tirto.id - Giant Sea Wall adalah proyek pembangunan tanggul laut raksasa di beberapa area pesisir Indonesia. Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengingatkan kepada para pejabat negara jangan sampai pembangunan giant sea wall terjebak kepentingan politik lima tahunan.
Dia menjelaskan pembangunan Giant Sea Wall merupakan proyek jangka panjang yang akan rampung seluruhnya dalam waktu 40 tahun ke depan, terutama jika berkaca pada pengalaman negara-negara di Eropa membangun tanggul raksasa.
“Kita mengerti negara berjalan dalam sistem politik melalui partai-partai politik yang diawaki oleh politisi, dan politisi itu berpikir lima tahunan, karena dia akan berkuasa atau tidak, berkuasa lima tahunan. Masalah Giant Sea Wall mungkin para engineer paham, dan akan menyampaikan, saya yakin masalah sea wall ini akan memakan waktu 40 tahun atau lebih,” kata Prabowo, dikutip Antara News.
Prabowo menyampaikan hal tersebut dalam seminar nasional bertajuk “Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa melalui Pembangunan Tanggul Pantai dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall)" yang diadakan Kementerian Koordinator Perekonomian.
Pembangunan tanggul pantai dan tanggul laut raksasa mulai dibahas setidaknya sejak 1994 untuk kawasan pesisir utara Jakarta, namun rencana itu baru dapat terwujud pada 2014.
Pembangunan tanggul itu menjadi bagian dari proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang terbagi dalam tiga fase pengerjaan, yaitu A, B, dan C.
Dalam seminar itu, Airlangga dan Prabowo menilai pembangunan tanggul laut raksasa tidak hanya fokus di utara Jakarta, tetapi di seluruh kawasan pesisir Pulau Jawa terutama di sekitar pantai utara Pulau Jawa.
Apa Itu Giant Sea Wall dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Giant Sea Wall adalah Tanggul Laut Raksasa untuk memitigasi dampak dari degradasi Pantai Utara (Pantura). Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, dalam pembangunan proyek jangka panjang seperti Giant Sea Wall, secara bersamaan harus tetap memperhatikan kondisi lingkungan sekitar.
Dalam paparan sebelumnya, disampaikan bahwa penurunan muka tanah (land subsidence) di wilayah Pantura Jawa dapat mencapai 1-25 centimeter (cm) per tahun. Di sisi lain ancaman yang juga menanti yaitu kenaikan permukaan air laut sebesar 1-15 cm per tahun di beberapa lokasi serta fenomena banjir rob.
Hal itu, menurut Trenggono, merupakan ancaman jangka panjang yang harus segera ditanggulangi. Dirinya menjelaskan bahwa infrastruktur dari Giant Sea Wall nantinya perlu diberikan ruang atau kanal sebagai ruang untuk air laut, serta di wilayah pesisir tumbuhan mangrove harus dibiarkan hidup.
Giant Sea Wall adalah struktur yang terbuat dari beton atau bata. Dibangun sejajar dengan pantai pada peralihan antara pantai dan daratan atau bukit pasir, untuk melindungi wilayah pedalaman dari gelombang dan mencegah erosi pantai.
Tembok laut ini biasanya merupakan struktur besar yang dirancang untuk menahan gelombang badai. Ketinggian tembok laut setidaknya akan menutupi perbedaan antara permukaan pantai dan daratan, meskipun umumnya tembok laut dibangun lebih tinggi untuk melindungi daratan dari luapan gelombang.
Bagaimana Cara Kerja Giant Sea Wall?
Sea Wall ini digunakan untuk menstabilkan tebing yang terkikis dan melindungi jalan pesisir dan permukiman yang berbatasan dengan pantai. Puncak tembok sering kali memanjang hingga menjadi bagian tertutup batu yang dapat digunakan sebagai jalan, kawasan pejalan kaki, atau area parkir.Bentuk permukaan tembok laut menentukan kapasitasnya untuk memantulkan atau menghilangkan energi gelombang. Dinding laut yang halus dan vertikal dibangun untuk memantulkan energi gelombang ke arah laut. Hal ini mungkin menimbulkan turbulensi dan menahan sedimen, sehingga semakin meningkatkan risiko erosi.
Tembok laut vertikal juga dapat menyebabkan lubang gerusan di kaki struktur yang menyebabkan ketidakstabilan. Kemiringan dan permukaan yang tidak beraturan pada desain struktur tembok laut dapat meningkatkan kinerjanya, memungkinkan pemecahan gelombang, pembuangan energi, dan hamburan arah pantulan gelombang.
Tembok laut sering ditemukan pada kasus pantai yang sempit atau curam, di mana pemecah gelombang biasanya terlalu besar atau tidak ekonomis. Meskipun tembok laut melindungi infrastruktur dan permukiman di daerah pedalaman, erosi di depan tembok laut dan di sepanjang pantai yang berdekatan akan terus meningkat dengan laju yang semakin meningkat, tanpa mengatasi penyebab erosi.
Editor: Iswara N Raditya