tirto.id - Seiring dengan diterimanya pendaftaran tiga calon presiden dan calon wakil presiden Pemilu 2024 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), masing-masing pasangan calon (paslon) telah mempublikasikan dokumen visi-misi yang bisa diakses oleh masyarakat.
Dokumen visi-misi dapat diunggah di tautan ini untuk paslon Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (Cak Imin), Ganjar Pranowo - Mahfud MD, dan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.
Selain melihat isu-isu yang relevan dengan pemilih pemula, Tirto coba membedah dan menganalisis tiga dokumen visi-misi capres dan cawapres secara umum.
Memanfaatkan aplikasi Voyant Tools, diperoleh sebaran kata yang muncul dalam dokumen. Untuk mempermudah analisisnya, dilakukan juga pembersihan data. Beberapa istilah yang tidak bermakna bila berdiri sendiri, seperti kata sambung, nama paslon, angka, tahun, serta satuan, tidak dimasukkan ke dalam pemetaan.
Hasilnya, secara umum dapat terlihat bahwa kata dominan dalam tiga dokumen visi-misi capres-cawapres adalah "Indonesia". Diikuti kemudian dengan kata kunci lain yang dapat dilihat sebagai berikut:
Sebaran kata kunci dokumen visi-misi Anies - Cak Imin
Sebaran kata kunci dokumen visi-misi Ganjar - Mahfud
Sebaran kata kunci dokumen visi-misi Prabowo - Gibran
Beberapa kata kunci yang menarik di antaranya adalah tiadanya kata kunci IKN alias Ibu Kota Nusantara dari ribuan kata dalam dokumen visi-misi Anies - Cak Imin, mengingat ini adalah program prioritas Presiden Joko Widodo.
Sebagai perbandingan, di dokumen Ganjar - Mahfud, IKN disebut dua kali, sementara pada dokumen Prabowo - Gibran, kata ini disebut lima kali.
Sementara itu, nama Presiden Joko Widodo muncul sebanyak satu kali di dokumen Anies - Cak Imin, dua kali di dokumen Ganjar - Mahfud, dan 17 kali di dokumen Prabowo - Gibran.
Dari sebaran kata tersebut, Tirto merangkum 10 besar kata kunci yang paling banyak muncul dalam dokumen. Dari sini terlihat ketiga pasangan calon menempatkan agenda kesehatan dan ekonomi sebagai prioritas mereka. Hal ini terlihat dari kedua kata ini yang masuk ke 10 besar kata kunci paling banyak digunakan.
Selain itu, terlihat kata kerja yang masuk daftar 10 besar dokumen visi-misi Anies - Cak Imin adalah "meningkatkan", sementara Ganjar-Mahfud "mempercepat", sedangkan Prabowo - Gibran "meningkatkan" dan "membangun".
Menariknya, dalam dokumen visi-misi Anies - Cak Imin, kata "ekonomi" berada di bawah kata "adil" yang berorientasikan kesetaraan sosial.
Sementara dalam dokumen Ganjar-Mahfud kata "digital" dan "pembangunan" cukup banyak dipakai. Hal ini mengindikasikan kalau ada banyak program yang berbasiskan digitalisasi dan memacu pembangunan.
Di dokumen visi-misi Prabowo-Gibran terma "negara", "program", dan "meningkatkan" melengkapi lima teratas kata kunci paling banyak ditemukan.
Menanggapi hal tersebut, analis komunikasi politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Kunto Adi Wibowo menjelaskan, kalau dokumen visi-misi capres - cawapres ini menjadi sarana bagi mereka untuk menunjukkan apa yang menjadi sumber masalah dan apa solusinya.
Sehingga sebenarnya wajar jika ada kecenderungan antar pasangan calon melihat dasar masalah yang sama.
"Tapi kalau dilihat, Prabowo - Gibran (melihat) sumber masalah yang ada di Indonesia itu adalah ekonomi. Jadi (solusinya) rakyat makmur dulu, baru kemudian semua masalah teratasi. Ini cara pandang determinisme ekonomi," terangnya.
Sementara Ganjar - Mahfud, berdasar dokumen visi-misi, mengedepankan solusi berbasis digital. Menurut Kunto mereka melihat problem ekonomi yang ada terjadi karena adanya masalah terkait digitalisasi di Indonesia.
"Kalau Anies-Muhaimin lebih melihat bagaimana keadilan sosial sebagai sumber masalahnya. Jadi solusi yang ditawarkan juga mengedepankan rasa keadilan, menjunjung tinggi kemanusiaan," tambah Kunto.
Dokumen visi-misi tersebut juga menurutnya sangat wajar kalau terlihat kelewat ideal, lantaran visi-misi bisa disamakan dengan cita-cita.
"Tapi pada akhirnya pemilih juga yang akan melihat seberapa realistis ini dan seberapa relevan bagi kehidupan mereka," ujarnya. "Kalau pemilih merasa ini terlalu mengawang dan nggak relevan bagi mereka (terutama anak anak muda), akan diabaikan seindah apapun visi-misi capres-cawapres ini."
Editor: Farida Susanty