tirto.id - Tulang belakang merupakan penyangga tubuh paling utama. Selain itu tulang belakang juga menjadi lokasi saraf sensorik yang mengatur refleks tubuh saat terkena rangsang tertentu.
Fungsi tulang belakang harus dijaga dari gangguan tulang, salah satu yang kerap terjadi adalah fraktura atau patah tulang.
Dilansir dari Medical News Today, fraktura merupakan kondisi ketika tulang mengalami patah. Fraktura dapat berupa patah tulang sepenuhnya atau sebagian.
Kondisi ini dapat terjadi pada tulang bagian manapun dalam tubuh.
Penyebab Fraktura
Umumnya, tulang yang sehat memiliki kekuatan untuk menahan beban yang sangat berat. Namun, pada tingkat beban tertentu, tulang dapat mengalami retak hingga patah.
Fraktura tulang dapat terjadi karena beberapa sebab, di antaranya benturan sangat keras, tekanan dan latihan yang berlebihan, dan melemahnya tulang.
Salah satu penyebab paling umum melemahnya tulang adalah osteoporosis.
Fraktura Pada Penderita Osteporosis
Pada penderita osteoporosis, tulang mengalami pelemahan sehingga membuatnya rapuh dan mudah patah.
Menurut data dari Osteporosis Foundation, fraktura tulang belakang paling sering terjadi karena osteoporosis. Kasus ini paling banyak ditemukan pada kelompok usia 50 tahun ke atas.
Perempuan juga lebih rentan mengalami osteoporosis dibanding pria.
Fraktura tulang belakang dapat berimbas pada berbagai kondisi kesehatan penderita.
Kelainan bentuk tulang belakang, penurunan tinggi badan, sakit punggung, gangguan gerak, kesulitan bernafas, gangguan pencernaan, hingga sulit menahan kencing dapat menjadi gangguan fisik penderita.
Selain gangguan fisik, kondisi mental penderita juga dapat terpengaruh. Depresi, kehilangan kepercayaan diri, takut terjatuh, dan terisolasi secara sosial berpotensi dialami oleh penderita fraktura tulang belakang karena osteoporosis.
Langkah Pencegahan dan Penanganan Fraktura Tulang Belakang
Fraktura tulang belakang yang tidak segera ditangani dapat menyebar: Muncul fraktura baru pada tulang belakang, hingga fraktura pada tulang lain di seluruh tubuh, termasuk fraktura tulang pinggul.
Untuk itu, identifikasi awal fraktura tulang belakang karena osteoporosis sangat penting.
Penanganan yang tepat juga sangat membantu untuk menghindari memburuknya kondisi penderita fraktura tulang belakang.
Pengobatan bagi penderita osteoporosis dapat mengurangi risiko fraktura hingga 50-80 persen dalam waktu 6-12 bulan.
Pengertian dan Penyebab Osteoporosis
Osteoporosis merupakan penyakit kerapuhan tulang akibat massa tulang rendah. Kondisi ini biasanya dibarengi penurunan kualitas jaringan otot dan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah.
Menurut penelltian Curtis E. dkk. berjudul "Determinants of muscle and bone aging" pada Journal of Cellular Physiology (2015), kekuatan otot dan tulang mencapai puncaknya pada awal periode dewasa dan mengalami kemunduran pada usia 50-an.
Seseorang yang berusia 50 tahun mengalami pengurangan kekuatan tulang sebesar 1,5-3 persen per tahun. Sedangkan perempuan yang mengalami periode perimenopause, pengeroposan tulang mengalami pertambahan hingga 1-2 persen per tahun.
Mengutip dari Mayoclinic, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan osteoporosis.
1. Faktor Alami
Faktor alami tidak dapat dikontrol dan bersifat genetik, sepert: perempuan lebih beresiko ketimbang pria; usia lanjut; ras kaukasia dan asia lebih beresiko; keluarga dengan riwayat osteoporosis; dan ukuran tubuh kecil--karena besar kemungkinan memiliki kepadatan tulang lebih rendah.
2. Faktor Hormonal
Osteoporosis juga diakibatkan oleh kondisi hormonal tertentu pada tubuh. Kondisi tersebut seperti: hormon seks rendah; hormon tiroid berlebihan; kelenjar paratiroid terlalu aktif; dan kelebihan kelenjar adrenal.
3. Faktor Pola Makan
Osteporosis juga dapat disebabkan oleh diet yang tidak tepat. Diet tidak tepat yang dimaksud seperti: kekurangan konsumsi kalsium; kekurangan berat badan karena kelainan pola makan; dan operasi pencernaan.
4. Steroid dan Obat-obatan
Konsumsi steroid yang berlebih--baik yang diminum maupun yang disuntik--dapat memengaruhi proses pembentukan tulang. Selain itu, osteoporosis juga dapat dipicu obat-obatan untuk mengobati kejang-kejang, GERD, kanker, dan obat penolakan transplantasi.
5. Kondisi Medis
Resiko osteoporosis juga dapat meningkat bagi orang yang mengalami kondisi medis berikut:
- Penyakit celiac
- Radang usus
- Penyakit ginjal atau hati
- Kanker
- Multiple myeloma
- Penyakit rematik
6. Pola hidup
Pola hidup tidak teratur sangat berpengaruh pada osteoporosis, misalnya konsumsi alkohol berlebih dan merokok. Selain itu, orang yang terlalu sering duduk juga lebih beresiko ketimbang yang aktif bergerak.
Penulis: Adilan Bill Azmy
Editor: Aditya Widya Putri