tirto.id - Pengubahan nama Presidium Alumni 212 menjadi Persaudaraan Alumni 212 ditentang oleh sejumlah pengurus internalnya sendiri. “Presidium Alumni 212 tidak pernah memutuskan adanya pengubahan nama,” kata Juru Bicara Presidium 212 Aminudin di Tebet, Jakarta, Senin (29/1).
Para pengurus, kata Aminudin, akan membentuk musyawarah lintas tokoh, ulama, dan habib di Mekah. Musyawarah itu bertujuan melahirkan deklarasi gerakan Islam visioner, konstruktif, dan penuh rahmat. Hal itu sesuai dengan filosofis Mekah sebagai kota suci umat Islam. Untuk mendukung rencana itu, Aminudin mengatakan pihaknya telah menyiapkan surat pemberitahuan kepada Imam Besar FPI Rizieq Syihab. “Terkait teknis pelaksanaan musyawarah Mekah PA (Presidium Alumni) 212 telah menyiapkan surat kepada imam besar Habib Rizieq untuk segera disampaikan,” kata Aminudin.
Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif enggan berkomentar soal sikap yang disampaikan Aminudin. Namun, melalui pesan singkat ia mengirimkan foto yang berisi dua nomor surat keputusan hasil Munas Alumni 212 di Bogor. Kedua surat keputusan ditandatangani pada 26 Januari 2018 oleh pimpinan sidang di antaranya Amien Rais selaku ketua, Misbahul Anam selaku sekretaris; dan para anggota Asep Syaripudin, Eggi Sudjana, Muhammad Al Kaththath, dan Nurdiati Akma.
Dalam surat keputusan pertama bernomor 004/MUNAS212/I/2018 disebutkan tentang pengubahan nama dari Presidium Alumni 212 menjadi Persaudaraan Alumni 212.
“Mengganti nama Presidium Alumni 212 yang disingkat PA 212 menjadi Persaudaraan Alumni 212 yang disingkat PA 212,” demikian bunyi surat keputusan yang diterima Tirto.
Sementara di Surat Keputusan kedua bernomor 005/MUNAS212/I/2018 berisi tentang personalia Persaudaraan Alumni 212. Ada tiga hal yang diputuskan terkait susunan personalia pmpinan DPP Persaudaraan Alumni 212:
1. Saudara Dr. Muhammad Rizieq Sihab Lc, MA.DPMMS menjadi Dewan Pembina Pengurus Pusat Persaudaraan Alumni 212.
2. Saudara Prof. Dr. HM Amien Rais, MA sebagai Ketua Dewan Penasehat Pengurus Pusat Persaudaraan Alumni 212 (Susunan Dewan Penasehat Terlampir).
3. Saudara Slamet Ma'arif, S.Ag, MM sebagai Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Persaudaraan Alumni 212 dan selanjutnya menyusun susunan kepengurusan bersama tim formatur (Terlampir).
Perbedaan dan Persamaan
Surat Keputusan Persaudaraan Alumni 212 mengonfirmasi perbedaan sejumlah hal dengan Presidium Alumni 212. Dari sisi pengurus misalnya, Presidium Alumni 212 dipimpin Habib Umar Al Hamid dengan Sekretaris Jenderal Hasril Harahap. Sedangkan Persaudaraan Alumni 212 diketuai Slamet Maarif dengan Sekretaris Jenderal Bernard.
Dari sisi gerakan Presidium Alumni 212 menolak menggunakan umat Islam sebagai alat politik partai. “Saya kira kami akan menjadikan umat sebagai poros tengah, kekuatan tengah. Jangan lagi dipermainkan partai politik atau kepentingan-kepentingan yang sifatnya jangka pendek," kata Aminudin.
Presidium Alumni 212 pun berencana menerapkan sejumlah program untuk masyarakat seperti diskusi. Kemudian, mereka juga membantu pembentukan pembelaan kepada umat . “Dari awal dari setahun lalu kami kan terus lakukan pembelaan, sampai sekarang terus ada kriminalisasi," kata Aminudin.
Sikap Presidium Alumni 212 berbeda dengan Persaudaraan Alumni 212. Dalam konferensi pers pekan lalu, Persaudaraan Alumni 212 tidak menafikan tendensi politik dalam gerakannya. Mereka misalnya mengkritik program nawacita dan jargon Trisaksi yang dinilai belum terealisasi.
“Kami mengingatkan program Trisakti dan Nawacita yang tiga tahun lalu dijadikan semboyan andalan dari rezim yang berkuasa saat ini dalam kenyataan tidak tercapai sama sekali. Kami minta tidak lagi membuat janji-janji muluk di sisa pemerintahan,” kata Slamet Maarif.
Selain itu, Persaudaraan Alumni 212 juga mengajak kepada umat untuk tidak menjual agama untuk kepentingan duniawi. Mereka mengajak umat untuk tidak boleh terlena dengan keduniawian. Mereka mengajak umat pun untuk sadar melawan islamophobia.
Meskipun ada pandangan berbeda, Pendekatan Presidium Alumni 212 dan Persaudaraan Alumni 212 pun sama dari segi pembangunan. Mereka sama-sama mengedepankan pembangunan kesejahteraan umat Islam.
Pengurus Presidium Alumni 212 pun mengklaim pengurus lama di dewan penasihat dan dewan pakar tetap menjadi bagian dari mereka meskipun tercatat juga di Persaudaraan Alumni 212. Misalnya, kata Aminudin, nama Amien Rais sebagai penasihat serta Rizieq Shihab selaku pembina tetap dipertahankan di Presidium Alumni 212.
Kesamaan lain adalah dari segi manajemen organisasi. Kedua pihak mengklaim menerapkan sistem egaliter dan kolektif kolegial dalam suatu keputusan.
Bantah Pecah
Aminudin mengatakan alumni gerakan 212 tetap solid. Ia menolak perbedaan antara Persaudaraan Alumni 212 dan Presidium Alumni 212 dianggap sebagai perpecahan gerakan alumni 212.
“Jangan bilang terpecah, ini kan cuma banyak jalan ke Mekah, jadi kalau ada yang lewat, kalau kita umrah kan ada yang lewat Madinah ada yang lewat Jedah kan gitu,” kata Aminudin mengumpamakan perbedaan yang ada.
Aminudin menerangkan, kisah yang sama juga terjadi saat kemunculan Garda Alumni 212. Garda Alumni 212 merupakan kelompok yang dipimpin oleh Ustad Ansufri Idrus Sambo untuk mengakomodir alumni 212 yang ingin berpolitik. Garda berdiri setelah keterlibatan Al Khaththath — yang sebelumnya pengurus Presidium Alumni 212 dan kini bergabung dalam Persaudaraan Alumni 212 — di konfrensi pers protes La Nyalla Mataliti gagal menjadi calon gubernur Jawa Timur dari Gerindra.
Aminudin menegaskan umat tidak perlu bingung dengan keberadaan Presidium Alumni 212 dan Persaudaraan Alumni 212. Ia mengatakan, semua umat Alumni 212 boleh bergabung dengan gerakan 212.
Slamet Maarif juga menganggap Presidium Alumni 212 bisa memperkuat gerakan umat Islam.
"Semoga mereka memperkuat perjuangan kami," ujar Slamet.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Jay Akbar