tirto.id - Selama bertahun-tahun, Arab Saudi bergantung pada minyak sebagai sumber pendapatan utama. Namun, harga minyak yang fluktuatif membuat mereka menyadari perlunya diversifikasi ekonomi.
Mereka melakukan investasi besar-besaran di berbagai sektor, seperti pariwisata, teknologi, dan manufaktur, bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan pada minyak.
Semuanya terkonsep dalam proyek Visi 2030 sebagai salah satu rencana jangka panjang yang ditetapkan oleh Pangeran Mohammed bin Salman untuk mengubah ekonomi Saudi dari ketergantungan pada minyak menjadi ekonomi yang lebih beragam dan berorientasi pada inovasi.
Langkah ini juga memengaruhi reformasi sosial dan budaya di negara yang 63 persen penduduknya di bawah usia 30 tahun. Perempuan Saudi kini dapat mengendarai mobil, pergi ke bioskop, mendapatkan pekerjaan, hingga membuka penutup kepala tanpa takut akan dihukum.
Salah satu bagian dari Visi 2030 adalah pengembangan kawasan Al-‘Ula, sebuah kota kuno yang terletak di barat laut Arab Saudi, sekitar 380 kilometer utara Madinah. Kota ini terletak di lembah yang subur, dikelilingi pergunungan pasir dan batuan yang menjulang tinggi.
Kota Al-'Ula telah dihuni selama ribuan tahun, sejak zaman Neolitikum. Pada abad ke-5 hingga ke-2 SM, kota ini menjadi ibu kota kerajaan Dadan dan Lihyan, yang merupakan salah satu kekuatan politik dan ekonomi yang dominan di wilayah tersebut.
Kota Terkutuk
Kota Al 'Ula terkenal dengan banyaknya monumen yang menakjubkan lewat ukiran-ukiran batu pasir. Monumen-monumen ini termasuk makam, kuil, dan benteng. Salah satu monumen yang paling terkenal adalah Hegra atau Mada’in Saleh, Situs Warisan Dunia UNESCO pertama Arab Saudi.
Hegra merupakan kompleks makam yang diukir dalam bentuk piramida, menara, dan bentuk-bentuk abstrak lainnya. Makam-makam ini dibangun untuk kaum bangsawan dan tokoh-tokoh penting Kerajaan Nabataean.
Hegra sering disebut sebagai "Petra Arab" karena kemiripan arsitekturnya dengan Petra di Yordania.
Kota Al-'Ula juga merupakan rumah bagi ratusan prasasti batu dari berbagai bahasa kuno, seperti bahasa Aram, Dadanitic, Safaitic, Thamudic, Minaic, dan Nabataean, semua bahasa yang mendahului dan akhirnya memengaruhi bahasa Arab. Prasasti-prasasti ini berada di Jabal Ikmah yang memberikan petunjuk dan wawasan tentang sejarah serta budaya Arab Kuno.
Didirikan pada abad ke-6 SM, tempat ini merupakan oasis di sepanjang jalur perdagangan rempah, sutra, serta barang-barang mewah. Kemenyan atau Dupa pada saat itu merupakan komoditas paling masyhur yang banyak diperjualbelikan melintasi Arab Selatan ke Mesopotamia, Suriah, Mesir, serta India.
Dalam sejarah Islam, Al-'Ula juga merupakan tempat tinggal kaum Tsamud yang hidup pada abad ke-8 SM. Kaum ini kaya dan makmur, tetapi berwatak sombong, selalu tinggi hati, dan cenderung merendahkan kaum yang lain.
Gaya hidup mereka erat dengan kemaksiatan seperti berfoya-foya, berzina, mabuk, dan melakukan hal-hal keji. Selain itu mereka juga menyembah berhala dan menolak untuk mengikuti perintah Nabi Saleh yang diutus untuk mengajak mereka kepada kebenaran menyembah Tuhan Yang Esa.
Namun kaum Tsamud menolak. Sebagai hukuman, Allah mengirim azab berupa petir, gempa bumi, munculnya batu-batu besar. Akibat ketidakpatuhan, kaum Tsamud binasa. Dalam Al-Qur'an, kisah ini diceritakan dalam surat al-Hijr.
Pada 630 Masehi, Nabi Muhammad sempat melintasi kota ini dalam perjalanannya ke Perang Tabuk melawan Romawi Timur. Saat hendak istirahat, ia enggan minum air di kota ini dan mempercepat langkahnya tanpa menoleh ke kiri maupun ke kanan.
Dalam mitologi Arab, Al-'Ula juga dianggap sebagai kota yang dihuni oleh jin dan roh jahat. Mitos ini semakin kuat karena Al-'Ula terletak di wilayah yang terpencil.
Pariwisata dan Pelestarian
Al-'Ula menjadi tujuan wisata yang populer dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah Arab Saudi melakukan pembangunan infrastruktur, hotel, dan museum. Kota ini menawarkan perpaduan unik antara sejarah, budaya, dan keindahan alam.
Pemerintah Arab Saudi memiliki proyek pengembangan kota Al-'Ula sebagai agenda penting hingga tahun 2030. Pengembangan kota ini juga menjadi bagian dari upaya transformasi perekonomian Kerajaan Arab Saudi.
Kota kunonya dipertahankan dengan perawatan khusus dan menjadi bagian destinasi wisata. Pengunjung dapat menjelajah labirin rumah-rumah batu dan bata lumpur yang ditinggalkan.
Dari abad ke-13 hingga abad ke-20, kota kuno ini dihuni penduduk dan mulai ditinggalkan saat insfrastruktur dan penunjang semakin tidak mendukung. Pada 1983, keluarga terakhir meninggalkan kota kuno Al-'Ula.
Selain Hegra, Jabal Ikmah, dan kota kuno, beberapa tempat lain yang kini bisa dikunjungi di Al-'Ula adalah Maraya dan Jabal Al-Fil.
Maraya merupakan bangunan tertutup cermin terbesar di dunia. Bangunan ini terdiri dari 350 cermin yang membentuk dinding dan langit-langit bangunan. Maraya terletak di tengah-tengah gurun, dan pada waktu-waktu tertentu, bangunan ini tampak menguap ke gurun di sekitarnya.
Maraya telah menarik perhatian dunia, dan menjadi salah satu ikon Al-'Ula.
Sedangkan Jabal Al-Fil adalah sebuah gunung batu pasir yang berbentuk seperti gajah. Gunung ini terletak di dekat Hegra, memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Gunung ini menjadi tempat pemujaan pada zaman kuno.
Selain mengunjungi tempat-tempat wisata yang disebutkan sebelumnya, wisatawan juga dapat bertualang di alam terbuka seperti hiking, bersepeda gunung, dan off-road driving.
Lain itu, Al-'Ula menawarkan berbagai macam hidangan khas Arab Saudi. Wisatawan dapat mencicipi hidangan seperti jareesh (gandum yang dihancurkan dalam saus tomat yang kaya), keshna (bawang yang dimasak dengan lemon hitam kering), gersan (roti pipih tipis yang dibuat secara tradisional oleh perempuan Al-'Ula), dan muhallebia untuk hidangan penutup menggunakan jeruk asli setempat.
Belakangan, Al-'Ula juga banyak menyuguhkan festival dan acara budaya, seperti AlUla Arts Festival dan AlUla Winter Festival.
Arab Saudi juga membentuk Wadi AlFann atau Lembah Seni, yang merupakan taman seni yang dibuat di gurun di Al-'Ula, melambangkan proposisi bahwa seni dapat mengubah dunia menjadi lebih baik. Proyek-proyek ini memanfaatkan gambaran arsitektur dan seni avant-garde barat yang melibatkan arsitek, insinyur, dan desainer terkenal.
Al-'Ula, wilayah yang terkutuk itu kini telah bertransformasi menjadi destinasi glamor dengan suguhan wisata kelas atas.
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi