tirto.id - Penjualan mobil selama tahun 2020 secara umum terpuruk. Pandemi COVID-19 telah menyebabkan penurunan penjualan hampir 50 persen dibanding 2019.
Penjualan wholesales atau dari pabrik ke diler turun 500.880 unit, dari 1,03 juta ke 532.027. Sementara penjualan retail atau kepada konsumen turun 467.390 unit atau dari 1,04 juta ke 578.327.
Executive General Manager PT Toyota-Astra Motor (TAM) Soerjopranoto atau akrab disapa Suryo mengatakan pasar otomotif kian kisut usai industri kehilangan momen pulang kampung dan libur Idulfitri--yang pada tahun-tahun normal berdampak pada meningkatnya permintaan terhadap mobil baru dan rental.
Sebab lainnya adalah akses kredit kendaraan bermotor semakin ketat. Perusahaan pembiayaan maupun perbankan memilih berhati-hati menyalurkan kredit untuk mengantisipasi potensi penurunan pendapatan para konsumen.
Suryo menyebut penjualan retail mobil Toyota turun 44,8 persen dari 331.004 unit (2019) ke 182.665 unit (2020). Pukulan terparah dialami oleh mobil menengah-bawah seperti Avanza dan Calya yang masing-masing turun 61 persen dan 57 persen.
“Kalau kondisi seperti ini, UMKM-perusahaan kecil, kebutuhan kendaraan mereka menurun. Segmen itu terkena paling besar,” ucap Suryo kepada reporter Tirto, Jumat (22/1/2021).
Toyota sendiri memimpin market share dengan porsi 31,6 persen pada 2020.
Pemegang pangsa pasar terbesar kedua (17,5 persen), Daihatsu, juga mengalami penurunan penjualan retail 43,7 persen dari 177.588 unit (2019) ke 100.026 unit (2020). Honda di urutan ketiga (13,7 persen) juga turun 46,8 persen dari 149.439 unit (2019) ke 79.451 unit (2020).
Yang Mewah Stabil
Menariknya, di tengah penurunan penjualan konsumen kelas menengah-bawah, segmen premium masih berdenyut. Suryo mengatakan segmen ini “cenderung stabil, kalau turun, turunnya enggak banyak.”
Penurunan penjualan retail Lexus, misalnya, lebih landai yaitu 27 persen dari 1.354 unit (2019) ke 988 (2020). BMW yang ada di bawah grup Astra Internasional pun sama. Penjualan retailnya hanya turun 16,7 persen dari 2.500 (2019) ke 2.082 (2020) alias di bawah rata-rata industri yang mencapai 50 persen. Impor BMW di 2020 malah naik 78,7 persen dari 141 unit (2019) ke 252 unit (2020).
Penjualan retail Peugeot yang masih di grup Astra masih naik 64,3 persen dari 129 (2019) ke 212 (2020). Impornya juga naik 76,5 persen.
Penjualan retail Renault juga naik 32 persen dari 250 (2019) ke 330 (2020). Morris Garage, merek asal Inggris yang baru memasuki pasar otomotif Indonesia di tahun 2020, bahkan sanggup meraup penjualan retail sebanyak 313 unit.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menjelaskan fenomena ini terjadi karena “segmen di atas itu peminatnya secara ekonomi kuat.” “Yang terdampak harga di bawah Rp300 jutaan, mobil yang diminati masyarakat umum,” ucap Kukuh kepada reporter Tirto, Jumat.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan klaim bahwa daya beli menengah-atas relatif terjaga bahkan meningkat salah satunya terlihat dari data simpanan perbankan LPS. Nominal simpanan Rp1-2 miliar tumbuh 10,4 persen yoy bahkan di atas Rp5 miliar tumbuh 13,3 persen, jauh dibanding nominal simpanan di bawah Rp100 juta yang hanya 8,8 persen.
Faisal menduga hal itu disebabkan karena anggaran tertentu tidak bisa dikeluarkan selama pandemi. Misalnya duit untuk liburan.
Faktor lainnya adalah sebagian sektor usaha yang justru tumbuh positif di tengah pandemi sehingga berpengaruh pada kekayaan orang bersangkutan. Per Q3 2020 saja, sektor kesehatan tumbuh 15,33 persen yoy, informasi dan komunikasi 10,42 persen yoy, dan jasa keuangan-asuransi hanya terkoreksi 0,95 persen yoy.
“Karena pandemi, tabungan bertambah. Mereka sangat mungkin untuk membeli barang-barang mewah,” ucap Faisal kepada reporter Tirto, Jumat.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah & Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino