tirto.id - Sebelum sholat idul adha kita disunnahkan puasa atau tidak makan dan minum. Selain itu terdapat amalan sunnah Idul Adha yang lain yang sebaiknya kita pahami.
Sebelum melaksanakan shalat Idul Adha, ada berbagai amalan sunnah yang bisa dikerjakan untuk menambah keutamaan dalam menjalankan hari raya.
Tidak lama lagi umat Islam akan merayakan Hari Idul Adha. Hari besar yang berangkat dari filosofi sejarah Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail dalam menjalankan perintah Allah untuk berkurban itu, dirayakakan setiap 10 Dzulhijjah dalam kalender hijiriyah. Bagi orang Islam yang mampu, diperintahkan untuk mengeluarkan hewan qurban.
Sementara itu, Hari Idul Adha juga tidak lepas dari pelaksanaan shalat Id. Shalat dua rekaat seperti halnya pada Hari Idul Fitri ini, dilaksanakan pagi hari pada 10 Dzulhijjah. Shalat Id menjadi bentuk rasa syukur umat Islam untuk berhari raya.
Daftar Amalan Sunnah Idul Adha
Kendati demikian ada beberapa amalan sunnah yang sebaiknya dijalankan saat Hari Idul Adha tiba. Menjalankan sunnah-sunnah ini dapat menambahkan kebaikan di saat berhari raya. Dilansir laman Dompet Dhuafa, berikut bebebapa amalan sunnah di Hari Idul Adha:
1. Mengumandangkan takbir
Bertakbir pada hari Idul Adha dapat dilakukan mulai malam hari raya sampai pelaksaaan shalat Idul Adha. Takbir juga dikumandangkan sampai pada saat ashar di hari tasyrik terakhir (13 Dzulhijjah)
2. Mandi besar sebelum shalat Idul Adha
Dianjurkan untuk mandi besar sebelum berangkat shalat Idul Adha. Mandi akan membersihkan badan dan membuat tubuh lebih segar. “Dari Nafi’, beliau mengatakan bahwa Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma mandi pada hari Idul Fitri sebelum berangkat ke lapangan”. (HR. Malik dan asy-Syafi’i dan sanadnya shahih).
3. Mengenakan pakaian terbaik dan menggunakan wewangian
Disunnahkan untuk menggunakan pakaian terbaik saat shalat Idul Adha. Istilah "terbaik" bukan selalu bermakna "harus baru". Namun pakaian terbaik adalah pakaian yang paling bagus yang saat in dimiliki untuk menghadapat Allah. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk memakai pakaian terbaik yang kami miliki pada dua hari raya” (HR. Hakim)
Di samping itu. bagi pria disunnahkan memakai wewangaian sebagaimananya saat mempersiapkan diri pergi untuk shalat Jumat. Disarankan pula untuk melengkapi kebersihan dengan memotong kuku dan rambut.
4. Tidak makan sebelum shalat Idul Adha
Dalam Idul Adha tidak sunnahkan makan dahulu sebagaimana shalat Idul Fitri. Pada shalat Idul Fitri, umat Islam diutamakan untuk makan dahulu misalnya dengan kurma berjumlah ganjil. Namun hal ini berbeda saat Idul Adha.
Dilansir laman Ponpes Darun Najah, Rasulullah tidak melakukannya sewaktu akan shlat Idul Adha. Diriwayatkan dari Buraidah radhiyallahu anhu, "Rasulullah tidak keluar pada hari Idul Fitri sebelum makan, dan tidak makan pada hari Iedul Adha hingga beliau menyembelih qurban.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
5. Berangkat lebih awal dan berjalan kaki
Berangkat shalat Idul Adha tidak perlu buru-buru. Berangkat lebih awal dengan langkah yang tenang, dan sambil bertakbir. Usahakan pergi dan pulang dengan berjalan kaki selama tidak ada udzur. Manfaatkan jeda sebelum dimulainya shalat Idul Adha dengan banyak berdzikir.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.“ (HR. Ibnu Majah)
6. Lewat jalan berbeda sewaktu pergi dan pulang dari shalat Id
Salah satu hikmah mengambil rute pergi dan pulang yang berbeda ini yaitu akan lebih banyak bertemu orang. Selain itu bisa pula melihat kondisi sekitar yang mungkin jarang ditemui dan memungkinkan lebih banyak terjadi silaturahim. “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘Id, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.“ (HR. Al Bukhari).
7. Mengajak wanita dan anak-anak ke tempat shalat Idul Adha
Wanita dan anak-nak tetap diperhatikan dalam pelaksanaan shalat Id. Mereka tetap diajak untuk menuju shalat Id sekali pun seorang wanita sedang berhalanagan untuk shalat. Khutbah Idul Adha memiliki turut memiliki keutamaan untuk didengarkan selain shlat Id-nya sendiri.
Hikmah-hikmah Pelaksanaan Kurban Idul Adha
Ibadah kurban adalah yang memiliki dua dimensi dalam Islam: ibadah spiritual (hablum minallah) dan ibadah sosial (hablum minannas).
Pertama, ibadah spiritual dalam berkurban berkaitan dengan ketaatan terhadap perintah Allah SWT.
Perintah berkurban ini tertera dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Kautsar ayat 2: "Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah [sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah]," (QS. Al-Kautsar [108]: 2).
Kedua, ibadah sosial berkaitan dengan hubungan dengan manusia (hablum minannas).
Orang yang berkurban menyisihkan sebagian hartanya untuk disedekahkan [sembelihan hewan kurban] kepada golongan yang tak mampu sehingga berbahagia pada Hari Raya Idul Adha.
Berikut ini sebagian hikmah pelaksanaan kurban Idul Adha dalam Islam:
1. Ibadah yang paling dicintai Allah SWT
Ibadah kurban adalah amalan yang sangat dicintai Allah SWT, sebagaimana tergambar dalam sabda Nabi Muhammad:
"Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam [manusia] pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan [kurban]. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya," (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
2. Membahagiakan orang yang tidak mampu di momen Hari Raya Idul Adha
Sembelihan kurban Idul Adha dan hari-hari tasyrik dibagikan kepada golongan yang tidak mampu. Dengan demikian, mereka juga dapat berbahagia pada Hari Raya Idul Adha.
Bagi orang-orang yang mampu, ibadah kurban merupakan bentuk rasa syukur atas keberlimpahan yang dianugerahkan Allah SWT kepada mereka.
Allah SWT menjanjikan bahwa orang yang bersyukur akan ditambah rezekinya sehingga harta benda mereka menjadi berkah di sisi Allah SWT.
3. Renungan untuk melepaskan diri dari sifat-sifat jelek manusia, mulai dari rasa dengki, fanatik, egois, dan sebagainya
Ibadah kurban merupakan teladan dari Nabi Ibrahim AS. Dari sejarahnya, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail AS.
Karena ketaatannya itu, Allah kemudian mengganti Nabi Ismail dengan kambing gibas, sebagai balasan atas kesalehan Nabi Ibrahim.
Ketaatan Nabi Ibrahim itu kemudian diperingati sebagai ibadah kurban dalam Islam. Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berkurban untuk melepaskan diri dari egoisme dan cinta dunia, serta merelakan sebagian harta untuk disedekahkan di jalan Allah SWT.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani