tirto.id - “Mental illness itu nyata.”
Demikian disampaikan aktor Jeff Smith (26) yang baru-baru ini memerankan karakter dengan masalah kesehatan mental untuk serial drama remaja produksi Viu, Aku Tak Membenci Hujan(2024).
Dikembangkan dari novel berjudul sama karya Sri Puji Hartini tahun 2023, cerita ini berpusat pada perjuangan remaja laki-laki bernama Karang dalam mendamba cinta kasih dari sang ibu.
Karang lahir dari seorang ibu yang tak menginginkannya, membuatnya merasa terbuang meski ia memiliki ayah dan adik yang peduli. Trauma dan tekanan hidup membuat Karang menutup diri, pendiam, dan memendam perasaannya.
Kondisi ini akhirnya memicu Karang mengembangkan dissociative identity disorder (sebelumnya dikenal sebagai multiple personality disorder).
Dari dirinya, lahir beberapa kepribadian lain: Agha yang pemberontak dan kasar, Badu si anak kecil yang penakut, serta Arutala, pribadi tunarungu.
“Bisa dibilang, ini film project yang paling berat buatku sampai detik ini,” aku Jeff, “Membagi tembok setiap karakter, jangan sampai nyaru.”
Selain berkonsultasi dengan penulis novel dan produser film untuk lebih memahami karakter, Jeff mendapatkan masukan dari psikolog, termasuk mengenal pasien dengan gangguan kesehatan mental.
Untuk lebih mendalami karakternya, Jeff juga menyaksikan film thriller psikologis Split (2016) karya sutradara M. Night Shyamalan.
Film tersebut mengisahkan tentang tokoh dengan 23 kepribadian berbeda, yang berkembang akibat dari pelecehan dan pengabaian yang dialaminya semasa kecil.
Dalam alur cerita Aku Tak Membenci Hujan, karakter Karang dipertemukan dengan gadis lugu nan ceria bernama Launa, diperankan oleh Aisyah Aqilah (21).
Karakter Launa memegang peranan penting untuk memberikan perspektif mencerahkan dari pihak pendamping bagi seseorang yang tengah berjuang dengan kondisi kesehatan mentalnya.
Dari karakter Launa, Aisyah menyatakan dirinya jadi bisa belajar pentingnya menjadi pendengar yang baik.
“Pertama, jadilah pendengar yang baik. Kedua, apabila merasa kesulitan mengatasi teman-teman dengan masalah kesehatan mental, kita harus bersabar. Memang, secara teori kedengarannya ‘gampang’. Tapi tidak.”
Aisyah menegaskan, “Jangan memaksakan untuk fix them. Do not fix them. Jadilah teman untuk mereka while they’re fixing themselves.”
Apabila kita mengamati realitas sehari-hari, laki-laki sering kali tidak memiliki ruang untuk mengekspresikan kerapuhan atau sensitivitasnya, terutama di masyarakat Indonesia yang masih menjunjung patriarki dan membingkai karakter laki-laki dalam kerangka maskulinitas.
Ungkapan seperti “anak laki-laki tidak boleh menangis” atau “laki-laki harus selalu kuat” memperkuat pandangan ini. Sudah waktunya cara pandang tersebut diubah.
Pesan ini disampaikan dengan jujur, manusiawi, tanpa penghakiman atau pemaksaan.
“Kita semua manusia. Ketika kita bicara masalah hati atau pikiran, tidak ada masalah gendernya apa,” ujar Jeff, “Mau perempuan, mau laki-laki, just do it sepanjang hal tersebut baik buat diri sendiri dan sekitar kita. Jangan pernah menganggap rendah atau remeh seorang laki-laki atau perempuan hanya karena gender mereka.”
Aisyah setuju dengan Jeff, “Anak laki-laki dan laki-laki dewasa juga bisa menangis. Mereka punya hati. Dan aku percaya, laki-laki juga makhluk yang emotionally intelligent.”
Jeff mengingatkan, bagi siapa pun yang tengah berjuang dengan kondisi mentalnya, jangan pernah merasa sendirian.
“Pasti ada orang yang sayang sama kalian, mau mendengarkan kalian. Orang itu tidak harus yang kalian sayangi, tapi mereka pasti berkenan mendengarkan. Cobalah mengobrol dengan mereka,” saran Jeff.
Memerankan tokoh dalam serial film yang membahas kompleksitas dalam hubungan keluarga, terutama antara ibu dan anak, membuat Jeff dan Aisyah semakin mensyukuri setiap waktu yang mereka jalani bersama ibunda masing-masing.
Aisyah, misalnya, yang kebetulan nyaman berada di rumah, sangat menikmati momen makan bersama di rumah bersama ibunya, tak terkecuali menonton film bersama, termasuk yang bergenre horor.
Senada, Jeff mengakui, “Every moment, every second with my mom is quality time.”
Sesederhana setelah bangun tidur disiapkan air minum hangat dan madu oleh ibunda, diajak mengobrol tentang kesehariannya, membeli makan bersama di luar, semuanya bermakna bagi Jeff.
Terkait dengan rencana proyek film selanjutnya dan aspirasinya, Jeff bercerita tentang minatnya untuk memerankan tokoh di film laga atau action.
Penggemar film Fight Club (1999) ini juga tertarik memerankan karakter pemain sepak bola. Meski sudah aktif bermain sepak bola sejak SMP, Jeff tidak bisa melanjutkan olahraga ini karena mengalami cedera kaki 1-2 tahun lalu.
Sementara itu, Aisyah tertarik untuk memerankan tokoh yang Jeff perankan sebagai Karang.
“Aku pengen banget merasakan karakter yang punya kepribadian ganda. Aku rasa itu akan menjadi tantangan banget buatku,” ujar penggemar buku-buku karya Sally Rooney ini.
Aisyah juga terbuka untuk memerankan tokoh dalam film bergenre sci-fi atau fiksi ilmiah, sembari menyebut serial favoritnya, 3 Body Problem (2024) dan Dark (2017), serta karya fenomenal dari sutradara Christopher Nolan, Interstellar (2014).
Serial drama remaja Aku Tak Membenci Hujan dapat disaksikan mulai 9 Desember 2024 di aplikasi layanan streaming video Viu.
Editor: Dhita Koesno