tirto.id - Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Sudirman Said menyesalkan peretasan akun Twitter Said Didu.
Namun, dia berpendapat peretasan itu juga menunjukkan hal positif. Sebab, banyak warganet menyadari keanehan dari unggahan akun twitter Said Didu yang dikendalikan orang lain.
“Sebetulnya ada sisi baik dari pembajakan akun Said Didu. Dia punya brand tertentu seperti kalimat, bahasa, [dan] pandangan yang digunakan. Ketika [unggahan] berbeda penggunaannya, publik sadar dan bereaksi spontan,” kata dia di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (14/4/2019).
Akun Twitter milik Said Didu diklaim telah diretas dan diambil alih orang tak dikenal sejak Sabtu malam kemarin (13/4/2019). Setelah itu, akun itu mengunggah sejumlah twit yang menyudutkan Ustaz Abdul Somad.
“Jangan main-main dengan kesadaran publik, publik menjaga pikiran waras. Saya percaya dengan demokrasi kita, mekanisme itu akan hidup terus,” kata Sudirman.
Dia menegaskan pendukung kedua kubu paslon di Pilpres 2019 semestinya sama-sama memiliki hak berpendapat, bernegara, dan setara di hadapan hukum.
“Kalau yang mengalami [peretasan] hanya pendukung pasangan nomor urut 02, artinya standard negara sudah dihancurkan,” kata Sudirman.
Oleh karena itu, Sudirman mendesak siapa pun, yang berada di balik peretasan akun-akun medsos milik pendukung paslon 02, berani mengakui perbuatannya.
Dia juga meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika serta aparat penegak hukum untuk bertindak sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
“Karena Anda semua diangkat atas mandat rakyat, digaji oleh rakyat dan tugas kalian melindungi rakyat, maka bertindaklah wajar,” ujar Sudirman.
“Jika tidak bisa berbuat baik, jangan merusak nilai bernegara. Sekali jadi pengkhianat, itu akan diingat bagi anak cucu kita. Negara butuh orang jujur dan terampil,” Sudirman menambahkan.
Said Didu mengaku mulai tidak bisa mengakses akun twitternya saat menyaksikan debat kelima Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta pada Sabtu malam (13/4/2019).
Usai meninggalkan lokasi debat, dia mengetahui akun twitternya dikendalikan orang lain dan mengunggah sejumlah twit yang menyudutkan UAS.
Said menduga peretasan akun twitter miliknya terjadi karena ia kerap membongkar kebohongan usai debat pilpres. “Saya menduga karena akun saya itu spesialis membongkar kebohongan publik usai debat. Setiap debat capres, saya akan ungkap kebohongan dalam debat tersebut,” ujarnya.
Dia curiga peretasan dilakukan agar dirinya tidak bisa mengunggah kritik. “Saya bukan anggota parpol, tapi saya menggunakan akal sehat untuk membuka kebohongan publik via media sosial, sehingga akun saya harus dihentikan,” kata Said.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Addi M Idhom