tirto.id - Sejak pandemi corona COVID-19 memasuki wilayah Indonesia, hingga kini lebih dari 750 orang terinfeksi virus ini.
Kejadian ini menimbulkan kepanikan massal di masyarakat. Banyak orang melakukan panic buying dengan membeli kebutuhan rumah tangga dalam jumlah besar, harga masker kian tinggi, hingga rempah-rempah yang diyakini penambah daya tahan tubuh.
Lembaga pemerintah dan swasta juga mengimplementasikan kerja dari rumah atau work from home dan para pelajar mulai melakukan pembelajaran jarak jauh atau remote learning.
Di tengah wabah semacam ini, kepanikan bukanlah solusi. Dilansir dari Psychology Today, merasa panik di tengah penyebaran penyakit malah berisiko menjadikan seseorang rentan terpapar virus.
Perasaan panik berlebihan menjadikan tubuh melepaskan hormon kortisol, yang mana dapat menekan imun badan sehingga kekebalan tubuh dapat berkurang dalam melawan kontaminasi virus.
Selain itu, terdapat beberapa alasan kenapa kita sebaiknya tidak panik menghadapi pandemi corona COVID-19 sebagaimana dilansir dari The Conversation:
1. Virus corona COVID-19 sudah teridentifikasi
Tidak seperti wabah AIDS yang pertama kali muncul pada Juni 1981, virus corona COVID-19 langsung bisa diidentifikasi. Untuk kasus AIDS, para pakar kesehatan membutuhkan waktu dua tahun untuk bisa mengenali jenis virusnya.
Kasus corona COVID-19 pertama kali ditemukan pada 31 Desember 2019 di Cina, lalu pada 7 Januari 2020, ia langsung dapat diidentifikasi. Genom untuk COVID-19 sudah tersedia pada 10 Januari.
Ahli kesehatan WHO mengenali bahwa virus corona jenis baru ini termasuk kelompok corona 2B dari keluarga virus SARS. Oleh karenanya, nama virusnya adalah SARS-CoV-2. Penyakitnya dikenal dengan COVID-19.
Virus corona ini bersifat zoonosis atau berasal dari hewan, dan kemungkinan besar berasal dari kelelawar. Virus corona ini hidup dengan bermutasi, dan mutasinya pun tidak terlalu tinggi.
2. Alat deteksi corona sudah tersedia
Dibandingkan wabah-wabah penyakit sebelumnya, kali ini masyarakat tidak perlu panik karena alat pendeteksi virus corona COVID-19 sudah ditemukan.
Sejak 13 Januari 2020, dokter-dokter sudah bisa mengecek keadaan pasien yang terpapar virus corona COVID-19
3. Situasi karena COVID-19 di Cina sudah membaik
Ketika kasus COVID-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, hingga sekarang kasusnya terus menurun di negara tersebut. Kontrol ketat dan isolasi yang dilakukan Cina kini terbayar.
Dari data epidemik yang ditemukan juga, virus corona COVID-19 berkembang di wilayah yang sangat spesifik sehingga lebih mudah dikontrol.
4. 80% kasus COVID-19 tidak parah
Penyakit yang disebabkan COVID-19, 81 persennya merupakan kasus sedang. Sementara itu, 14 persennya menyebabkan pneumonia, serta lima persen sisanya bisa berakibat parah, bahkan hingga kematian.
Namun, dengan sebaran statistik demikian, kita tidak harus panik, kendati tetap harus waspada.
5. Pasien Terus Sembuh
Sebagian besar porsi berita yang sampai di masyarakat menyatakan tentang kasus infeksi corona dan jumlah yang sudah meninggal. Padahal, di luar itu, sebagian besar orang yang terpapar corona COVID-19 dinyatakan sembuh.
Hingga kini, 13 persen lebih kasus yang sembuh daripada yang meninggal. Proporsi tersebut diprediksi terus bertambah.
6. Virus corona COVID-19 bisa dihilangkan
Virus corona COVID-19 dapat dihilangkan dari permukaan benda dengan sekaan etanol yang mengandung 62-72 persen alkohol, 0,5 persen hidrogen peroksida atau natrium hipoklorit dengan kandungan 0,1 persen pemutih. Ia dapat dinon-aktifkan dalam waktu satu menit saja.
Mencuci tangan dengan air dan sabun adalah cara paling efektif untuk menghindari penularan virus corona COVID-19.
7. Sudah ada prototipe vaksin corona
Hingga sekarang, sekitar delapan proyek sedang berlangsung untuk mencari vaksin penangkal virus corona.
Pada 24 Januari 2020, sekelompok peneliti dari Universitas Queensland, Australia sudah mengumumkan pembuatan prototipe dengan teknik yang disebut "penjepit molekuler". Prototipe ini akan segera diujicobakan kepada manusia.
8. Percobaan antivirus corona COVID-19 sedang berlangsung
Penyediaan vaksin adalah upaya pencegahan penyakit. Selain itu, hingga kini, lebih dari 80 percobaan medis sudah dilakukan untuk menganalisis virus corona COVID-19. Antivirus yang digunakan sudah diujicoba untuk infeksi lain. Ia sudah disetujui dan dinyatakan aman oleh pakar kesehatan.
Di antara antivirus tersebut adalah remdesivir, klorokuin (chloroquine), oseltamivir, interferon-1b, dan lain sebagainya.
Pandemik semacam ini sudah pernah terjadi pada 1918, ketika penyakit flu menyebabkan kematian lebih dari 25 juta jiwa dalam waktu kurang dari 25 minggu. Namun, saat ini, dengan bantuan teknologi dan kerja sama solid di kalangan masyarakat, virus corona COVID-19 akan teratasi.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Yandri Daniel Damaledo