tirto.id - Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo terkena gas air mata yang ditembakkan polisi dari kendaraan water canon untuk membubarkan demo mahasiswa Jakarta pada Selasa (24/9/2019). Bamsoet pun masuk kembali ke gedung dan batal menemui mahasiswa.
Semburan gas air mata yang disemprotkan, membuat udara di sekitar sekitar pintu gerbang Komplek Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, menjadi tercemar dan menyebabkan mata para demonstran perih.
Apa isi dari gas air mata yang menyebabkan mata perih ini? Dilansir Encyclopedia Britannica, gas air mata atau yang disebut juga lacrimator mengandung zat yang dapat mengiritasi selaput lendir mata dan menyebabkan munculnya sensasi menyengat dan air mata.
Gas ini juga mengiritasi saluran pernapasan bagian atas, menyebabkan batuk, tersedak, dan lemas. Gas air mata pertama kali digunakan saat Perang Dunia I, tetapi karena efeknya hanya jangka pendek dan tak mampu melumpuhkan, tear gas mulai digunakan aparat untuk membubarkan demo seperti demo mahasiswa hari ini.
Selain itu, gas air mata juga biasanya dipakai untuk membubarkan gerombolan, melumpuhkan perusuh, dan tersangka bersenjata.
Zat yang paling sering digunakan sebagai gas air mata adalah senyawa halogen organik sintetik. Isi gas air mata bukan benar-benar "gas" melainkan cairan atau padatan yang dapat tersebar halus ke udara dengan cara semprotan, generator, granat, dan lain-lain.
Dua kandungan gas air mata yang paling sering digunakan adalah ω-chloroacetophenone atau CN dan o-chlorobenzylidenemalononitrile atau CS. CN adalah komponen utama dari aerosol Mace dan banyak digunakan untuk menangani kerusuhan. Kandungan ini sangat mempengaruhi mata.
CS adalah iritan yang lebih kuat dan menyebabkan sensasi terbakar di saluran pernapasan dan mata otomatis akan menutup. Namun, efek CS akan hilang lebih cepat setelah 5-10 menit menghirup udara segar.
Senyawa lain yang digunakan atau disarankan untuk digunakan dalam gas air mata adalah bromoacetone, benzyl bromide, ethyl bromoacetate, xylyl bromide, dan α-bromobenzyl cyanide.
Masker khusus gas dengan filter yang baik dapat mengantisipasi efek gas air mata. Gejala biasanya dimulai 20 hingga 30 detik setelah terpapar gas dan mereda sekitar 10 menit kemudian setelah orang tersebut melarikan diri ke udara segar, kata Neil Gibson, seorang analis dengan IHS Jane, sebuah publikasi intelijen dan keamanan, seperti dikutip BBC.
Pemaparan berulang atau berkepanjangan terhadap gas air mata bisa berdampak berbahaya, kata Steve Wright dari Leeds Metropolitan University, yang telah meneliti teknologi yang berkaitan dengan kepolisian.
Tidak hanya CS yang berbahaya, tetapi orang juga bisa terluka karena tabung gas air mata, kata Wright. Tabung gas air mata bekerja seperti granat tangan, dengan cara ditarik dan memicu pengapian yang mengirim bahan kimia ke udara. Gas air mata juga bisa ditembakkan dari pistol.
Beberapa demo di sejumlah negara melaporkan adanya indikasi tabung gas air mata kadaluwarsa. Hal ini mengarah pada teori, gas air mata akan lebih beracun ketika sudah kadaluwarsa.
Akan tetapi, Wright mengatakan jika gas telah kadaluwarsa, kemundkinan bahan kimia di dalamnya telah rusak, sehingga efek gas menjadi kurang efektif.
Editor: Agung DH