Menuju konten utama

AIAC Minta Kemenhub Belajar dengan AS Soal Bagasi Berbayar

Arista mengatakan, hal yang perlu dicontoh dari Southwest Airlines adalah pengenaan tarif berbayar dipukul rata.

AIAC Minta Kemenhub Belajar dengan AS Soal Bagasi Berbayar
Penumpang mengantre untuk mengambil barang di tempat pengambilan bagasi di Bandara Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (18/6). ANTARA FOTO/Aji Styawan

tirto.id - Direktur Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menyarankan Kementerian Perhubungan agar belajar dengan Southwest Airlines soal penerapan bagasi berbayar.

Pasalnya, menurut Arista, Southwest Airlines merupakan satu-satunya maskapai yang menerapkan bagasi tidak berbayar alias gratis di Amerika Serikat.

"Justru Southwest Airlines itu satu-satunya yang free, sementara lainnya termasuk American, Delta dan United yang full service malah harus bayar biaya bagasi," jelas dia kepada Tirto, Rabu (30/1/2019).

Menurut Arista, hal yang perlu dicontoh dari Southwest Airlines adalah pengenaan tarif berbayar yang dipukul rata. Artinya, jika berat bagasi yang dibawa penumpang 5 kg, 10 kg, 15 kg sampai 20 kg hanya perlu membayar dengan satu harga yang bertahap tanpa memperhitungkan jarak dan waktu tempuh.

Berbeda dengan penerapan aturan maskapai di Indonesia. Seperti Lion Air dan Wings Air yang memberikan tarif berdasarkan berat bagasi, jarak pengiriman sampai durasi kirim, semua dibebankan kepada penumpang. Kebijakan ini yang Arista nilai sangat memberatkan penumpang.

"Masalahnya formulanya dari awal tidak pernah didiskusikan Kementerian Perhubungan. Ternyata kan formulanya di Indonesia itu jarak terjauh dari penerbangan Indonesia itu dihitung. Kalau di AS jarak tidak (dihitung) misalnya kelebihan 5 kg kemudian dikenakan Rp100.000. Ya sudah sama semua all flight di dalam negara Amerika tuh sama," papar dia.

Ia mengatakan, kebijakan soal jarak dan durasi kirim juga dimasukkan dalam perhitungan biaya bagasi berbayar.

"Jadi enggak masuk akal misalnya teman-teman kita yang di Papua itu kan merasa sangat mahal dengan adanya jarak itu. Maluku, Maluku Utara kan itu jadi mahal," kata dia.

Kemudian, ia juga menyoroti soal iklim tarif tiket yang masih perlu diatur. Pasalnya, hampir semua maskapai mulai menerapkan tarif mendekati tarif batas atas setelah bermain di tarif batas bawah.

"Kemudian yang kedua yang di kita ini kan iklimnya itu kan masih perlu diatur. Sekarang aja yang diatur itu ramai-ramai tarif itu kan ditarik ke batas atas semua. Tarif tiket mahal kan karena kecenderungan untuk mendekati tarif batas atas. Kemudian sekarang LCC (Low Cost Carrier) malah ditambah dengan bagasi berbayar," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait BAGASI BERBAYAR atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Alexander Haryanto