tirto.id - Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan meminta, kepada masyarakat untuk berhemat dalam penggunaan BBM jenis nonsubsidi. Sebab, naiknya harga minyak dunia ikut berdampak terhadap makin tingginya BBM yang tidak disubsidi oleh pemerintah.
"Maka saya mengimbau agar kita bisa lebih berhemat dalam menggunakan BBM dalam kegiatan sehari-hari. Agar beban keuangan kita bisa berkurang akibat naiknya harga BBM," jelas Mamit kepada Tirto, Senin (14/3/2022).
Kenaikan harga BBM jenis nonsubsidi ada pada kisaran Rp500-Rp1.100 per liter. Misalnya harga BBM di wilayah DKI Jakarta untuk Pertamax Turbo (RON 98) naik dari Rp13.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.
Kemudian, pada Dexlite dengan Cetane Number (CN) 51 naik dari Rp12.150 per liter menjadi Rp12.950 per liter, serta Pertamina Dex (CN 53) naik dari Rp13.200 per liter menjadi Rp13.700 per liter.
Salah satu bentuk untuk melakukan penghematan BBM adalah dengan menggunakan transportasi umum. Apalagi, saat ini transportasi umum sudah berbenah dan mampu memberikan kenyamanan bagi penggunanya.
"Kita juga bisa membantu pemerintah mengurangi emisi gas rumah kaca. Ingat, kita mempunyai target mengurangi emisi gas karbondioksida sebesar 29 persen pada 2030 yang akan datang," urai Mamit.
Selain itu, sebagai bentuk mengurangi penggunaan BBM, sudah saatnya penggunaaan kendaraan listrik mulai ditingkatan. Hal ini akan memberikan manfaat juga membantu PLN dalam meningkatkan konsumsi listrik yang saat ini sedang berlebih.
Namun untuk mencapai itu, perlu upaya khusus dari pemerintah agar penggunaan kendaraan listrik ini terus meningkat. Selain infrastruktur, untuk harga dan desain kendaraan listrik harus bisa menyesuaikan dengan karakter dan kondisi jalan di Indonesia.
"Jika bisa masif, maka ini menjadi salah satu cara dalam meningkatkan konsumsi listrik di masyarakat ditengah suplai listrik yang masih berlebih seperti saat ini," pungkas Mamit.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Bayu Septianto