tirto.id - Sebagian orang ada yang tak bisa menolak permintaan orang lain. Mereka berusaha menjadi sosok yang menyenangkan dan disukai orang lain. Bukannya menjadi bahagia, sosok seperti ini kadang kala malah mengorbankan kesenangannya karena tidak bisa berkata "tidak" setiap kali diminta bantuan. Jika berlarut-larut, mereka sebenarnya memendam dongkol dalam hati yang tak bisa disalurkan dengan sehat. Inilah sosok people pleaser, orang yang berupaya terus-terusan menyenangkan orang lain. Lantas, apa ciri-ciri mereka?
Tidak ada salahnya membantu orang lain. Namun, ketika seseorang sebenarnya tidak dalam kondisi ideal untuk mengulurkan tangan, namun terpaksa mengiyakan bantuan tersebut, bukannya menjadi hal baik, malah mengganggu keadaan emosionalnya. Ia bisa dianggap tidak memiliki kontrol diri yang kuat, kurang berpendirian, dan mengukur kualitas dirinya dari validasi orang lain.
Dalam istilah populer, mereka dikenal sebagai people pleaser. Istilah ini berasal dari bahasa Inggris yang artinya "penyenang orang lain". Sederhananya, people pleaser adalah orang yang menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhannya sendiri. Mereka berupaya membantu orang lain, meskipun harus mengorbankan kesenangan mereka sendiri.
Dalam spektrum tertentu, membuat orang senang atau membantu orang lain adalah hal positif, namun jika dilakukan berlebihan, sosok people pleaser kadang kala tidak punya banyak waktu untuk menikmati keadaan dirinya. Ia selalu mengiyakan orang lain sampai-sampai lupa bahwa ia juga memiliki kesenangan atau kebutuhan tertentu, bukan sekadar ikut-ikutan saja.
Sebagai contoh, di masa remaja, kadang kala anak ABG memiliki kelompok pertemanan (peer group), geng, atau circle tertentu. Tak jarang, salah seorang dari anggota kelompok itu tidak mampu beradaptasi dengan baik, ia kemudian ikut-ikutan, meskipun tidak cocok.
Jika ia bergabung dengan circle remaja yang hobi fesyen, ia berupaya keras membeli busana atau aksesoris mahal untuk memperoleh validasi dari teman-temannya.
Padahal, bisa jadi ia anak yang berkekurangan dan tidak mampu. Ia memaksa dirinya menjadi people pleaser sampai-sampai mengorbankan kondisi ekonominya.
Apa Saja Ciri-ciri People Pleaser?
Untuk mengetahui people pleaser, terdapat ciri-ciri tertentu yang ditunjukkan oleh sosok individu terkait.
Dilansir WebMD, berikut ini ciri-ciri seseorang sehingga bisa dikatakan sebagai sosok people pleaser.
1. Selalu menyetujui orang lain dan enggan menolak pendapat
Idealnya, seseorang memiliki pendapat dan pendirian masing-masing. Namun, sosok people pleaser bisa jadi tidak setuju atas pendapat orang lain, namun ia tetap mengangguk-anggukkan kepala dan menyetujui ketika ada yang berdiskusi dengannya.
2. Meminta maaf atas yang bukan kesalahannya
Sosok people pleaser akan merasa bersalah jika harus menolak atau tidak setuju. Ketika orang lain kecewa karena ketidaksetujuannya, ia merasa bertanggung jawab atas perasaan orang lain tersebut.
Padahal, respons emosi orang lain bukan hal yang bisa kita kontrol. Seyogianya, kita tidak harus merasa bersalah ketika orang lain marah atau tidak suka atas pendirian kita.
3. Tidak mampu berkata "tidak"
Masih berkaitan dengan sikap sebelumnya, karena sebab itulah, sosok people pleaser tidak mampu berkata "tidak" ketika ada orang lain meminta bantuan.
Demi menyenangkan orang lain, mereka tetap bersedia dalam kondisi apa pun, meski kadang kala harus menyimpan jengkel dalam hati.
4. Mengubah "dirinya" tergantung dengan siapa ia bergaul
Demi menyenangkan orang lain, mereka akan bersikap seperti bunglon, selalu berupaya menyesuaikan diri tergantung dengan siapa mereka berinteraksi.
Bisa jadi, mereka tidak menyukai sepak bola, namun karena bergaul dengan fans sepak bola, mereka seakan-akan juga menyukai olahraga tersebut.
5. Menilai kualitas dirinya atas validasi orang lain
Hal-hal di atas disebabkan mereka tidak memiliki parameter untuk menilai kualitas diri. Mereka menganggap bahwa penilaian orang lain adalah ukuran mutlak apakah mereka sosok yang menyenangkan, jujur, dan sebagainya.
Ibaratnya, people pleaser akan kecewa jika ada yang membenci atau tidak menyukai mereka. Isyarat ketidaksukaan orang lain dianggap sebagai penilaian negatif atas kualitas diri mereka.
Editor: Addi M Idhom