Menuju konten utama

Apa Itu Mirror Syndrome dan Bagaimana Gejalanya?

Kasus komplikasi kehamilan mirror syndrome memang cukup langka dan umumnya terjadi ketika usia kehamilan ibu mencapai 16-34 pekan.

Apa Itu Mirror Syndrome dan Bagaimana Gejalanya?
Ilustrasi Ibu hamil alami gejala mirror syndrome. foto/Isotkcphoto

tirto.id - Mirror syndrome merupakan kondisi ketika ibu hamil dan janin yang dikandungnya sama-sama mengalami pembengkakan akibat adanya penumpukan cairan yang berlebih.

Hal itu mungkin terjadi ketika ibu hamil mengalami kondisi preeklamsia dan kandungannya punya jumlah cairan yang berlebih.

Kasus komplikasi kehamilan mirror syndrome memang cukup langka dan umumnya terjadi ketika usia kehamilan ibu mencapai 16-34 pekan.

Seperti dilansir dari laman Verry Well Health, nama lain dari penyakit ini adalah Ballantyne Syndrome atau triple edema, dengan risiko terburuk adalah kematian pada janin jika tidak mendapat penanganan dengan tepat.

Bumil dengan kondisi preeklamsia mempunyai tekanan darah tinggi dan meningkatnya kadar protein di dalam urinnya. Hal itu memicu pembengkakan di beberapa bagian tubuhnya, termasuk juga pada janin yang sedang ia kandung.

Indikasi adanya pembengkakan yang dialami oleh ibu hamil atau bumil di bagian tubuh tertentu termasuk kaki dan tangan sepatutnya diwaspadai dengan rutin memeriksakan diri ke dokter untuk mendapat diagnosis profesional. Jika tidak diantisipasi secepatnya, mirror syndrome bisa memicu infeksi yang mengancam keselamatan janin dan ibu.

Apa saja gejala mirror syndrome?

Biasanya ibu hamil yang mengalami sindrom ini sebelumnya juga punya masalah preeklampsia, maka tak jarang gejala yang muncul untuk mengindikasi adanya mirror syndrome justru bisa bercampur dengan penyakit sebelumnya.

Berikut ini beberapa gejala atau indikasi yang sering muncul pada sindrom mirror yang perlu diketahui oleh bumil:

  • Bengkak yang terjadi di beberapa bagian tubuh dan bisa terlihat seperti di kaki, tangan dan wajah.
  • Naiknya berat badan secara drastis, tidak wajar seperti kehamilan normal.
  • Bengkaknya tungkai kaki
  • Terdapat kandungan protein di dalam urine
  • Mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi yang tidak normal
  • Apabila diperiksakan ke dokter dengan USG, janin akan tampak mengalami pembengkakan pula seperti di bagian jantung, hati, serta limpanya.
  • Terlihat ukuran placenta lebih besar karena penumpukkan cairan.
  • Cairan ketuban juga lebih banyak dari kehamilan normal.
Apabila indikasi atau gejala yang terlihat belum cukup untuk menentukan apakah itu adalah mirror syndrome atau bukan, maka pemeriksaan bisa dilanjutkan dengan tes darah atau disebut hemodilusi.

Hemodilusi adalah kondisi jumlah plasma di dalam darah jauh lebih banyak dibanding jumlah sel darah merah atau anemia.

Jenis pemeriksaan lain yang banyak dilakukan pada ibu hamil dengan risiko mirror syndrome adalah hidrops fetalis untuk melihat adanya penumpukan cairan pada janin. Juga memeriksa sampel cairan ketuban atau amniocentesis.

Baca juga artikel terkait MIRROR SYNDROME atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Nur Hidayah Perwitasari