Menuju konten utama

Apa Kabar Roket China yang Jatuh ke Bumi di Samudra Hindia?

Sisa roket Long March 5 milik China jatuh kembali ke Bumi, tepatnya di Samudra Hindia.

Apa Kabar Roket China yang Jatuh ke Bumi di Samudra Hindia?
Roket Long March-5, yang membawa wahana antariksa Chang'e-5, meluncur dari Situs Peluncuran Wahana Antariksa Wenchang, di pesisir provinsi pulau Hainan, China selatan, Selasa (24/11/2020). ANTARA FOTO/Xinhua-Jin Liwang/hp.

tirto.id - Puing-puing roket Long March 5 milik China yang diluncurkan beberapa waktu lalu jatuh kembali ke Bumi, tepatnya di Samudra Hindia. Sebagian besar roket itu hancur ketika masuk kembali ke atmosfer. Badan antariksa China mengatakan, sisa-sisa roket itu jatuh di sebelah barat Maladewa pada hari Minggu, 9 Maret 2021 waktu setempat.

Sebagaimana diwartakan BBC, sebelumnya sejumlah pihak turut memprediksi letak roket itu akan jatuh. Pejabat AS dan pakar lainnya sudah memperingatkan akan ada risiko yang menimbulkan korban. Namun China kekeh kalau risiko yang ditimbulkan akan rendah.

Menurut Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China, roket Long March 5 itu mulai masuk ke atmosfer sekitar pukul 10.24 waktu Beijing pada hari Minggu. Namun tidak ada laporan cedera atau kerusakan.

Puing-puing dari roket yang memiliki bobot 18 ton itu disebut sebagai salah satu barang terbesar dalam beberapa dekade. Ia menuju tanpa arah ke atmosfer dan mendarat di Samudra Hindia pada titik 72,47 ° BT dan 2,65 ° Utara.

Ambisi China dalam Proyek Luar Angkasa

Dikutip dari Cnet, roket itu membantu meluncurkan Tianhe, modul inti stasiun luar angkasa generasi baru China pada 28 April lalu. China menjadwalkan pangkalan luar angkasa akan selesai pada akhir tahun 2022.

Pangkalan itu berfungsi sebagai pos terdepan dalam penelitian ilmiah China untuk masa depan. Dan itu direncanakan akan menjadi satu-satunya ruang operasional selain Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Selama beberapa tahun, China telah merahasiakan ambisi luar angkasanya. Mereka telah mengeluarkan dana sebanyak miliaran dolar untuk merancang proyek luar angkasa ini. Pada tahun 2019, China juga menjadi negara pertama yang mengirimkan penjelajah tanpa awak ke sisi jauh Bulan.

Diwartakan BBC, Presiden Xi Jinping memberikan dukungan dari belakang dan media pemerintah China sering membuat isu "mimpi luar angkasa" sebagai langkah untuk menuju "peremajaan nasional".

Stasiun luar angkasa Tiangong diprediksi dapat beroperasi pada awal tahun depan. Selain itu, ada juga pembicaraan di media China tentang misi negara itu ke Mars dan kemungkinan melaksanakan proyek stasiun bulan bersama Rusia.

Respons Amerika Serikat

Menurut layanan pemantauan Space-Track yang memakai data militer AS, roket itu tercatat di atas Arab Saudi sebelum jatuh ke Samudra Hindia dekat Maladewa. Sebelumnya, AS pun mengecam pendaratan roket China yang terkendali itu karena khawatir akan mendarat di daerah yang dihuni manusia.

"Negara antariksa harus meminimalkan risiko terhadap manusia dan properti di Bumi [...] Jelas bahwa China gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait puing-puing luar angkasa mereka," kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam sebuah pernyataan.

Namun, menurut perkiraan para ahli pemodelan puing-puing ruang angkasa, sebagian besar roket akan terbakar saat melalui atmosfer, meskipun selalu ada kemungkinan kalau logam dengan titik leleh tinggi dan bahan kuat lainnya bisa bertahan di permukaan bumi.

Baca juga artikel terkait ROKET CHINA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Teknologi
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya