Menuju konten utama
15 Mei 2010

Kisah Jessica Watson Mengelilingi Dunia Lewat Samudra

Sejak awal 2008, Watson telah menyusun rencana perjalanan mengelilingi dunia lewat laut.

Kisah Jessica Watson Mengelilingi Dunia Lewat Samudra
Header Mozaik Perempuan Muda mengarungi Samudra. tirto.id/Tino

tirto.id - Sejarah penjelajahan laut adalah salah satu bagian paling penting dalam sejarah globalisasi. Penjelajahan itu mula-mula dilakukan dengan beragam motivasi: dari ekonomi hingga syahwat untuk memperlebar kekuasaan kerajaan dan penaklukan teritorial antar sesama manusia. Oleh karena itu, banyak unsur yang terlibat dalam penjelajahan laut, seperti politik, sosial, budaya, juga agama.

Di abad ke-13, Marco Polo, penjelajah sekaligus pedagang dan penulis kelahiran Venesia, melakukan perjalanan laut dari Eropa ke Asia. Bagi orang-orang Eropa di masa itu, kebudayaan Asia masih diliputi misteri. Perjalanan Marco Polo berdurasi panjang. Ia bahkan sempat diundang oleh Kubilai Khan, kaisar Dinasti Yuan yang menugaskannya dalam misi-misi diplomatik sebagai utusan asing kaisar ke berbagai wilayah di Asia Timur dan Asia Tenggara.

Marco Polo kemudian tinggal di Cina selama 17 tahun dan mencatat begitu banyak hal yang tak pernah diketahui orang-orang Eropa sebelumnya. Penjelajahan Marco Polo ke Asia ini menjadi titik balik penting dalam sejarah, yang kemudian disusul oleh banyak penjelajah terkenal lain seperti Ferdinand Magellan, Christopher Columbus, hingga Vasco da Gama.

Di Eropa, periode sejarah itu dikenal dengan The Age of Exploration, eranya eksplorasi dunia lewat jalur laut. Hingga kini, perjalanan laut keliling dunia masih tetap menyimpan banyak misteri, meski era eksplorasi dunia telah menembus ke ruang angkasa seiring dengan pesatnya perkembangan alat-alat teknologi penyelidikan atas benda-benda di tata surya.

Infografik Mozaik Perempuan Muda mengarungi Samudra

Infografik Mozaik Perempuan Muda mengarungi Samudra. tirto.id/Tino

Di Australia, seorang perempuan berusia 16 tahun rupanya masih penasaran dengan misteri perjalanan laut. Dengan bantuan teknologi modern, ia bertekad melakukan perjalanan laut seperti yang dilakukan banyak penjelajah terkenal tadi.

Nama perempuan muda itu: Jessica Watson.

Perjalanan mengelilingi dunia lewat laut yang dilakukan Watson akan mencatat setidaknya dua rekor baru. Pertama, ia adalah perempuan pertama yang berhasil melakukannya seorang diri tanpa bantuan orang lain. Kedua, ia mengarungi lautan di usia yang baru 16 tahun dengan sebuah kapal yang panjangnya hanya sekitar 9 meter. Publik Australia, negara kelahiran Watson, banyak yang menentang. Ia dinilai terlalu muda dan kurang pengalaman untuk menaklukkan lautan. Intinya, rencana perjalanan itu dianggap sangat membahayakan baginya.

Tapi tekad Jessica bulat. Ia punya ambisinya sendiri. Sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Roger dan Julie Watson, Jessica bersama semua saudaranya itu memang sejak kecil diperkenalkan dengan dunia pelayaran. Menurut ibunya, dari keempat anak, justru Jessica yang tampaknya paling tidak bersemangat ketika menerima pelatihan.

“Ia pendiam dan tampaknya pemalu dan tidak suka kegiatan bertualang,” kata ibunya.

Meski pemalu, ia tak berhenti belajar ilmu pelayaran. Konon, jauh sebelum rencana berlayar itu muncul, keluarga Watson telah tinggal di atas air dengan kapal sepanjang 16 meter. Ketika anak-anaknya masih kecil, ibu Watson mengaku sering menceritakan kisah-kisah pelayaran. Rupanya di masa itu ada satu kisah yang menjadi inspirasi Jessica: Kisah pelayaran Jesse Martin yang berlayar mengelilingi dunia di usia 18 tahun. Kisah itu ia dapatkan dalam buku Jesse Martin yang berjudul Lionheart: A Journey of the Human Spirit (2002).

Terinspirasi oleh kisah itu, Watson pun semakin bersemangat. Empat tahun diisinya dengan mempelajari ilmu-ilmu pelayaran. Ia bahkan telah menyelesaikan 6.000 mil laut pengalaman berlayar. Ia melengkapi pengalaman itu dengan kualifikasi pendukung lainnya seperti offshore safety, ilmu mesin diesel, penggunaan radio komunikasi, ilmu kelautan, ilmu pengobatan dasar, dan pemahaman teknis kapal layar.

Semakin hari semakin terlihat jelas bahwa penilaian ibunya mengenai sifat Watson yang ogah-ogahan dalam berlayar terbukti keliru. Sejak awal 2008, Watson telah menyusun rencana perjalanan. Bulan Mei tahun berikutnya, rencana itu ia umumkan. Jaraknya tak main-main: 23.000 mil laut (nautical miles) atau sekitar 42.600 kilometer.

Perjalanannya ini dimaksudkan sebagai non-stop and unassisted sailing, sebuah pelayaran yang dilakukan seorang diri tanpa bantuan orang lain. Dalam kategori pelayaran ini aturannya jelas. Ia tidak akan menerima bantuan dalam bentuk apapun dalam perjalanan. Ia hanya akan membawa cukup perbekalan dan peralatan navigasi. Selain itu, Watson juga dilarang berlabuh di pelabuhan meski hanya singgah. Akses komunikasi selama perjalanan hanya dilakukan lewat radio.

Uji coba pelayaran pun dilakukan. Ia mempersiapkan perjalanan dari Brisbane ke Sydney yang rupanya justru mengalami masalah. Jam 2 dini hari, kapal layarnya harus bertabrakan dengan kapal barang besar. Beruntung, dalam kecelakaan ini Watson tak terluka.

Watson Menantang Takut dan Maut

Kecelakaan itu sama sekali tak mengurangi semangat Watson. Ia menunaikan misinya pada 18 Oktober 2009, lima bulan sejak ulang tahunnya yang ke-16. Hari itu ia resmi melepaskan pengait kapalnya di pelabuhan Sydney dan memulai perjalanan non-stop sesuai rencana. Kapal yang ia tumpangi, Ella’s Pink Lady, didaulat menemani Watson sepanjang perjalanan mengelilingi dunia.

Setelah 18 hari, pada 5 November, sesuai jadwal, ia melintasi Tonga, melewati Selandia Baru dan kepulauan Fiji. Dalam bidang circumnavigation, ada aturan resmi yang menyatakan bahwa pelayaran harus melintasi garis khatulistiwa setidaknya satu kali. Untuk itu, Watson pun mengarahkan kapalnya ke arah utara dan pada 19 November 2009 ia melintas di perairan dekat pulau Jarvis (161°40'W longitude) dan mengitari Kiritimati pada 22 November. Setelah itu ia kembali ke Selatan dan melanjutkan pelayaran menuju Cape Horn di Selatan benua Amerika.

Sampai di Cape Horn, Watson dan kapalnya telah terkonfirmasi menempuh jarak sekitar 3.900 mil laut. Perjalanan itu pun dilanjutkan dan akhirnya berhasil mencapai setengah rute pada 25 Januari 2010, ketika jarak tempuh telah mencapai 11.500 mil laut. Pelayaran pun dilanjutkan ke Cape Agulhas, wilayah paling Selatan benua Afrika, sebelum meneruskannya sepanjang 9.300 kilometer menuju Australia Bgian Barat.

Pada 15 Mei 2010, tiga hari sebelum ulang tahunnya yang ke-17, dua belas tahun silam, sesuai rencana ia tiba di Sydney.

Kedatangannya di pelabuhan Sydney menandai selesainya total 210 hari perjalanan. Hari itu, publik Australia ramai-ramai menyambut kepulangan Watson. Kevin Rudd, Perdana Menteri Australia kala itu langsung menyambutnya dan menyatakan Watson sebagai pahlawan Australia.

Bersama Rudd, berjejer juga media nasional dan internasional yang meliput kepulangan Watson. Pemerintah Australia juga secara resmi memberikan gelar Order of Australia (OAM), sebuah gelar kepahlawanan yang pertama kali diberikan oleh Ratu Elizabeth II pada 14 Februari 1975.

Kisah sukses Watson yang inspiratif ini ia ceritakan secara lengkap dalam blog dan buku berjudul True Spirit: The Aussie Girl who Took On the World yang terbit pertama kali pada 2011. Di tahun itu juga, ia menerima penghargaan sebagai Young Australian of the Year dan kapalnya, Ella’s Pink Lady, diabadikan dalam pameran permanen di Queensland Maritime Museum di kota Brisbane.

Dokumentasi video persiapan hingga proses pelayaran dan kepulangannya pun disunting kembali menjadi sebuah film dokumenter yang melibatkan Sir Richard Branson sebagai naratornya. Belakangan, film adaptasi untuk kisah Watson ini juga sedang dipersiapkan.

Dalam blognya, Jessica menulis tentang kenapa ia melakukan perjalanan ini.

"Aku ingin menantang diriku sendiri, dan bisa mencapai sesuatu yang bisa kubanggakan. Dan iya, aku ingin menginspirasi orang-orang. Aku benci dinilai dari penampilanku, dan aku benci ketika orang-orang meremehkan dan bertanya, 'apa sih yang bisa dicapai oleh seorang gadis kecil'. Jadi ini bukan lagi soal mimpiku, atau soal pelayaranku. Setiap tonggak yang kucapai di sini ini bukan hanya pencapaianku, tapi juga pencapaian dari semua orang yang telah mempersembahkan begitu banyak waktu dan usaha untuk membantuku."

Baca juga artikel terkait PETUALANGAN atau tulisan lainnya dari Tyson Tirta

tirto.id - Humaniora
Penulis: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi