tirto.id - Arab Saudi secara resmi mengumumkan proyek ambisiusnya untuk membangun sebuah bangunan berbentuk kubus super modern bernama The Mukaab. Bangunan ini disebut memiliki kemiripan seperti “Ka'bah” hingga mendapat perhatian lebih dari publik.
Seperti diberitakan middleeasteye.net, 17 Februari 2023, Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengumumkan proyek ambisius tersebut pada hari Kamis pekan lalu.
Salman juga akan memimpin perusahaan New Murabba Development Company yang bertujuan untuk mengembangkan pusat kota modern terbesar di dunia, terutama di Riyadh.
Riyadh direncanakan akan membangun The Mukaab. Proyek ini menuai kontroversi karena memiliki kemiripan dengan titik fokus Mekah.
The Mukaab itu disebut-sebut akan dibangun di tengah-tengah pusat kota baru di ibu kota Riyadh dengan ukuran 400 meter yang terdiri dari bentuk-bentuk segitiga saling tumpang tindih.
Dalam rencananya, menurut Dana Investasi Publik Arab Saudi, pembangunan The Mukaab itu ditaksir menelan biaya investasi hingga 800 miliar dolar AS. Nantinya, bangunan itu akan menampilkan sebuah museum modern, universitas teknologi dan desain, teater imersif, serta lebih dari 80 tempat hiburan.
Untuk titik lokasinya, The Mukaab akan dibangun di wilayah barat laut Riyadh di area seluas 19 kilometer persegi di persimpangan jalan Raja Salman dan Raja Khalid, yang diklaim mampu menampung hingga 20 gedung Empire State.
Proyek super-ambisius Arab Saudi itu diklaim juga akan menambah pemasukan mencapai 180 miliar riyal atau 48 miliar dolar AS bagi perekonomian Saudi, serta menciptakan 334.000 lapangan pekerjaan.
The Mukaab disebut-sebut sebagai Kabah Baru karena struktur bangunannya ditaksir memiliki kemiripan dengan Ka’bah di Mekkah yang berbentuk kubus.
Pro-Kontra The Mukaab “Ka'bah Baru”
Masih mengutip middleeasteye.net, pembangunan The Mukaab ini menuai kontroversi karena dianggap terlalu berlebihan.
“Membangun Ka’bah baru yang secara eksklusif dikhususkan untuk kapitalisme adalah sesuatu yang terlalu berlebihan,” ungkap seorang reporter Intercept, Murtaza Hussain.
“Tampaknya (putra mahkota) sedang membangun Ka’bahnya. Akankah ia memberlakukannya sebagai kiblat baru bagi para jamaah?” ungkap akademisi Asad Abu Khalil.
Sebelum pembangunan proyek ambisius The Mukaab, kerajaan telah mengumumkan proyek resor ski dengan desa vertikal yang terlipat, serta kota bersisi delapan yang mengapung di atas air yang akan berlokasi di Neom, sebuah kota megapolitan senilai 600 miliar dolar AS.
Rencana supermegah itu rupanya menyimpan sisi yang kurang mengenakan. Pada hari Kamis lalu, sebuah laporan baru mengungkapkan, sekitar 47 anggota suku Howeitat di Arab Saudi telah ditangkap karena menolak dialihkan, atau menolak penggusuran untuk membangun kota besar itu.
Sementara menurut pemberitaan middleeastmonitor.com, sejumlah umat Islam di media sosial memberikan respons kontra terkait rencana Arab Saudi untuk membangun “Ka'bah Baru”.
The Mukaab menuai kontroversi karena arsitektur bangunannya memiliki kemiripan dengan Ka’bah, yang merupakan situs paling suci bagi umat Islam di seluruh dunia.
Hal itu diungkapkan juga oleh Managing Director dari perusahaan intelijen dan risiko global, International Interest, Sami Al-Hachimi Al-Hamidi yang menyebut bahwa The Mukaab menjadi simbolisme yang sangat mencolok.
“Pada dasarnya kerajaan sedang merelokasi identitasnya dari Ka'bah di Mekah menjadi Ka'bah di Riyadh, dan Ka'bah Islam menjadi Ka'bah untuk Vision 2030,” ungkap Sami Al-Hachimi.
Akan tetapi, di samping kontroversi tersebut, pengguna media sosial lainnya di Arab Saudi menanggapi berbagai kritik terkait rencana pembangunan The Mukaab.
“Mengapa Muslim asing begitu mudah dimanipulasi? Jika setiap bangunan berbentuk kubus adalah Ka’bah baru, maka Anda akan menemukan jutaan Ka’bah di Riyadh karena kami memiliki banyak bangunan berbentuk kubus,” ungkap pengguna media sosial tersebut, dikutip middleeastmonitor.com.
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto