Menuju konten utama

Ahli Imunologi Asal Swiss Jelaskan Kekeliruan Soal Istilah COVID-22

Imunolog asal Swiss memunculkan istilah COVID-22, namun buru-buru ia mengklarifikasinya. Meskipun ia meyakini COVID-19 pada 2022 lebih berbahaya.

Ahli Imunologi Asal Swiss Jelaskan Kekeliruan Soal Istilah COVID-22
Coronavirus COVID-19 Peta Dunia dan Statistik di Layar Laptop dengan Catatan Tempel Mengatakan Tetap di Rumah! dan Bekerja Dari Rumah!. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Profesor Sai Reddy, ahli Imunologi dari Universitas ETH Zurich, Swiss sempat memunculkan istilah COVID-19 yang ia gunakan untuk menjelaskan kemungkinan adanya gelombang penularan COVID-19 di tahun 2022. Namun, pernyataannya buru-buru ia klarifikasi karena dianggapnya tidak tepat dan keliru.

Istilah itu ia sampaikan saat melakukan wawancara dengan Blick, sebuah media berbahasa Jerman yang berbasis di Swiss. Hasil wawancara itu kemudian dijadikan berita yang menyebut bahwa COVID-22 merupakan varian baru yang lebih berbahaya daripada COVID-19.

Namun, menurut Raddy itu keliru, ia kemudian mengklarifikasi pernyataannya sendiri.

“Ada beberapa kebingungan tentang apa yang saya maksudkan dalam wawancara saya dengan surat kabar berbahasa Jerman yang berbasis di Swiss, Blick. Saya ingin mengambil kesempatan untuk mengklarifikasi di sini. Tidak tepat menyebutnya COVID-22, karena nama resmi dan benar penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 adalah COVID-19,” ujarnya seperti dilansir inews.co.uk, Jumat (27/8/2021).

Meski begitu, Reddy tetap meyakini virus corona COVID-19 pada tahun 2022 memiliki peluang penyebaran yang lebih buruk dibandingkan sekarang. Kemungkinan terjadinya pemburukan itu didasari beberapa faktor yang saat ini terjadi, salah satunya munculnya varian Delta.

“Saya percaya ini didasarkan pada faktor-faktor berikut: (i) munculnya varian Delta yang menunjukkan peningkatan transmisi, (ii) potensi kemunculan dan penyebaran varian yang memiliki mutasi pada protein lonjakan yang dapat menyebabkan pelepasan dari kelas antibodi penawar tertentu, (iii) sebagian besar orang yang tidak divaksinasi di Swiss (dan bagian lain Eropa), (iv) pelonggaran pembatasan yang membuat penularan virus lebih mudah (misalnya, makan di dalam ruangan, acara, konser). ” kata Reddy.

Sementara itu, Professor Lawrence Young, ahli virus dari Universitas Warwick, Inggris mengatakan istilah COVID-22 berlebihan dan spekulatif. Namun bukan berarti di masa yang akan datang tidak mewaspadai terhadap adanya varian-varian baru.

Vaksinasi, kata Lawrence merupakan upaya utama menghentikan penyebaran virus.

"Cara terbaik untuk menghentikan varian apapun agar tidak berkembang adalah dengan menghentikan virus yang menginfeksi orang dan menyebar dan di situlah vaksinasi masuk. Kita sangat perlu membuat seluruh dunia divaksinasi," kata Lawrence.

Baca juga artikel terkait COVID-19 atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Bayu Septianto