Menuju konten utama

Apa Itu Agama Bahai: Ajaran, Menyembah Apa, dan Hari Raya Naw Ruz

Agama Baha'i menyembah apa? Berikut penjelasan mengenai apa itu agama Bahai beserta apa itu Hari Raya Naw Ruz.

Apa Itu Agama Bahai: Ajaran, Menyembah Apa, dan Hari Raya Naw Ruz
Taman Baha'i di Bahjí, Acre, Israel. Wikipedia/Marco Abrar

tirto.id - Agama Baha'i sempat menjadi perbincangan di lini masa Twitter pada Selasa (27/7/2021) hingga Rabu (28/7/2021). Viralnya agama Baha'i berawal dari video ucapan Menteri Agama Yaqut Kholil Qoumas.

Apa itu agama Baha'i? Baha'i berasal dari Irak dan dikenalkan pada pertengahan abad ke-19 oleh Mírzá Ḥusayn-`Alí Núrí, yang dikenal sebagai Bahāʾ Allāh, dalam bahasa Arab berarti "Kemuliaan Tuhan".

Tentang Agama Bahai

Dilansir Britannica, landasan kepercayaan Baha'i adalah keyakinan bahwa Bahaʾ Allah dan pendahulunya, yang dikenal sebagai Bab, dalam bahasa Persia berarti "Gerbang", adalah manifestasi Tuhan, yang esensinya tidak dapat diketahui.

Prinsip utama Baha'i adalah kesatuan esensial semua agama dan kesatuan umat manusia. Baha'i percaya bahwa semua pendiri agama-agama besar dunia telah menjadi manifestasi Tuhan dan agen dari rencana ilahi untuk umat manusia.

Terlepas dari perbedaan nyata mereka, agama-agama besar dunia, menurut Bahāʾī, mengajarkan kebenaran yang identik. Fungsi khusus Bahaʾ Allah (Baha'u'llah) adalah untuk mengatasi perpecahan agama dan membangun iman universal.

Baha'i percaya pada kesatuan umat manusia dan mengabdikan diri pada penghapusan prasangka rasial, kelas, dan agama. Sebagian besar ajaran Baha'i berkaitan dengan etika sosial. Iman tidak memiliki imamat dan tidak menjalankan bentuk-bentuk ritual dalam ibadahnya.

Dalam video yang beredar, Menag mengucapkan Hari Raya Naw Ruz 178 EB kepada komunitas Baha'i di Indonesia. Video Menag juga diunggah di akun YouTube Baha'i Indonesia.

Ajaran Agama Baha'i

Ada tiga prinsip ajaran dan doktrin Baha’i, yaitu kesatuan Tuhan, kesatuan agama, dan kesatuan kemanusiaan. Kitab Suci agama Baha'i berasal dari tulisan Baha' Allah pada Kitab i-Aqdas.

Kitab itu mendefinisikan banyak hukum dan praktik bagi individu dan masyarakat, beriringan dengan Kitab i-Iqan yang secara harafiah adalah kitab kesepahaman sebagai dasar selanjutnya.

Peter Smith, seorang peneliti terkemuka dalam kajian Baha’i pada bukunya berjudul A Concise Encyclopedia of the Baha'i Faith menyebut dalam Baha’i, Tuhan secara berkala mengungkapkan kehendaknya melalui utusan ilahi, yang tujuannya adalah untuk mentransformasikan karakter manusia. Dengan demikian, agama dilihat secara tertib, terpadu dan progresif dari zaman ke zaman.

Pandangan iman Baha’i terhadap Tuhan sendiri adalah Tuhan yang tunggal, mahatahu, mahakuasa, tidak dapat binasa, tanpa awal dan akhir, merupakan pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta.

Tuhan tetap dipandang sadar akan ciptaannya, dengan kehendak dan tujuan yang diungkapkan melalui utusannya yang disebut Manifestasi Tuhan.

Karena gagasan wahyu agama yang progresif, maka Baha’i menerima keabsahan agama-agama besar lainnya yang pendirinya dianggap bagian dari Manifestasi Tuhan.

Hingga saat ini, perkiraan angka jumlah pengikut Baha’i masih belum dapat diketahui secara pasti. Jika merujuk data Baha’i World Centre, awal tahun 1991 silam, jumlahnya mencapai lebih dari 5 juta orang.

Pada pertengahan 2004, ensiklopedia Britannica memperkirakan ada 7,5 juta pemeluk Baha’i tersebar di 218 negara berdasarkan data yang diambil dari World Christian Encyclopedia.

The Economist dalam laporannya April 2017 kemarin menyebut saat ini ada sekitar 7 juta pemeluk Baha’i di seluruh dunia.

Tentang Hari Raya Naw Ruz Agama Bahai

Agama Baha'i memperingati Hari Raya Naw Ruz 178 EB pada Maret tahun ini. Menteri Agama Yaqut Kholil Qoumas memberikan ucapan bagi masyarakat Baha'i untuk perayaan ini. Apa itu Hari Raya Naw Ruz?

Menurut situs web Baha'i Center of Washtenaw County, dalam ajaran agama Baha'i, hari raya Naw Ruz diperingati pada 21 Maret setiap tahunnya.

Naw Ruz berasal dari perayaan Zoroaster di Iran kuno dan, hingga hari ini, dirayakan sebagai festival budaya oleh orang Iran dari semua latar belakang agama.

Peringatan Naw Ruz juga telah menyebar ke banyak bagian dunia lainnya, dan dirayakan sebagai hari libur budaya di India, Afghanistan, Tajikistan, Kurdistan Irak, Azerbaijan, Turkmenistan, Uzbekistan dan Kirgistan.

Naw-Ruz berarti "Hari Baru", dirayakan pada hari pertama musim semi. Ini adalah saat kegembiraan dan perayaan, karena kegelapan musim dingin berakhir dan cahaya muncul kembali, bersama kehangatan dan keindahan musim semi.

Bagi agama Baha'i, Naw Ruz juga memiliki makna spiritual yang dalam. Naw Ruz menandai akhir dari 19 hari Puasa Baha'i, yang merupakan periode refleksi dan penyegaran rohani mendalam bagi Baha'i.

Naw Ruz ditahbiskan oleh Baha'u'llah (Baha' Allah) sebagai perayaan "musim semi spiritual" umat manusia: dispensasi Baha'i.

Dispensasi Baha'i dimulai dengan Deklarasi Bab, yang seluruh misinya adalah untuk mempersiapkan dunia bagi seorang Guru Ilahi dengan Pesan yang dianggapnya lebih besar dari pesan-Nya sendiri: Baha'u'llah.

Wahyu Baha'u'llah - saat manusia menerima Ajaran Ilahi melalui Utusan Tuhan -, dalam ajaran Baha'i, disamakan dengan awal musim semi.

Baca juga artikel terkait AGAMA BAHAI atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Yulaika Ramadhani