Menuju konten utama
Periksa Data

Ambruknya Terra Luna dan Gonjang-Ganjing Dunia Kripto

Terra Luna dan berbagai jenis aset kripto turun, apa yang sedang terjadi dan bagaimana kronologinya?

Ambruknya Terra Luna dan Gonjang-Ganjing Dunia Kripto
Header Periksa Data Ambruknya Terra LUNA dan Gonjang-Ganjing Dunia Kripto. tirto.id/Quta

tirto.id - Pasar aset kripto belakangan menjadi perbincangan seiring tren penurunan berbagai jenis aset virtual tersebut, khususnya aset kripto stablecoin Terra Luna. Penurunan nilai aset kripto Terra Luna cukup dramatis.

Harga perdagangan koin LUNA melesak turun sejak 9 Mei menuju 10 Mei, dari 65,64 dolar AS per koin pada 9 Mei menjadi sekitar sepertiganya, 26,38 dolar AS per koin pada 10 Mei, menurut data CoinMarketCap. Sejak itu harganya semakin amblas hampir 100 persen, hingga hanya tersisa 0.0001386 dolar AS per koin pada 20 Mei. Padahal, pada masa jayanya, pada 5 April, harganya sempat menyentuh 116 dolar AS per koin.

Hal ini dianggap ironis mengingat Terra Luna adalah stablecoin yang disebut sebagai alternatif dari jenis mata uang kripto lain yang lebih volatil seperti Bitcoin.

Bersamaan dengan kolapsnya Terra Luna, kapitalisasi pasar aset kripto secara global bahkan tergerus menjadi 1,3 triliun dolar Amerika Serikat (AS) per Rabu (18/5/2022), menurut dataCoinMarketCap. Padahal, seperti pernah dilaporkan Tirto, kapitalisasi pasar aset kripto global pernah menyentuh 2 triliun dolar AS pada 27 April tahun lalu.

Apa yang terjadi, dan apa sebenarnya stablecoin dan Terra Luna?

Sistem Terra Luna

Terra sendiri didirikan pada Januari 2018 oleh Daniel Shin dan Do Kwon. Kwon memegang posisi CEO Terraform Labs (TFL), yakni perusahaan di balik Terra yang berbasis di Singapura.

Melansir dari Pintu.co.id, sebuah aplikasi jual beli bitcoin dan aset digital, Terra adalah sebuah blockchain yang dibangun dengan tujuan menciptakan ekosistem pembayaran digital yang terdesentralisasi, menggunakan aset kripto yang disebut sebagai stablecoin.

Stablecoin pada Terra ini, menurut laman resmi Terra Luna, mematok harga dari mata uang fiat, misalnya dolar AS. Jadi, jika sebuah koin dikaitkan dengan 1 dolar, itu berarti 1 koin digital ditargetkan bisa setara dengan satu dolar.

Stablecoin paling terkenal di Terra yang mematok harga dolar AS disebut TerraUSD atau UST. Sebagai mata uang digital, pengguna bisa membeli, menabung, menjual, dan menukar stablecoin Terra secara langsung pada blockchain Terra. Beberapa kelebihannya dibanding mata uang tradisional, transaksinya bisa instan dan biayanya murah.

Stablecoin secara teori seharusnya bersifat lebih ajeg dibanding mata uang kripto lain. Tapi, stablecoin hanya memiliki nilai bagi pengguna jika harganya sesuai dengan patokan asetnya. Di sinilah Luna hadir, karena, seperti dinukil dari Reuters, TerraUSD misalnya, menjaga patokannya melalui algoritma yang memoderasi pasokan dan permintaan dalam proses kompleks menggunakan token Luna.

Kwon menciptakan Luna untuk menjaga nilai UST tetap stabil pada 1 dolar AS. Cara kerja stablecoin algoritmik ini memanfaatkan skema pembakaran dan pencetakan (burnt & mint) guna memastikan pasokan dan permintaan UST selalu seimbang sehingga menjaga harga tetap stabil. Artinya, apabila nilai UST turun dari 1 dolar, Terra akan menciptakan koin Luna dan membakar UST. Sebaliknya, jika UST naik dari 1 dolar, Terra akan menciptakan UST dan membakar Luna. Hal ini membuat pasokan UST bertambah dan harganya menjadi turun.

Usai Ambruk, Muncul Terra 2.0

Dilansir Bloombergpada 22 April 2022, UST memiliki kapitalisasi pasar hingga 18 miliar dolar AS kala itu dan token Luna-nya berada dalam jajaran 10 besar dengan nilai pasar teratas. Kini Luna hanya hanya dihargai 0,0001819 dolar AS dan kapitalisasi pasar TerraUSD anjlok menjadi sekitar 1 miliar dolar AS per Rabu (18/5/2022).

Mengutip Forbes, jatuhnya harga Luna terjadi lantaran para trader melepas kepemilikan asetnya.

Kata Jaime Baeza, kepala eksekutif dana lindung nilai kripto yang berbasis di Miami, ANB Investments, dalam emailnya kepada Forbes, tekanan terhadap pasar kripto bisa jadi disebabkan peristiwa makro seperti kebijakan moneter yang lebih ketat, melonjaknya inflasi, dan invasi Rusia ke Ukraina. Di samping itu korelasi antara bitcoin dan ekuitas global yang tinggi juga turut memengaruhi pergerakan pasar.

Memang, Bank Sentral AS The Fed pada awal bulan ini menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) ke kisaran target suku bunga federal antara 0,75 persen dan 1 persen demi meredam inflasi. Melansir The Guardian, lonjakan tersebut paling tajam dalam lebih dari 20 tahun dan merupakan kenaikan kedua pada tahun 2022 setelah kenaikan sebelumnya pada bulan Maret.

Saat harga UST mulai melorot di bawah patokan 1 dolar pada 8 Mei, Luna Foundation Guard (LFG), organisasi nirlaba yang dibentuk untuk mempertahankan harga UST, mentransfer lebih dari 50 ribu bitcoin untuk diperdagangkan ke rekanan. Melalui akun Twitternya, LFG menyatakan dana tersebut digunakan untuk mengeksekusi on-chain swap dan mentransfer bitcoin ke rekanan. Dengan begitu mereka bisa masuk ke perdagangan dalam ukuran besar dengan waktu yang singkat.

Dua hari setelahnya, TFL menjual sekitar 33 ribu Bitcoin dari cadangan LFG sebagai upaya terakhir mempertahankan UST. LFG mencatat total cadangan Bitcoinnya hampir habis dari semula 80 ribu BTC menjadi 313 BTC per 16 Mei 2022. Sayangnya, usaha itu sia-sia dan harga Terra Luna terus ambrol.

Di sisi lain, blockchain Terra juga sempat menghentikan jaringannya sehingga dalam kurun waktu kurang dari 24 jam pada 13 Mei. Binance sebagai platform jual beli kripto terbesar di dunia pun sempat menghapus sementara UST dan LUNA, mengutip CNBC. Namun, pada Jumat (13/5/2022) pukul 10 pagi, perdagangan kedua koin itu dilanjutkan kembali di Binance.

Terbaru pada 18 Mei 2022, Kwon menawarkan proposal “Terra Ecosystem Revival Plan 2” untuk menyelamatkan kembali Terra Luna. Proposal itu kini telah bersifat final dan disetujui oleh 87,29 persen pemberi suara dari komunitas Terra. Rencana Terra 2.0 Kwon salah satunya berbunyi, Terra baru akan memunculkan blockchain tanpa algorithmic stablecoin. Blockchain lama disebut sebagai Terra Classic dengan nama token Luna Classic atau LUNC dan blockchain baru akan dinamai Terra dengan nama token Luna atau LUNA.

Kehancuran UST juga mendorong stablecoin utama Tether (USDT) berada di bawah patok dolarnya pada 12 Mei 2022. Nilai USDT tersebut perlahan merangkak naik dan mulai stabil di angka 0,9988 per Rabu (18/5/2022), mengacu dataCoinMarketCap. Namun demikian, nilai USDT belum mencapai 1 dolar AS hingga artikel ini ditulis.

Sama halnya dengan UST, USDT juga merupakan token digital dengan skema stablecoin atau dipatok dengan nilai aset tradisional dolar AS. Bedanya, USDT tidak menggunakan sistem algoritmik dan menyimpan aset fiat sebagai cadangan untuk mendukung aset mereka.

Stablecoin Algoritmik Rapuh?

Ambruknya nilai LUNA juga terjadi lantaran kecacatan protokol Anchor yang dimanfaatkan oleh trader canggih, seperti catatan Finder—sebuah platform perbandingan produk. Pengguna LUNA dapat mencetak UST dengan menyetorkan LUNA ke dalam protokol Anchor sebagai imbalan atas UST. Di sinilah penyerang membuat skenario UST kehilangan pasaknya dan menggunakannya untuk menjatuhkan harga LUNA.

Penyerang mengeksploitasi sistem dengan menciptakan tekanan harga turun yang sangat besar pada UST hingga kemudian menebusnya untuk Luna. Hal itu menyebabkan pasokan Luna meningkat pesat dan menciptakan efek hiperinflasi pada pasokan Luna yang lantas berdampak pada turunnya harga Luna dan UST.

Finder sebelumnya pernah melakukan survei kepada 36 spesialis fintech untuk mengetahui prediksi kinerja Luna ke depan. Survei tersebut dilakukan pada 28 Maret hingga 11 April sebelum UST kehilangan pasaknya. Saat itu para spesialis memprediksi Luna akan bernilai 143 dolar AS pada akhir tahun 2022 dan naik menjadi 390 dolar AS pada 2025. Namun tidak semua panelis begitu optimis, ada juga yang menyoroti kerapuhan stablecoin algoritmik yang akan membuat harganya turun.

"Stablecoin algoritmik rapuh secara inheren dan tidak stabil sama sekali. Menurut saya, Luna akan ada dalam kondisi kerentanan terus-menerus," kata seorang panelis Dimitrios Salampasis, direktur, MFinTech dan dosen, Inovasi FinTech dan Kewirausahaan di Swinburne University of Technology.

Wakil presiden pengembangan perusahaan dan internasional di bursa kripto Luno, Vijay Ayyar juga menyampaikan hal senada merespons amblasnya UST dan Luna.

“Situasi Luna dan UST telah memukul kepercayaan pasar dengan cukup buruk. Secara keseluruhan mata uang kripto turun [lebih dari] 50 persen. Menggabungkan ini dengan inflasi global dan ketakutan pertumbuhan bukan pertanda baik secara umum untuk kripto,” tandasnya seperti dilaporkan CNBC, Jumat (13/5/2022).

Peringatan Pemerintah AS

Menteri Keuangan AS sekaligus mantan Ketua Fed Janet Yellen mengatakan kejatuhan Terra Luna menunjukkan bahaya stablecoin yang dipatok dolar AS. Namun, dia menambahkan bahwa kelas aset ini belum mencapai skala di mana mereka menjadi masalah stabilitas keuangan.

“Saya tidak akan menggolongkannya sebagai ancaman nyata terhadap stabilitas keuangan, tetapi mereka tumbuh sangat cepat, dan mereka menghadirkan jenis risiko yang sama yang telah kita ketahui selama berabad-abad sehubungan dengan bank run,” kata Yellen selama House Financial Services Committee Kamis (12/5/2022), dikutip dari Yahoo Finance.

Investopedia mendefisinikan bank run terjadi ketika sejumlah besar nasabah bank atau lembaga keuangan lainnya menarik simpanan secara simultan lantaran kekhawatiran solvabilitas bank. Karena semakin banyak orang menarik uang mereka, kemungkinan bank gagal bayar meningkat. Pada akhirnya, banyak orang terdorong untuk menarik depositnya di bank. Bahkan dalam kasus ekstrem, cadangan bank mungkin tidak cukup untuk menutup semua permintaan penarikan uang.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Fina Nailur Rohmah

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Fina Nailur Rohmah
Editor: Farida Susanty