Menuju konten utama

Ada Batasan Tertentu Saat Seks Jadi Topik Obrolan Antarsahabat

Mendiskusikan seks dengan sahabat memungkinkanmu mendengar banyak sudut pandang, termasuk pengalaman dan preferensi orang lain. Tapi, tetap ada batasnya.

Ada Batasan Tertentu Saat Seks Jadi Topik Obrolan Antarsahabat
Header diajeng Blak-blakan Kehidupan Seks. tirto.id/Quita

tirto.id - Saat berbincang dengan sahabat, para perempuan bisa bercerita soal apa saja. Termasuk tentang kehidupan seks masing-masing. Benar, nggak?

Apalagi seks adalah topik yang berat sekaligus kompleks.

“Topik ini bisa terasa canggung dan membuat tak nyaman karena tak ada yang pernah mencontohkan atau menunjukkan kepada kita bagaimana cara melakukannya. Kita tak pernah didorong untuk berbicara tentang seks, dan kita mungkin tak tahu apakah itu adalah topik yang tepat untuk didiskusikan. Tak semua orang bisa terbuka tentang topik seks ini,” kata seksolog Melbourne, Kassandra Mourikis, MSexol.

Namun seksolog klinis Rena McDaniel, M.Ed. melihat dari sudut pandang lain. Baginya, “Membicarakan kehidupan seks dengan sahabat sangat normal, walau masih ada beberapa tabu budaya untuk terbuka dengan sahabat tentang kehidupan seks, terutama bagi perempuan.”

“Membicarakan seks dengan para sahabat adalah cara baik untuk mengubah percakapan tentang seks dari sesuatu yang dianggap kotor menjadi sesuatu yang dapat memberi solusi dan menginspirasi ke arah positif," ujarnya.

header diajeng Blak-blakan Kehidupan Seks

Header diajeng Blak-blakan Kehidupan Seks

Tapi apakah semua topik seks bisa dibahas dengan sahabat? Menurut Rena, kita tetap bisa kok mendiskusikan masalah-masalah yang kita anggap tak mungkin diceritakan ke orang lain, seperti pelanggaran persetujuan, penyesalan, atau pilihan yang tidak terlalu kita banggakan.

“Ketika kita menghindari topik-topik tertentu yang berkaitan dengan seks dan seksualitas karena terasa sulit atau membuat kita malu, ternyata hal ini bisa merugikan satu sama lain. Alih-alih mendapat solusi dan membantu, kita malah menyembunyikannya, dan hal itu pada akhirnya tidak bermanfaat bagi siapa pun,” terangnya.

Membicarakan seks dengan para sahabat adalah cara baik untuk mendapatkan umpan balik tentang pikiran dan keinginan. Dan sebaliknya, kita juga bisa berbagi wawasan bila salah satu dari kita sudah pernah mencoba atau mengalaminya.

Selama kamu tidak menceritakan detail soal pasangan saat berbagi petualanganmu dalam situasi seksual tertentu. Artinya, kita tetap perlu menghormati privasi pasangan. Itulah mengapa untuk beberapa hal baiknya tetap bersifat pribadi.

Melansir Glam, ada beberapa topik seks yang boleh dan yang tidak boleh diceritakan kepada sahabat. Misal, apa yang pasanganmu sukai dalam hal fetish atau obsesi seksual, jangan sampai didengar oleh sahabatmu. Apalagi sampai membuatnya “dihakimi” atau ditertawakan.

Kita semua punya cerita seks memalukan. Tapi harus ada batasan seberapa banyak hal memalukan dari kehidupan seks yang bisa diceritakan. Jangan menceritakan kekurangan pasangan, seperti bentuk organ intimnya atau saat ia mengalami masalah pada performa.

Lagipula, kamu bukan seorang komika yang sedang menggunakan rasa malu pasanganmu sebagai sumber hiburan.

header diajeng Blak-blakan Kehidupan Seks

Header diajeng Blak-blakan Kehidupan Seks

Perfomance, duration, and position! Astaga, cringe banget nggak, tuh! Aduuuh, jangan yang detail-detail gitu. Aku juga nggak pengen tahu,” kata Wardani (bukan nama sebenarnya), freelance graphic designer dan ibu satu anak, saat ditanya batasan atau topik pembahasan seks apa yang sebaiknya tidak boleh diceritakan.

Walau begitu, pahami bahwa ada perbedaan antara pasangan yang menginginkan privasi dan pasangan yang menginginkan kerahasiaan karena mungkin saja ia sedang berusaha menutupi perilaku yang tidak pantas terhadapmu, seperti pelecehan fisik atau emosional.

Jika kamu adalah korban pelecehan atau kekerasan, ini jelas harus kamu ceritakan kepada teman, terapis, bahkan pihak berwenang.

Seks seharusnya membahagiakan. Mengutip Glam, seks tidak seharusnya mengandung unsur pelecehan atau kekerasan baik secara verbal, fisik, mental, emosional, atau lainnya.

Mitha (bukan nama sebenarnya), ibu rumah tangga, adalah korban pelecehan dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh suaminya. Ia diperlakukan tidak hormat dan jauh dari kasih sayang setiap suaminya ingin berhubungan intim sampai-sampai mengalami perdarahan hebat dan dilarikan ke rumah sakit. Ia kemudian memberanikan diri keluar dari rumah.

“Aku sengaja menceritakan ini, dan aku nggak malu. Aku pengen supaya sahabat-sahabatku berani mengambil sikap, dan cepat keluar dari masalah kalau mereka mengalami pelecehan atau kekerasan seksual di pernikahan,” cerita Mitha.

Mendiskusikan seks dengan sahabat memungkinkanmu mendengar lebih banyak sudut pandang, termasuk pengalaman dan preferensi beberapa orang.

Rena mengungkapkan, "Sebagai seorang terapis seks, saya mendengar cerita dari begitu banyak perempuan yang berpikir bahwa mereka hancur karena 'seks tidak berhasil'. Tapi ketika kita saling berbagi pengalaman—momen yang benar-benar menyenangkan dan juga menyakitkan—kita bisa belajar satu sama lain.”

Dengan catatan, pilih teman cerita yang tepat, tahu batasan, bisa menjaga rahasia, tidak menghakimi, dan tidak menjatuhkanmu di belakang.

Baca juga artikel terkait DIAJENG atau tulisan lainnya dari Glenny Levina

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Glenny Levina
Penulis: Glenny Levina
Editor: Yemima Lintang