tirto.id - Kode ACAB dan 1312 sering ditemukan pada grafiti, tato sampai dengan gambar grafis lainya. Simbol itu banyak dipakai untuk mengekspresikan protes terhadap perilaku polisi yang tidak etis.
Seperti dikutip laman special-ops.org, kode ACAB dan 1312 adalah simbol anti-polisi. Dalam Bahasa Inggrisnya, ACAB adalah akronim dari "All Corps Are Bastards" atau "semua polisi adalah bajingan". Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan antipati terhadap penegak hukum dan polisi.
Slogan ini sering dipakai dalam tato penjara di Inggris Raya, biasanya ditulis di kepalan tangan, dan jari demi jari. Simbol ini kemudian berkembang dan dipakai oleh penggemar sepak bola di seluruh dunia.
Sejarah Kode ACAB dan 1312
Seperti dikutip gq.com, asal usul yang tepat dari istilah itu tidak diketahui secara pasti, tetapi ada juga yang mengatakan istilah tersebut muncul di Inggris pada paruh pertama abad kedua puluh. ACAB juga disebut pertama kali dipakai pekerja mogok di tahun 1940-an.
Dalam versi yang berbeda, akronim itu pertama kali muncul di depan umum saat seorang jurnalis Newcastle bernama Eric Partridge menghabiskan malam di penjara pada tahun 1977. Waktu itu dia mendokumentasikan akronim ACAB yang tertulis di dinding penjara.
Dia kemudian menerbitkan sebuah buku berjudul "The Dictionary of Catchphrases". Menurut dia, akronim ACAB ada sejak awal 1970-an, tapi dia mendengar arti dari ungkapan itu pada lagu di tahun 1920-an: "Saya akan menyanyikan sebuah lagu untuk Anda, itu tidak terlalu lama: semua polisi adalah bajingan."
Menurut pengetahuannya, frasa tersebut sudah ada sepanjang abad ke-20 dan telah digunakan “di antara penjahat dan penjahat profesional, setidaknya selama satu generasi sebelumnya.”
Band punk Inggris 4 Skins sering memakai akronim ACAB dalam lagu mereka dengan nama yang sama selama tahun 1980′.
Pada 2020 lalu, ACAB juga menjadi tren di Amerika Serikat setelah kematian George Floyd. Seperti diberitakan News.com, simbol itu dicat di gedung-gedung, mobil polisi dan tersebar di media sosial.
George Floyd adalah seorang pria kulit berwarna yang diborgol oleh seorang polisi kulit putih. Dia meninggal setelah lehernya ditindih polisi dengan lutut selama hampir 10 menit.
Editor: Iswara N Raditya