tirto.id - Lima hari menjelang perayaan Natal pada Desember 1920, Amelia bersama ayahnya mengunjungi lapangan udara di sekitar Long Beach, AS untuk sekedar melihat bagaimana sebongkah mesin buatan manusia mampu lepas landas dari tanah pacuan.
Keduanya bertemu dengan Frank Hawks yang saat itu bekerja sebagai pilot balap udara. Tak disangka, Frank mengajak Amelia untuk mengendarai pesawat bersamanya. Amelia pun menyanggupi. Tanpa menunggu lama, mereka meninggalkan landasan dan menari bebas di langit angkasa.
“Aku tak menyangka apabila berada di atas ketinggian dua sampai tiga ratus kaki. Rasanya menakjubkan. Dan aku paham betul jika aku sedang terbang,” ungkap Amelia dalam buku yang berjudul Last Flight.
Pengalaman terbang bersama Frank Hawks telah mengubah jalan hidupnya. Amelia Earhart barangkali tak menyangka peristiwa pada 20 Desember 1920 itu berhasil membawanya ke dunia penerbangan. Semenjak saat itu, dirinya mulai bekerja keras untuk mendalami semua hal mengenai pesawat.
Ia bekerja serabutan dari fotografer lepas sampai pengemudi truk hingga akhirnya dapat menyimpan uang sebanyak 1.000 dolar guna mengikuti kursus penerbangan di Kinner Field. Seiring berjalannya waktu disertai upaya kerasnya menaklukan hanggar pesawat, prestasi demi prestasi singgah pada namanya.
Pada 22 Oktober 1922, ia sukses mencapai ketinggian 14.000 kaki dan mencatatkannya dalam buku rekor penerbangan. Tak lama setelah rekor pecah, Amelia mendapatkan lisensi pilot dari Federation Aeronautique Internationale (FAI) sekaligus menjadi perempuan ke-16 yang memperoleh apresiasi serupa.
Puncak karier Amelia sebagai pilot terjadi pada medio 1930, ia berhasil melakukan ekspedisi penerbangan mengelilingi dunia; menjelajah Samudera Atlantik pada 1928, mencapai kecepatan maksimum 100 km pada 1931, mengelilingi Amerika Serikat dengan autogyro pada 1932, sampai mendatangi Laut Merah dan Karachi pada 1937.
Atas dasar pencapaian tersebut, pada 1932 Amelia menerima The Distinguished Flying Cross dari Angkatan Udara Amerika Serikat. Penghargaan itu merupakan wujud dukungan tertinggi dari Angkatan Udara AS kepada mereka yang telah melakukan prestasi fenomenal di udara. Amelia merupakan sosok pertama yang menerima medali.
Amelia Earhart dilahirkan pada 24 Juli 1887 di Atchinson, Kansas, AS. Kondisi keluarganya bisa dibilang tak kondusif. Ayahnya, Edwin Earhart terjebak dalam belenggu alkohol yang membuat ibunya, Amelia Otis tidak merasa nyaman. Demi menyediakan lingkungan yang memadai bagi buah hatinya, Otis membawa kedua anaknya untuk tinggal di rumah kakek-neneknya.
Di rumah kakek-neneknya Amelia menghabiskan waktu menyusuri hal-hal di sekitar. Berburu rusa, berpetualang, sampai berlarian di ladang yang luas dan menghirup udara segar perkebunan. Akan tetapi masa kecil yang sempat indah itu tak berlangsung lama.
Baca juga: Percy Fawcet dan Para Petualang yang Hilang
Menurut Shannon Garst dalam buku yang ditulisnya di 1947, Amelia Earhart: Heroine of the Skies, ketidakmampuan ayahnya dalam mencukupi nafkah dengan mendapatkan kerja yang baik telah menjadi alasan utama mengapa keluarga Amelia harus berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya termasuk dalam urusan pendidikan dasar Amelia.
Masa kecil yang cukup bergejolak membuat Amelia tumbuh dan berkeinginan untuk menjadi sosok mandiri. Ia tak ingin bergantung kepada orang lain. Omongan tersebut bukan sesumbar belaka. Amelia membuktikannya dengan seksama ketika ia mengikuti program relawan Palang Merah pada 1917. Amelia bersama relawan yang lain bertugas menyiapkan makanan bagi para pasien yang dirawat.
Misteri Kematian dan Foto Kontroversial
Perjalanan karier Amelia mengalami turbulensi hebat pada 2 Juli 1937. Saat sedang menyelesaikan ekspedisi keliling dunia bersama Fred Noonan, pesawatnya mengalami permasalahan serius yang menyebabkan raibnya mereka kala mengudara di Pulau Howland, dekat Pasifik.
Upaya demi upaya dilakukan berbagai pihak investigator amatir maupun profesional. Seluruh tenaga dikerahkan. Tak sekedar itu, berbagai teori mengenai jatuhnya pesawat bermunculan, dari yang masuk akal hingga sebaliknya. Dari semua itu, ada tiga buah teori yang sampai sekarang menjadi alasan terkuat untuk menjelaskan hilangnya pesawat Amelia. Teori pertama adalah crash and sink. Teori ini dikenalkan oleh pasangan suami-istri Elgen dan Marie K. Long.
Melalui buku, Amelia Earhart: The Mystery Solved, mereka menyebutkan penyebab utama jatuh dan hilangnya pesawat Amelia karena kehabisan bahan bakar. Argumen ini didukung beberapa peneliti. Salah satunya yakni Laurance Safford, pensiunan Kapten Angkatan Laut Amerika yang bertanggung jawab pada jaringan strategi serta pemecahan kode penyerangan Jepang di Pearl Harbour. Safford menambahkan selain habisnya bahan bakar, perencanaan mereka dianggap minim dengan eksekusi yang buruk.
Baca juga: Membongkar Misteri Makam Jenghis Khan
Berikutnya ada teori hipotesa Pulau Gardner. Dalam teori ini, asumsi yang muncul adalah seharusnya mereka tidak jatuh di Pulau Howland karena berdasarkan transmisi radio 157/337 yang ditangkap, mereka terbang 157 derajat ke selatan menuju Pulau Baker dan Pulau Phoenix. Seminggu setelah pesawat menghilang, USS Colorado melakukan pencarian di Pulau Gardner. Hasilnya nihil. Walaupun demikian, teori-teori tentang hilangnya pesawat Amelia masih mengudara selama 80 tahun lamanya dan tak pernah menemukan jawaban pasti tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Sampai akhirnya pada awal Juli 2017, teka-teki ini kembali menyeruak ke publik dengan beredarnya sebuah foto yang dianggap adalah potret selamatnya Amelia dari kecelakaan tragis. Foto tersebut pertama kali diunggah oleh pihak History Channel lewat seri dokumenternya berjudul Amelia Earhart: The Lost Evidence pada 9 Juli 2017 yang didapatkan lewat Arsip Nasional dari seorang petugas bernama Les Kinney.
Dalam foto tersebut digambarkan sosok yang diduga sebagai Amelia Earhart dan Fred Noonan di sebuah pelabuhan di Pulau Marshall. Noonan mengambil posisi berdiri, sedangkan Amelia sedang duduk tak jauh darinya. Disinyalir potret tersebut direkam oleh penduduk Jepang sekitar pulau itu.
Pihak History Channel percaya foto itu diambil tak lama setelah kecelakaan mereka di 1937 yang mana membuktikan bahwa mereka masih selamat. Dari sini suara pro dan kontra bermunculan. Dorothy Cochrane, kurator dari Departemen Aeronautika Musem Nasional Udara dan Luar Angkasa Smithsonian menyatakan pihaknya tak ingin menyalahkan keinginan masyarakat untuk mengetahui.
“Saya tak ingin meletakan kesalahan bagi mereka yang ingin tahu. Peristiwa ini merupakan salah satu misteri terbesar di abad 20 karena sosoknya diketahui banyak orang,” tuturnya seperti dikutip CNN.
Sedangkan Kota Yamano, pakar sejarah militer asal Jepang menunjukkan foto itu diambil dari sebuah buku terbitan tahun 1935 sebelum Amelia menjalani masa liburan.
“Saya tidak percaya tentang teori yang menyatakan Amelia ditangkap oleh tentara Jepang. Jadi, saya memutuskan untuk mencari sendiri bagaimana kebenarannya,” ujarnya kepada The Guardian. Yamano menambahkan, potongan foto y tersebut muncul di buku tulis aksara Jepang seri lama.
Halamannya telah ditandai dan disusun ke Perpustakaan Nasional Diet. Yamano meyakinkan bahwa Amelia pada tahun 1935 menjalani tahun yang padat. Ia pergi dari Honolulu, Oakland, California, Mexico City, sampai New Jersey. Sehingga tak ada asumsi yang menegaskan bahwa foto tersebut adalah sosok Amelia. Tak hanya Yamano saja yang meragukan. Tercatat Ric Gillespie, direktur pelaksana Kelompok Internasional Perbaikan Pesawat Terbang Bersejarah menyatakan Amelia dan Noonan jatuh serta tewas di Pulau Gardner yang sekarang bernama Nikumaro.
Susan Butler, penulis biografi Amelia menyanggah pada The New York Timesbahwa History Channel hanya mengada-ada saja demi kepentingan headlines. Di tengah pusaran kritik yang tajam, pihak History Channel melalui klarifikasi resminya lewat akun Twitter menjelaskan timnya sedang melakukan pengembangan terkini dan akan terus melaporkan kondisi dengan prinsip keterbukaan.
“Tim kami sedang melakukan pengembangan hingga saat ini dan akan terus mengabarkan kondisi yang ada dengan segala keterbukaan,” terang mereka pada Selasa (11/7)
Pada akhirnya misteri tentang Amelia dan pesawatnya akan terus meninggalkan pertanyaan selama 80 tahun. Amelia dan para petualang lainnya telah menciptakan misteri yang belum terpecahkan oleh manusia di masanya hingga kini.
Baca juga: Jejak Misteri MH370
Penulis: Faisal Irfani
Editor: Suhendra