Menuju konten utama

Agar Pilkada Banten 2024 Tidak Lesu: Cari Figur Non Dinasti

Upaya membuat Pilgub Banten 2024 tidak lesu dengan menghadirkan calon yang tidak terafiliasi dengan dinasti politik.

Agar Pilkada Banten 2024 Tidak Lesu: Cari Figur Non Dinasti
Politisi Partai Golkar yang juga mantan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany (kanan) menyerahkan formulir penjaringan bakal calon gubernur (bacagub) Banten kepada Ketua DPD Partai Demokrat Banten Iti Octavia Jayabaya (kiri) di Serang, Banten, Rabu (22/5/2024). Airin mendaftar untuk mengikuti pemilihan Gubernur Banten masa bhakti 2024-2029. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/wpa.

tirto.id - Dinamika politik menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Banten 2024 kian menghangat. Perlahan, sejumlah nama mulai menebar “jaring”. Mereka melakukan manuver baik melalui media massa maupun ke partai politik.

Sejumlah nama yang mulai muncul, antara lain; mantan Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany (Golkar), mantan Bupati Pandeglang, Achmad Dimyati Natakusumah (PKS), dan mantan Wakil Gubernur Banten, Rano Karno (PDIP).

Ada pula mantan Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya (Demokrat); mantan Gubernur Banten, Wahidin Halim (Nasdem); mantan Wali Kota Tangerang, Arief Wismansyah (Demokrat) dan Ketua DPRD Banten, Andra Soni (Gerindra).

Di sisi lain, Banten memang bukanlah daerah yang didominasi oleh satu partai. Hasil Pileg DPRD Banten 2024 menunjukkan kekuatan legislatif partai bersaing ketat.

Dikutip dari Antara, tiga partai memiliki kekuatan imbang dengan posisi kursi terbanyak yakni Gerindra, PDIP dan Golkar. Jika dirinci, PKB memperoleh 10 kursi, Gerindra 14 kursi, PDIP 14 kursi, Golkar 14 kursi, NasDem 10, PKS 13 kursi, PAN tujuh kursi, Demokrat 11 kursi, PSI 3 kursi, PPP 4 kursi.

Pilkada Banten Minim Persaingan

Analis politik dari Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, memprediksi Pilgub Banten minim persaingan meski sudah muncul sejumlah nama. Hal ini disebabkan oleh sumber daya yang begitu kuat dari salah satu calon, yakni Airin.

"Banten masih alami stagnasi ketokohan, pengaruh dan jaringan jawara politik Ratu Atut masih kuat, Airin hari ini menjadi simbol kekuatan baru Ratu Atut, sehingga bagi parpol yang tidak miliki tokoh sepadan, baik dari sisi popularitas dan pembiayaan, secara teratur akan mundur atau bergabung dengan menyokong Airin, itu sudah hampir bisa dipastikan," kata Dedi, Minggu (23/6/2024).

Dedi menilai, pengaruh dinasti Atut yang begitu kuat dapat dibuktikan dari hilangnya pamor sejumlah nama beken yang bakal berlaga di Banten. Apalagi, lanjut Dedi, jika koalisi Pilpres 2024 kembali solid di Pilgub Banten, bukan tidak mungkin Airin yang akan menjadi juaranya.

“Karena secara kebetulan koalisi yang menang di pilpres miliki tokoh kuat di Banten, yakni Airin," ucap Dedi.

Lebih lanjut, Dedi mengatakan, Pilgub Banten akan “sedikit” dinamis jika PDIP telah memutuskan mengusung Rano Karno atau tidak. Pengusungan kader oleh PDIP bisa menjadi perlawanan terhadap dinasti Atut yang terwakili oleh Airin.

“Tinggal menunggu PDIP, apakah akan mengusung Rano Karno kembali atau tidak, seharusnya mereka tetap usung Rano sebagai bentuk perlawanan,” jelas dia.

SAFARI KAMPANYE RANO KARNO

Calon Gubernur Banten nomor urut dua Rano Karno (tengah) berbincang dengan para pengurus DPW NU Banten dalam rangkaian Safari Kampanye di Serang, Banten, Rabu (14/12). Bila terpilih Rano berjanji akan memberi perhatian lebih besar untuk membantu perbaikan sarana Pondok Pesantren Salafi dan sekolah madrasah. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/aww/1.6

Agar Kontestasi Tidak Lesu

Analis politik dari Universitas Padjajaran (Unpad), Kunto Adi Wibowo, melihat Pilkada Banten tidak bisa lepas dari cengkeraman dinasti politik lokal.

Dari sejumlah kandidat yang bermunculan, setidaknya ada tiga klan yang akan bertarung memperebutkan kursi Banten 1, yakni klan Ratu Atut, Jayabaya dan Natakusumah. Kehadiran tiga klan ini membuat para petahana kurang laku di tanah jawara.

"Tiga dinasti politik ini yang menurut saya masih mengemuka di Banten sehingga nama seperti Rano Karno, Wahidin Halim gitu yang petahana itu tidak kemudian masuk diperhitungkan secara serius," ucap Kunto, Minggu.

Kunto menilai, modal sosial dinasti menjadi penting dalam memenangkan Pilgub Banten. Namun, upaya parpol mengusung figur non-dinasti menjadi hal yang sangat perlu untuk membuat kontestasi tidak lesu atau bergairah.

Di samping soal dinasti, faktor lain yang tidak kalah penting ialah terkait uang/logistik. Menurut Kunto, Banten masih dipersepsikan sebagai daerah politik berbiaya tinggi. Ia juga memprediksi koalisi nasional sangat mungkin tidak terjadi lantaran kuatnya hegemoni dinasti politik.

BUPATI LEBAK DATANGI KPK

Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya duduk di ruang lobi saat tiba di gedung KPK, Jakarta, Kamis (15/11/2018). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Airin Jadi Magnet Politik

Analis sosio-politik ISESS, Musfi Romdoni, berbicara lebih jauh. Ia yakin koalisi di Banten akan berkutat pada pihak pro dan kontra Airin. Hal ini tidak lepas dari perolehan suara Golkar di Banten yang melonjak signifikan dari 742.844 menjadi 922.670 di Pileg 2024.

"Golkar yang sudah mengusung Airin adalah partai terbesar di Banten saat ini. Golkar akan menjadi magnet terbesar di Pilkada Banten. Partai lain saya lihat akan merapat untuk mengikuti Golkar mengusung Airin," ujar Musfi, Jumat.

Musfi menjawab nama petahana seperti Wahidin Halim dan Rano Karno tidak lagi menarik karena sejumlah alasan.

Untuk Wahidin, hal ini tidak lepas dari sikap politik petahana untuk pindah dari Demokrat ke Nasdem. Nasdem pun akhirnya tidak menjadi partai dengan suara dominan di Banten. Selain itu, sikap Demokrat yang enggan mengusung Wahidin di masa lalu menjadi sinyal partai berlambang mercy itu melihat Wahidin bukan tokoh kuat.

"Sementara soal Rano Karno saya kira ini berkaitan dengan posisi PDIP. Kita tahu posisi PDIP sedang tidak bagus setelah kekalahan di Pilpres 2024. Banten dekat dengan Jakarta, friksi politik nasional masih kental terasa di Banten. Trennya terlihat kalau KIM ingin menancapkan pengaruhnya di berbagai daerah penting, termasuk Banten," tutur Musfi.

Di sisi lain, Banten menjadi daerah yang kurang dilirik akibat minim tokoh besar. Ia mencontohkan di Jakarta ada Anies Baswedan hingga Ridwan Kamil. Di Jawa Barat ada Dedi Mulyadi dan Bima Arya. Di Jateng ada Bambang Pacul, Sudaryono, hingga Kapolda Jateng Ahmad Luthfi. Sedangkan di Jatim ada Khofifah, Emil Dardak, Risma dan KH Marzuki.

Bahkan, lanjut Musfi, Banten masih kalah daripada Sumatra Utara yang ada Bobby Nasution, menantu Presiden Jokowi.

Airin ikuti penjaringan bacagub Banten

Politisi Partai Golkar Airin Rachmi Diany memberi keterangan usai menyerahkan formulir penjaringan bacagub banten 2024-2029 di Kantor DPW Partai Solidarität Indonesia (PSI) Banten, di Serang, Rabu (8/5/2024). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/foc.

Musfi melihat potensi koalisi di Banten mulai mengental dengan Golkar sebagai poros utama. Namun, nama kandidat masih cair di luar Airin. Ia yakin partai papan tengah akan menguji nama kandidat yang layak untuk melawan istri Tubagus Chaeri Wardhana itu.

"Meskipun poros koalisi mulai mengental, nama kandidat saya kira masih cukup cair. Yang cukup pasti mungkin adalah Airin karena sudah diusung Golkar. Nama lain masih dalam tes ombak. Ada nama-nama yang diuji untuk berpasangan dengan Airin dan ada nama yang digodok untuk melihat kekuatannya menjadi penantang Airin," pungkas Musfi.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Fahreza Rizky