tirto.id - Kaum hawa acap kali dilabeli sebagai makhluk yang lebih emosional dan ekspresif dalam menunjukkan perasaannya—salah satunya apa lagi kalau bukan soal percintaan.
Tidak mengherankan apabila kemudian marak pandangan bahwa dibandingkan dengan laki-laki, perempuan cenderung mudah, atau bahkan lebih cepat, jatuh hati.
Ah, apa betul begitu?
Meski perempuan diasumsikan lebih cepat baper dibandingkan laki-laki, penelitian yang dipublikasikan di Journal of Social Psychology(2011)justru menyebut sebaliknya.
Kenapa perbedaan mendasar tersebut bisa terjadi?
Hal ini dapat dikaitkan dengan perbedaan dalam proses ketertarikan. Laki-laki pertama kali tertarik pada perempuan secara fisik, kemudian mental, emosional, dan terakhir spiritual.
Nah, pada perempuan, prosesnya agak lebih kompleks. Perasaan jatuh cinta yang dialami perempuan melibatkan interaksi biokimia di otak yang memengaruhi perasaan, ketertarikan, keterikatan, dan komitmen.
Tidak berhenti di situ. Faktor psikologis yang dibentuk oleh sejarah personal turut menjadikan pengalaman cinta sangat mendalam dan bervariasi di kalangan perempuan.
Itulah sebabnya perempuan cenderung tertarik pada laki-laki secara mental terlebih dahulu, diikuti emosional, fisik, dan terakhir spritual.
Bukan hanya soal siapa duluan yang jatuh cinta, inisiatif untuk mengutarakan perasaan rupanya juga dilakukan oleh laki-laki terlebih dahulu.
Hal tersebut terungkap dalam sebuah penelitian berbeda yang diterbitkan dalam SAGE Journal of Social and Personal Relationships (2022).
Perempuan biasanya perlu lebih banyak waktu dalam memilih pasangan karena memiliki kesadaran tentang keharusan secara biologis untuk menemukan pasangan paling cocok sebagai ayah dari keturunannya nanti.
Pandangan itu sesuai jika dilihat dari lensa evolusi atau sejak zaman manusia gua masih berburu dan meramu.
Dikutip dari Vice, Ingrid Collins, psikolog di London Medical Centre menyampaikan, hewan jantan biasanya akan berburu dan mudah terangsang, sementara hewan betina lebih fokus pada stabilitas jangka panjang untuk membesarkan anak dengan baik.
Tanpa disadari, perempuan akhirnya menunda—dalam konteks ini menunda menyatakan cinta—untuk memastikan apakah ia betul-betul telah memilih pasangan yang tepat atau belum.
Masih dilansir dari Vice, psikolog Marissa Harrison menuturkan, "Saya pikir perempuan secara tidak sadar menunda cinta dibandingkan laki-laki. Perempuan akan mengalami banyak kerugian dalam hal reproduksi karena berhubungan dengan laki-laki yang keliru. Mereka memiliki jumlah sel telur yang terbatas, sedangkan laki-laki dapat menghasilkan jutaan sel sperma dalam satu hari.”
Pendeknya, perempuan lebih berusaha menghindari risiko.
“Apabila perempuan hamil dari laki-laki tak bertanggung jawab, sebagian besar hidup mereka akan dihabiskan untuk mengurus anak sendirian,” kata Harrison yang juga meneliti tentang kecenderungan laki-laki jatuh hati lebih dulu.
Terlepas siapa yang jatuh cinta atau menyatakan cinta duluan, berbagai hasil studi ini sebenarnya menunjukkan sesuatu yang jauh lebih penting.
"Perempuan selama ini dianggap emosional atau gegabah," kata Harrison lagi.
Gagasan bahwa perempuan terlalu emosional sering digunakan untuk merendahkan kredibilitas perempuan dalam kehidupan sehari-hari, tak terkecuali dalam konteks karier dan profesional.
Contohnya terjadi saat musim kampanye pemilihan presiden di Amerika Serikat beberapa tahun lalu, ketika kandidat capres Hillary Clinton atau cawapres Kamala Harris berlaga dalam pemilu.
Labelisasi perempuan tidak stabil secara emosional ini membuat perempuan dipandang kurang pantas memimpin negara atau perusahaan.
Padahal, apabila ditelusur lebih jauh, laki-laki sebenarnya juga sama-sama emosional seperti perempuan.
Berdasarkan studi di jurnal Nature(2021), tim dari University of Michigan dan Purdue University meneliti 142 laki-laki dan perempuan selama 75 hari dan melacak emosi positif serta negatif harian mereka.
Setiap malam, selama masa penelitian, peserta akan menyelesaikan survei daring selama 20 menit untuk menilai perasaan mereka.
Meski begitu, terdapat penjelasan khusus terkait alasan di balik fluktuasi emosi laki-laki.
“Emosi laki-laki berfluktuasi oleh alasan yang berbeda dibandingkan perempuan karena dalam masyarakat kita, laki-laki dan perempuan memiliki peluang dan tekanan yang sangat berbeda,” kata Barbara Risman, profesor sosiologi di University of Illinois, Chicago.
Contoh sederhananya, jika perempuan tidak bisa mendapatkan pekerjaan di luar rumah, tidak ada yang menganggap dia sebagai ibu yang buruk. Lain halnya apabila seorang laki-laki tidak bekerja. Akan lebih banyak orang yang akan mempertanyakan mengapa dia tidak mampu mencari nafkah untuk keluarganya.
Sekarang sebenarnya sudah bukan zamannya lagi untuk meributkan soal siapa yang lebih emosional, atau siapa yang idealnya melakukan the first move.
Pada 2015, situs kencan populer OkCupid pernah menemukan pola menarik dalam layanan perpesanannya. Perempuan 2,5 kali lipat lebih berpeluang mendapatkan balasan dari laki-laki apabila mereka berinisiasi memulai percakapan. Hal ini juga semakin membuka peluang perempuan untuk ngobrol dengan lebih banyak laki-laki atraktif.
Pendeknya, dengan memulai lebih dulu, kamu dapat memastikan bertemu dengan laki-laki yang sesuai kriteria. Kamu juga tak harus berlama-lama atau membuang waktu menunggu sang pangeran menghampirimu.
Jadi, apa kamu siap untuk menyatakan perasaan jika saatnya tiba?
Penulis: MN Yunita
Editor: Sekar Kinasih