Menuju konten utama

Alasan Kapolri Nilai Pilkada 2018 Lebih Aman dari Pilgub Jakarta

Kapolri Tito optimistis empat pemicu masalah di Pilgub Jakarta 2017 tidak akan terulang saat Pilkada Serentak 2018.

Alasan Kapolri Nilai Pilkada 2018 Lebih Aman dari Pilgub Jakarta
(Ilustrasi) Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian bersama Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik memberi keterangan seusai melakukan pertemuan di kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis (15/2/2018). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto.

tirto.id - Kapolri Jenderal Tito Karnavian meyakini pelaksanaan Pilkada Serentak 2018 akan berjalan lebih kondusif dibanding Pilgub Jakarta 2017. Sebab, menurut Tito, empat komponen penyebab "ramainya" Pilgub Jakarta tidak ada di Pilkada 2018.

"Saya sangat yakin untuk Pilkada tahun ini tidak akan ramai, tidak seperti di Jakarta," kata Tito di Yogyakarta, pada Minggu (11/3/2018).

Empat komponen tersebut, Tito menjelaskan, pertama ialah soal isu keagamaan yang menerpa salah satu kandidat, yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Ahok diterpa isu penistaan agama yang berujung pada pemidanaan dirinya.

"Kedua masalah kekerasan, ketiga masalah ketidaknyamanan pihak-pihak tertentu dengan cara berbicara. Keempat, antara partai pendukung pemerintah dan partai oposisi berseberangan, jadi ramai Jakarta," ujar Tito.

Tito optimistis tidak ada pertemuan keempat komponen masalah tersebut di 171 wilayah yang melaksanakan Pilkada Serentak 2018. Kondisi saat ini, lanjut Tito, menunjukkan peleburan antarpartai. Baik itu partai oposisi maupun partai pendukung pemerintah.

"Untuk wilayah lain, Jabar, Jateng, Jatim, empat komponen tidak bertemu sehingga Insyaalah kami sangat yakin ini bisa kami kendalikan," ujarnya.

Dia mencontohkan, PDIP yang berkoalisi dengan PKS di Pilgub Jatim. Selain itu, ada Nasdem dan Golkar yang bergabung dengan Gerindra di Pilgub Sumatera Utara (Sumut).

"Dengan nyampur-nyampur [koalisi partai pendukung pemerintah dan oposisi] seperti ini, potensi konflik karena faktor partai kecil kemungkinannya. [konflik karena isu] Agama juga kecil [potensinya] karena rata-rata di daerah besar, kandidatnya Muslim. Kemudian, masalah keturunan [isu kesukuan dan ras] juga enggak ada," kata Tito.

Menurut Tito, yang harus diwaspadai di tahun politik saat ini adalah soal penggunaan media sosial menjadi saluran penyebaran hoaks. Terlebih, ada kelompok terorganisir penyebar hoaks, seperti yang belakangan ditangkap polisi, yakni Muslim Cyber Army (MCA).

Baca juga artikel terkait PILKADA SERENTAK 2018 atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Hukum
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Addi M Idhom