tirto.id - Anak muda Indonesia, dari masa ke masa, tak pernah absen mengambil peran dalam perjalanan bangsa: mulai dari Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan RI 1945, kelahiran Orde Baru 1966, hingga lahirnya Era Reformasi 1998.
“Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia,” kata Bung Karno, menyiratkan keyakinan bahwa anak-anak muda adalah agen perubahan yang sanggup mengubah masa depan bangsa.
Kini, banyak cara untuk berjuang, salah satunya dengan menjaga kelestarian lingkungan. Karena itulah sebagai agen perubahan, generasi muda juga perlu berbuat sesuatu untuk menjamin Indonesia baik-baik saja.
“Kenapa generasi muda harus mulai peduli terhadap pemanasan global, karena dampak negatifnya sudah mulai dirasakan. Hal sederhana adalah udara yang kian panas, naiknya permukaan laut hingga perubahan iklim di berbagai belahan dunia,” ungkap Kepala BBKSDA Jawa Timur Dr. Nandang Prihadi, S.Hut, M.Sc, dalam talkshow “Lagi-Lagi Global Warming” yang diselenggarakan Djarum Trees for Life (DTFL) di Ngawi, Jawa Timur (14/8). Kondisi tersebut merupakan bibit dari bencana-bencana yang timbul, seperti banjir, tanah longsor, hingga munculnya berbagai jenis penyakit baru.
Selain Dr. Nandang, hadir pula youtuber Andovi Da Lopez dan pentolan band Kotak, Tantri Syalindri Ichlasari, sebagai narasumber. Semuanya mengedukasi sekitar 250 mahasiswa (dari 16 perguruan tinggi di Ngawi, Madiun, dan Solo) agar melakukan aksi nyata menjaga alam sekitar.
“[…] sudah waktunya kita sadar lingkungan dan memperbaiki alam. Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang akan mencintai bumi ini,” ujar Tantri.
Andovi memberi contoh aksi nyata yang dilakukannya. “Dari saya sendiri, saya ingin membuat konten video Youtube yang positif dan menarik mengenai lingkungan. Semoga bisa menjadi contoh agar bumi kita dan generasi penerus bangsa terselamatkan.”
Tak Bisa Sendirian
Upaya melestarikan lingkungan terus dilakukan Bakti Lingkungan Djarum Foundation di berbagai daerah di Indonesia. Sebelumnya, pada 2018, lewat program DTFL Trans Jawa di Jawa Timur, Bakti Lingkungan Djarum Foundation menanam 8.400 pohon trembesi di dua ruas tol Trans Jawa: 36 kilometer di ruas tol Surabaya–Mojokerto dan 34 kilometer di ruas tol Gempol–Pasuruan.
Pohon trembesi adalah pilihan terbaik untuk program penghijauan. Penelitian Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengungkap sebatang pohon trembesi mampu menyerap 28,5 ton CO2 dalam setahun, lebih unggul dibanding, misalnya, pohon akasia (5,3 ton CO2) atau kenanga (0,8 ton CO2). Selain itu, kerindangan pohon trembesi pun mampu menurunkan suhu hingga 4° Celcius.
Kini program DTFL telah menjangkau total 157 kilometer dengan adanya penanaman 10.000 pohon trembesi di sepanjang 87 kilometer ruas tol Ngawi–Kertosono. Seremoni pun diselenggarakan di Alun-alun Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (14/8), bekerja sama dengan PT Jasamarga Ngawi Kertosono Kediri dan Pemerintah Kabupaten Ngawi.
“Program ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian, tanggung jawab, serta komitmen Djarum Foundation terhadap lingkungan guna mengurangi efek pemanasan global dan menciptakan lingkungan yang bersahabat bagi Indonesia di masa depan,” ujar Vice President Director Djarum Foundation FX Supanji di sela rangkaian seremoni.
Grup band Kotak yang didaulat sebagai Duta Lingkungan DTFL mengaku bangga dapat terlibat dalam gerakan perbaikan lingkungan. “Kita harus menyadari bahwa manusia dan alam merupakan kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Jika kita merawat lingkungan, alam juga akan menjaga manusia. Jangan sampai bencana datang karena kita lalai menjaganya,” ungkap Tantri, sang vokalis.
Masih di Ngawi, Djarum Foundation juga bekerja sama dengan Kodam V Brawijaya mengajak ratusan mahasiswa dari berbagai komunitas dan universitas sekitar Ngawi, Madiun, dan Solo untuk menghijaukan cagar budaya Benteng Van Den Bosch (Benteng Pendem) lewat gerakan sosial Siap Sadar Lingkungan alias #SiapDarling. Ini merupakan aksi kedua gerakan tersebut setelah akhir Juni lalu menghijaukan kawasan Candi Prambanan.
Alhasil, 130 pohon dan tanaman berbunga—trembesi, flamboyan, kecrutan, kembang merak, sakura jawa, dan tabebuia kuning—berhasil ditanam secara gotong royong di sekitar Benteng Van Den Bosch, dengan harapan membuat cagar budaya itu lebih hijau dan nyaman untuk dikunjungi. Seluruh bibit tanaman berasal dari Pusat Pembibitan Tanaman (PPT) Bakti Lingkungan Djarum Foundation di Kudus, Jawa Tengah.
Nantinya, #SiapDarling bekerja sama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya akan menghijaukan berbagai situs budaya yang tersebar di Indonesia dengan melibatkan anak-anak muda. Klik situs siapdarling.id jika kamu tertarik untuk bergabung sebagai Darling Squad. Mari sama-sama menebarkan semangat untuk beraksi memperbaiki bumi, karena membuat perubahan tak bisa sendirian.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis