Menuju konten utama
Hari Osteoporosis Sedunia 2021

Alasan Osteoporosis Terjadi pada Perempuan dan Cara Mengatasinya

Di Indonesia sendiri, pada tahun 2050 diprediksi kelompok risiko osteoporosis mengalami pertumbuhan sebesar 135 persen.

Alasan Osteoporosis Terjadi pada Perempuan dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi osteoporosis. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Masyarakat Indonesia berisiko tinggi terkena osteoporosis, sebab asupan vitamin D dan kalsiumnya sangat rendah. Perempuan bahkan punya risiko empat kali lebih besar dari laki-laki.

Osteoporosis merupakan penyakit di mana tulang kehilangan kepadatan dan akhirnya rapuh, sehingga tekanan ringan seperti membungkuk atau batuk dapat menyebabkan patah tulang.

Menurut Infodatin Kementerian Kesehatan 2020, pada tahun 2050, dunia diprediksi memiliki 6,3 juta orang dengan patah tulang pinggul per tahun.

Lebih dari setengahnya terjadi di Asia. Sementara di Indonesia sendiri, pada tahun yang sama diprediksi kelompok risiko osteoporosis mengalami pertumbuhan sebesar 135 persen.

“Fraktur terkait osteoporosis paling sering terjadi di pinggul, pergelangan tangan atau tulang belakang,” ungkap Luciana B. Sutanto, Dokter Spesialis Gizi Klinik dalam paparan virtual bersama Buyer Indonesia, Selasa, (19/10/2020).

Di Asia Tenggara, osteoporosis berdampak parah pada kualitas hidup dan kemandirian penderitanya. Penyakit ini menjadi sumber beban sosial dan ekonomi bagi individu, komunitas, dan sistem kesehatan nasional.

Gejala Osteoporosis dan Faktor Risiko

Dalam paparan tersebut Luci menjelaskan lebih lanjut beberapa gejala atau tanda fraktur akibat osteoporosis.

    • Postur bungkuk
    • Sakit punggung
    • Tinggi badan menurun: Seiring bertambahnya umur, tinggi badan semakin berkurang
    • Sering mengalami cedera atau keretakan tulang.
Kemudian terdapat beberapa faktor yang membikin risiko osteoporosis semakin tinggi, yakni:

    • Indeks masa tubuh di bawah atau sama dengan 19
    • Menderita gangguan makan: Seperti anoreksia dan bulimia.
    • Gaya hidup buruk: Konsumsi alkohol, kafein, dan soda berlebihan, serta merokok.
    • Riwayat orang tua yang pernah mengalami retak tulang pangkal paha, atau mengidap osteoporosis
    • Ukuran tubuh lebih kecil: Berakibat pada berkurangnya kadar massa tulang, sehingga kepadatan tulang juga berkurang.
    • Pernah operasi saluran pencernaan: Tindakan ini bisa membuat ukuran perut mengecil sehingga penyerapan kalsium berkurang
    • Etnis asia atau kaukasia
    • Malabsorbsi: Ketidakmampuan usus menyerap nutrisi dalam makanan
    • Tidak aktif bergerak
    • Konsumsi obat tertentu: Misalnya obat hormon atau kortikosteroid.

Risiko Osteoporosis pada Perempuan

Penurunan massa tulang pada perempuan dimulai sejak usia 30 tahun. Di masa ini tulang telah mencapai puncak massa pertumbuhan sehingga menjadi lebih tipis dan lemah. Walhasil risiko osteoporosis meningkat.

“Apalagi perempuan mengalami menopause, kondisi ini jadi salah satu faktor yang membikin risiko osteoporosis jadi lebih tinggi,” terang Luciana.

Sebanyak 40,6 persen perempuan Indonesia berusia 20-29 tahun juga memiliki massa tulang rendah. Sebagai tindakan preventif perlu dilakukan pencegahan sejak dini dengan mongonsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup.

Faktanya perempuan Indonesia hanya mengkonsumsi 25 persen kalsium (254 mg) dari rekomendasi asupan kalsium harian pada dewasa sebanyak 1000-1200 mg. Sementara vitamin D 15-20 mcg (600-800 IU) per hari.

Ia juga memberi beberapa tip lain untuk mencegah osteoporosis.

  • Menyukupi kebutuhan kalsium dan vitamin D, serta makanan seimbang;
  • Aktif dan teratur berolahraga;
  • Konsumsi makanan yang baik untuk kesehatan tulang seperti buah dan sayur;
  • Hindari rokok dan minuman beralkohol.

Baca juga artikel terkait HARI OSTEOPOROSIS SEDUNIA 2021 atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Dhita Koesno