tirto.id - Film terbaru Hollywood Avatar 2: The Way of Water akan tayang di bioskop seluruh Indonesia pada hari ini, 14 Desember 2022.
Avatar 2 mengisahkan Jake Sully yang tinggal bersama keluarga barunya yang terbentuk di planet Pandora.
Serangan kembali mengancam nyawa mereka sehingga Jake harus bekerja dengan Neytiri dan pasukan ras Na'vi untuk melindungi planet mereka.
Melalui rilis trailernya tampak beberapa penggalan adegan pertarungan Jake Sully bersama dengan ras Na'vi untuk mempertahankan tempat tinggal mereka.
Kini, Anda bisa menyaksikan film sekuel tersebut di bioskop-bioskop di Indonesia, namun Anda mungkin harus memperhatikan beberapa hal saat menonton.
Cinema XXI melalui akun Instagramnya mengumumkan bahwa, film ini menggunakan beberapa rangkaian efek lampu flash yang mungkin berbahaya bagi penonton yang rentan terhadap epilepsi fotosensitif dan fotosensitivitas lainnya. Oleh karena itu, para penonton diimbau untuk memperhatikan hal tersebut saat menonton di bioskop.
Lalu, sebenarnya apa itu fotosensitivitas dan mengapa perlu diingatkan kepada penonton bioskop?
Apa Itu Fotosensitivitas
Mengutip laman Healthline, fotosensitivitas merupakan bentuk kepekaan yang ekstrem pada sinar ultraviolet (UV) dari matahari atau sumber cahaya yang lain.
Paparan sinar UV dapat menyebabkan kerusakan pada kulit sampai kanker kulit. Orang yang fotosensitif dapat mengalami ruam kulit atau luka bakar walaupun hanya terkena sinar matahari sebentar.
Sedangkan dalam lamanEpilepsy Foundation, dijelaskan bahwa pada sekitar 3 persen penderita epilepsi paparan lampu kilat dengan intensitas atau pola visual tertentu dapat menimbulkan kejang. Kondisi itu disebut epilepsi fotosensitif.
Epilepsi fotosensitif sering terjadi pada anak-anak dan remaja, terutama yang memiliki sindrom epilepsi tertentu seperti epilepsi mioklonik remaja dan epilepsi dengan mioklonia kelopak mata (sindrom Jeavon).
Banyak orang tidak sadar kalau sensitif pada kedipan lampu atau pola tertentu sampai mengalami kejang.
Beberapa orang yang terganggu dengan paparan cahaya tidak mengalami kejang sama sekali, namun mengalami gejala lain seperti sakit kepala, mual, dan pusing. Hal ini karena tidak menderita epilepsi.
Apa Pemicu Fotosensitivitas
Kejang yang dialami oleh orang yang fotosensitif bisa dipicu oleh hal berikut:
1. Layar televisi atau monitor komputer karena kedipan atau gambar yang bergulir.
2. Video game atau siaran TV tertentu yang terdapat kilatan cepat atau pola bergantian dengan warna berbeda.
3. Lampu strobo yang intens seperti alarm kebakaran.
4. Cahaya alami seperti sinar matahari, terutama ketika berkelap-kelip melalui pepohonan.
5. Pola visual tertentu, terutama garis-garis warna yang kontras.
Hal yang Harus Dilakukan jika Terganggu oleh Kilatan Lampu
1. Periksakan diri ke dokter jika khawatir lampu flash dapat memicu kejang. Catatan medis akan menunjukkan bagaimana respon terhadap lampu flash selama electroencephalogram (EEG) yaitu tes yang dilakukan secara rutin pada penderita epilepsi.
Selama tes ini, sensor akan dipasang di kulit kepala untuk melihat aktivitas listrik otak dalam berbagai kondisi. Termasuk rangsangan cahaya yang dihasilkan oleh lampu strobo yang diletakkan di depan mata.
Respon yang tidak normal pada berbagai frekuensi lampu flash menunjukkan adanya fotosensitifitas.
2. Apabila belum pernah didiagnosa menderita epilepsi atau belum menjalani EEG, tanyakan kepada dokter tentang cara untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi dengan ahli saraf.
3. Mengetahui apakah mengalami fotosensitif dapat membantu apabila memiliki aktivitas harian yang berisiko seperti sering bermain video game.
Tips untuk Penderita Fotosensitivitas
- Hindari paparan jenis lampu flash tertentu jika memungkinkan.
- Tutup satu mata dan menjauh dari sumber lampu flash. Menutup kedua mata atau mengalihkan pandangan ke arah lain tidak membantu.
- Menonton televisi di ruangan yang cukup terang untuk mengurangi kontras antara cahaya dari televisi dan ruangan.
- Kurangi kecerahan layar dan duduk sejauh mungkin dari televisi.
- Gunakan remote untuk memindahkan saluran sehingga tidak perlu terlalu dekat dengan televisi.
- Hindari menonton televisi untuk jangka waktu yang lama.
- Gunakan kacamata hitam terpolarisasi saat menonton televisi untuk mengurangi silau.
- Saat bermain video game, duduk minimal dua meter dari layar dalam ruangan yang cukup terang.
- Jangan biarkan anak-anak bermain video game saat lelah.
- Sering istirahat dan mengalihkan pandangan dari layar.
- Jangan menutup dan membuka mata sambil melihat layar.
- Tutupi satu mata secara bergantian saat bermain.
- Matikan video game jika timbul perasaan aneh atau tubuh tersentak secara terus-menerus.
Penulis: Tifa Fauziah
Editor: Yandri Daniel Damaledo