, puasa Ramadhan juga menurunkan inflamasi, sitokin proinflamasi IL-1b, IL-6, faktor nekrosis tumor a dan promosi kanker.

Di antara orang dewasa yang sehat, tidak ada efek buruk puasa Ramadhan pada otak, jantung, paru-paru, hati, ginjal, hematologi, profil endokrin, dan fungsi kognitif. Puasa Ramadhan merupakan sarana non farmakologis yang sehat untuk meminimalkan faktor risiko dan meningkatkan kesehatan.

Dikutip dari penelitian Efek Psikologis Puasa Jangka Pendek pada Wanita Sehat oleh Ellen Watkins dan Lucy Serpell (2016), hasil penelitian menunjukkan bahwa puasa tidak hanya menyebabkan keadaan afektif negatif seperti mudah tersinggung. Namun, puasa juga merupakan pengalaman psikologis yang positif, seperti peningkatan rasa penghargaan, prestasi, kebanggaan, dan kontrol meningkatnya rasa lapar.

Psikologis positif ini dapat dihasilkan dari puasa, bahkan dalam kontrol yang sehat. Temuan ini memberikan dukungan untuk model kognitif-perilaku dan kognitif-interpersonal.

Hal ini menunjukkan bahwa puasa dipertahankan sebagian melalui penguatan positif dan dapat menjelaskan bagaimana pembatasan makanan yang ekstrim dapat dihasilkan dari diet biasa atau puasa.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2021 atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dipna Videlia Putsanra