Menuju konten utama

Topeng di Balik Pamer Kemesraan di Media Sosial

Sebagian pasangan tampil mesra di media sosial untuk mengekspresikan kebahagiaan, tapi ada pula yang melakukannya untuk menutupi insecurity dalam relasinya.

Topeng di Balik Pamer Kemesraan di Media Sosial
Header Diajeng Pamer Kemesraan Sosmed. tirto.id/Quita

tirto.id - Pertanyaan buat yang sudah punya pasangan: apa selama ini kalian menikmati aktivitas public display of affection (PDA) alias pamer kemesraan di depan publik?

Misalnya jalan di mall sambil bergelayut manja pada pasangan, menjatuhkan kepala di pundaknya sewaktu nonton bioskop, berpelukan erat-erat di sepeda motor seakan dunia milik berdua.

Hayo, ngaku…

Seiring dengan maraknya penggunaan media sosial, aksi PDA tentu bergeser ke ruang digital.

Kamu jelas tak asing dengan pasangan pesohor seperti Jennifer Lopez dan Ben Affleck, termasuk orang-orang di lingkaran pertemananmu, yang menampilkan foto-foto mesra di Instagram atau Facebook.

Dalam artikel di Psychology Today, Gwendolyn Seidman, dosen psikologi di Albright College yang mempelajari relasi dan psikologi siber, menyatakan bahwa sekarang memang banyak pasangan yang merasa perlu menampilkan hubungan percintaannya di media sosial.

Hal ini tercermin dari profil Facebook yang menyatakan status hubungan sampai dengan menyertakan tautan profil pasangan mereka. Tak ketinggalan unggahan foto yang menampilkan keintiman sekaligus bertukar ucapan mesra di kolom komentar akun milik pasangan.

“Berdasarkan survei yang saya lakukan, pasangan-pasangan ‘resmi Facebook’ tersebut menganggap hubungan relasi mereka lebih bagus dengan menunjukkan keintiman mereka di Facebook, dibandingkan pasangan yang memilih untuk tidak,” papar Seidman.

Ah, tapi apakah semua pasangan cenderung beranggapan demikian?

Untuk menguji korelasi tersebut, peneliti psikologi sosial dari Northwestern University, Lydia Emery, bersama rekan-rekannya dari sejumlah kampus di kawasan Amerika Utara mencoba memeriksa profil Facebook milik 108 pasangan atau 216 responden heteroseksual berusia 12-19 tahun dan telah berkencan selama 2-73 bulan.

Penelitian oleh tim Emery, dipublikasikan di jurnal Personal Relationship (2014), menunjukkan bahwa secara umum, upaya pasangan memamerkan hubungannya di Facebook merupakan pilihan mereka untuk menjadi lebih bahagia. Bagi kelompok ini, unggahan foto mesra di Facebook adalah bentuk pembuktian bahwa hubungan mereka baik-baik saja.

Di lain sisi, temuan ini juga menyimpulkan bahwa mereka yang tak berperilaku mesra di media sosial seperti Facebook bukan berarti hubungannya yang tak bahagia. Emery jelaskan, setiap pasangan punya cara tersendiri dalam menggambarkan hubungan mereka di ruang maya.

Header Diajeng Pamer Kemesraan Sosmed

Header Diajeng Pamer Kemesraan Sosmed. foto/istockphoto

Emery juga melakukan tinjauan psikologis terhadap orang-orang yang menganggap media sosial sangat berdampak terhadap kehidupan relasi mereka.

Dalam studi lain berjudul “Can You Tell That I'm in a Relationship? Attachment and Relationship Visibility on Facebook” di Personality and Social Psychology Bulletin (2014), Emery dan timnya menyoroti bagaimana penampakan hubungan sangat terkait dengan kekuatan hubungan seseorang.

Sejumlah pasangan akan punya kecenderungan menutupi ketidaknyamanan mereka soal hubungan sebenarnya dengan mengunggah kemesraan di media sosial. Khususnya individu yang cemas, mereka cenderung ingin terus menunjukkan penampakan hubungannya.

“Setiap hari, ketika orang merasa tidak aman atau insecure dengan pasangan mereka, mereka cenderung membuat hubungan mereka lebih terlihat oleh orang lain,” tulis Emery.

Kenyataan sehari-hari juga menunjukkan, orang yang merasa relasinya tak aman akan merasakan kecemasan berlebihan atas pasangannya. Maka, tidak jarang, cara untuk mengatasi kecemasan tersebut salah satunya dengan mengunggah dan memamerkan kemesraan di media sosial. Yup, untuk semacam validasi bahwa hubungan mereka baik-baik saja.

Responden pasangan dalam studi Emiry percaya bahwa respons seperti likes dan komentar yang meyakinkan dari teman atau follower tentang hubungan mereka dapat menjadi pengalihan dari rasa tertekan dan kecemasan yang tengah diderita.

Dikutip dari artikel Daily Mail, pakar seksologi dan relasi dari Australia, Nikki Goldstein, bersepakat dengan kecenderungan tersebut. Menurut Goldstein, pasangan yang paling banyak berbagi di media sosial sering hanya mencari validasi hubungan mereka dari orang lain.

“Acap kali orang hanya mencari validasi atas hubungan mereka di depan teman-teman media sosial. Likes dan komentar tersebut bisa sangat memvalidasi sehingga saat ada yang kepayahan [dalam relasinya], dari situlah dia bangkit—bukan dari gestur orang melainkan dari hal-hal yang dibilang orang,” kata Goldstein.

Goldstein juga menyatakan, kebanyakan pasangan yang bersemangat berfoto dan dengan terburu-terburu mengunggah di media sosial biasanya akan kehilangan kebersamaan dengan pasangan.

Header Diajeng Pamer Kemesraan Sosmed

Header Diajeng Pamer Kemesraan Sosmed foto/IStockphoto

“Kamu lihat deh, orang-orang yang mau fokus ambil relfie (relationship selfie) lalu memasukkan filter dan hashtag, mereka jelas sudah kehilangan momen… Kenapa tidak ambil foto sesederhana karena kenangannya manis atau sekadar sebagai momen untuk dikenang?” tanya Goldstein.

Mengunggah foto bersamaan dengan captionmy boy” atau “my girl” juga bisa diartikan bahwa pasangan tersebut mempunyai motivasi menciptakan keterikatan satu sama lain, dan dalam titik tertentu cenderung mencerminkan sikap posesif.

Di satu sisi, upaya menunjukkan kemesraan di media sosial memang berfungsi juga sebagai pengingat atas sebuah momen yang pernah dilewati oleh pasangan.

Pada akhirnya, penting dipahami bahwa ruang digital tak selalu mencerminkan kehidupan di dunia nyata, baik pada pasangan yang rajin, maupun yang tidak rajin, meng-update dinamika asmaranya di media sosial.

* Artikel ini pernah tayang di tirto.id pada 6 September 2017. Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk keperluan redaksional diajeng.

Baca juga artikel terkait MEDIA SOSIAL atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Suhendra & Sekar Kinasih