tirto.id - Adhesion colic adalah kumpulan jaringan parut, seperti bekas luka, yang terbentuk di dalam perut Anda.
Kumpulan jaringan parut ini terbentuk antara dua organ (atau lebih), atau antara organ dan dinding perut.
Menurut laman NIDDK, adhesion colic atau perlekatan abdomen ini menyebabkan permukaan organ dan dinding perut saling menempel saat Anda bergerak.
Selain itu, adhesion colic ini juga dapat menekuk, memelintir, menarik, atau menekan usus dan organ lain di perut, sehingga akan muncul gejala dan komplikasi, seperti obstruksi atau penyumbatan usus.
Gejala Adhesion Colic
Jika mengalami adhesion colic, maka belum tentu Anda akan merasakan sejumlah gejala. Gejala pada adhesion colic ini baru akan terasa bila terjadi obstruksi usus.
Berikut adalah beberapa gejala adhesion colic yang mungkin akan muncul, sebagaimana dilansir dari laman DocDoc:
- Mual
- Nyeri atau kram perut yang sangat parah
- Muntah
- Perut kembung
- Perut membengkak
- Sembelit
- Tidak dapat buang angin.
Pelekatan abdomen ini dapat menjepit sebagian usus, sehingga menyebabkan obstruksi usus.
Obstruksi usus dapat memunculkan sejumlah gejala, di antaranya:
- Mual
- Muntah
- Ketidakmampuan untuk mengeluarkan gas atau tinja
- Bengkak di sekitar perut
- Dehidrasi
- Nyeri dan kram
Penyumbatan ini dapat memunculkan gejala yaitu rasa sakit saat melakukan hubungan seksual.
Penyebab Adhesion Colic
Menurut Healthline, adhesion colic dapat terjadi karena adanya trauma pada perut. Namun, adhesion colic ini paling banyak disebabkan oleh efek samping operasi perut.
Adhesi atau gumpalan jaringan parut yang terbentuk di dalam tubuh yang disebabkan oleh pembedahan, lebih mungkin menyebabkan gejala dibandingkan jenis adhesi lainnya.
Namun, Anda juga bisa tidak merasakan gejala sama sekali. Jika tidak merasakan gejala sama sekali, maka adhesion colic ini tidak perlu diobati.
Dalam proses operasi perut, adhesion colic bisa terjadi karena:
- Bersentuhan dengan alat bedah, seperti perban dan sarung tangan
- Organ dan jaringan perut mengalami dehidrasi
- Prosedur insisi
- Gumpalan darah tidak diangkat selama atau setelah operasi.
- Penyakit Crohn
- Endometriosis
- Penyakit radang panggul
- Peritonitis atau infeksi yang menyebar hingga selaput organ perut
- Penyakit divertikular
- Kanker
- Organ
- Usus
- Dinding perut
- Saluran tuba atau fallopian tubes
Cara Mendiagnosis Adhesion Colic
Menurut laman DocDoc, adhesion colic tidak dapat dideteksi dengan tes pencitraan, seperti magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomography (CT) scan.
Cara paling mudah untuk mendiagnosis adhesion colic adalah melalui laparatomi eksplorasi dengan membuat sayatan di rongga perut.
Beberapa tes untuk mendiagnosis adhesion colic, di antaranya adalah:
1. Endoskopi
Ini adalah prosedur invasif minimal dengan cara memasukkan endoskop ke dalam mulut atau melalui sayatan kecil di tubuh.
Endoskop adalah tabung tipis dan fleksibel yang dilengkapi lampu dan kamera. Endoskop akan yang memberikan gambar organ dalam ke monitor komputer.
2. Histeroskopi
Prosedur ini dilakukan untuk melihat ke dalam rahim.
3. Laparoskopi
Laparaskopi merupakan prosedur invasif minimal untuk menyisipkan tabung tipis dengan lampu (laparoskop) melalui sayatan di perut agar dapat melihat organ perut dan panggul wanita.
4. Hysterosalpingography
Prosedur ini menggunakan sinar x-ray untuk memeriksa tuba falopi dan rahim wanita dengan menggunakan fluoroskopi dan zat kontras.
Cara Mengobati Adhesion Colic
Setelah proses diagnosis, adhesion colic dapat diobati dengan melakukan pembedahan agar dapat mengangkat pelengketan perut tersebut.
Namun, bila Anda tidak menunjukkan gejala apa pun, maka pembedahan tidak dianjurkan, karena justru akan lebih banyak menimbulkan pelekatan.
Prosedur operasi harus dilakukan, jika adhesion colic telah menyebabkan obstruksi usus. Tujuannya agar aliran darah normal dapat kembali mengalir ke bagian usus yang tersumbat, serta menghindari kematian jaringan (nekrosis).
Prosedur operasi berguna untuk melancarkan makanan, cairan, dan getah lambung yang menumpuk akibat usus tersumbat.
Pembedahan mungkin juga dilakukan untuk mengangkat bagian usus yang telah rusak parah atau telah mati.
Jika pembedahan terlalu berisiko, maka Anda dianjurkan untuk menggunakan stent. Stent dimasukkan dengan menggunakan endoskop melalui mulut menuju saluran pencernaan.
Stent kemudian akan mengembang di dalam usus, dan menghapus penyumbatan dalam usus. Jika, berbagai gejala menyakitkan dapat teratasi, dan Anda sudah stabil, maka Anda bisa menjalani operasi.
Untuk pasien yang obstruksi ususnya tidak terlalu parah, maka berbagai gejala yang muncul dapat diatasi dengan mengonsumsi cairan atau makanan rendah serat. Hal ini akan membuat sistem pencernaan lebih mudah memecah makanan.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Dhita Koesno