tirto.id - Virus corona baru yang menyebabkan penyakit COVID-19 diperkirakan tidak akan hilang, dan bisa jadi keberadaannya terus berdampingan dengan kehidupan manusia.
Perkiraan tersebut disampikan oleh direktur kedaruratan Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Mike Ryan untuk merespons sejumlah prediksi tentang kapan virus corona hilang dari muka bumi.
Menurut Ryan, meskipun vaksin Covid-19 pada akhirnya ditemukan, upaya serius untuk mencegah penularan virus corona tetap dibutuhkan.
“Virus ini mungkin menjadi penyakit endemik lain pada komunitas manusia dan tidak akan pernah hilang begitu saja. Sebagai contoh, HIV tidak pernah hilang,” kata Ryan pada 14 Mei lalu, dikutip dari CNN.
“Saya tidak membandingkan kedua penyakit itu, namun penting bagi kita untuk bersikap realistis. Saya kira, siapa pun tidak dapat memprediksikan kapan penyakit ini akan hilang,” lanjut Ryan.
Dalam pernyataannya yang lain, Ryan menegaskan penemuan vaksin sekaligus pendistribusiannya secara merata di dunia, sangat penting dalam penanggulangan Covid-19. Kata dia, kini setidaknya sudah ada 100 jenis vaksin yang sedang dikembangkan.
“Vaksin itu harus tersedia, harus sangat efektif, harus tersedia untuk semua orang dan kita harus menggunakannya,” ujar dia, seperti dilansir CBS News pada 15 Mei 2020.
Sebagian ahli optimistis vaksin Covid-19 sudah tersedia setelah satu tahun ke depan. Bahkan, para ilmuwan di Universitas Oxford dan Imperial College London meyakini vaksin sudah ada pada bulan September 2020.
Namun, Ryan mengingatkan, keberadaan vaksin belum menjamin bahwa seluruh penduduk bumi bisa terlindung dari virus corona. Dia mencontohkan, sekalipun vaksin campak telah tersedia sejak beberapa tahun lalu, banyak anak masih terkena penyakit ini karena tidak divaksinasi.
"Maafkan saya jika saya bersikap sinis, tetapi kita memiliki vaksin yang sangat efektif di dunia ini, yang belum kita gunakan secara efektif untuk beberapa penyakit yang bisa dihilangkan," ujar dia.
Pernyataan Mike Ryan tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat di seluruh negara perlu bersiap untuk terus menjalankan upaya-upaya pencegahan sebagai gaya hidup normal yang baru.
Menjaga jarak (social distancing), memakai masker dan rajin mencuci tangan kemungkinan harus terus dilakukan oleh semua orang dalam waktu yang lama.
Ahli epidemiologi WHO Maria van Kerkhove juga mengatakan setiap orang harus turut membantu menghentikan penyebaran virus corona. “Kita perlu masuk ke dalam pola pikir bahwa perlu waktu untuk keluar dari pandemi ini,” kata dia, dikutip dari BBC.
Di sisi lain, kebijakan isolasi wilayah atau lockdown tidak selalu efektif. Pelonggaran lockdown di sejumlah negara tetap memicu kekhawatiran ada gelombang kedua penularan virus corona, meski dilakukan secara bertahap.
Oleh karena itu, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta seluruh negara tetap memasang kewaspadaan tinggi, kendati ada rencana untuk mengakhiri lockdown.
Hingga 17 Mei 2020, tercatat sudah ada 4.721.851 kasus positif COVID-19 di seluruh dunia. Data dari Worldometers itu juga menunjukkan, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan jumlah kasus infeksi virus corona paling banyak di dunia, yakni 1.507.773 pasien.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Addi M Idhom