tirto.id - Politikus partai Golkar Zainuddin Amali mengklaim tidak membicarakan soal perkara korupsi yang menyeret namanya pada 2014 lalu. Ia mengatakan Presiden Joko Widodo tak menyinggung soal kasus tersebut.
"Tidak ada sama sekali soal itu (perkara korupsi Akil Mochtar)," kata Amali usai bertemu Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (22/10/2019).
Kasus pertama yang menyeret nama Amali ialah kasus suap sengketa Pemilihan Kepala Daerah yang membuat Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar dihukum penjara seumur hidup.
Melalui percakapan Blackberry Messenger, Akil dan Amali diduga bernegosiasi soal pengurusan sengketa Pemilihan Gubernur Jawa Timur pada 2014. Ada permintaan uang Rp10 miliar dari Akil pada 1-3 Oktober 2013.
Dalam perkara ini, Amali mengakui adanya percakapan dengan Akil usai diperiksa KPK pada 20 Januari 2014. Ia tidak membantah kabar bahwa Akil meminta Rp10 miliar untuk memenangkan pasangan calon Soekarwo-Syaifullah Yusuf.
Namun, Amali mengklaim percakapan itu hanya gurauan. "Tidak ada negosiasi, (arahan itu) kayak kita lagi bercanda-bercanda gitu," kata Amali setelah diperiksa di KPK pada Januari 2014.
Zainudin Amali, juga pernah terseret kasus korupsi di Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Tersangka dalam kasus itu ialah Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Waryono Karno.
Dalam pertemuan sore tadi, Amali menegaskan Jokowi tak menanyakan soal dua kasus korupsi yang menyeret namanya.
"Tidak ada klarifikasi soal Akil Mochtar," tegasnya.
Amali pun mengaku diminta untuk menandatangani pakta integritas tidak terlibat kasus korupsi maupun rangkap jabatan.
"Iya teken pakta integritas, isinya kerja dengan baik akan menjalankan tugas sesuai undang-undang dan peraturan yang ada," ungkap Amali.Zainuddin Amali
Amali diminta Jokowi untuk mengurus soal olahraga dan kepemudaan.
"Saya diminta memperhatikan pengembangan SDM kita terutama kreativitas-kreativitas anak muda kita dan juga bidang-bidang olahraga yang masih harus kita dorong untuk bisa berprestasi baik di tingkat internasional regional dan tentu pembinaan di dalam negeri harus juga lebih diperhatikan," jelas Amali.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Gilang Ramadhan