tirto.id - “Sebelumnya, tiga pemerintah mengatakan kepada dunia bahwa mereka tidak akan menyerah. Namun sekarang, mereka mengatakan pencarian dihentikan, saya tahu sekarang mereka baru saja menyerah.”
“Ini bukan berarti manusia tidak bisa memecahkan masalah dalam menemukan pesawat. Ini karena masing-masing pemerintah tak ingin merogoh uang lebih.”
Marah, sedih, dan kecewa semuanya campur aduk di dalam hati Jiang Hua, saat mendengar kabar dihentikannya pencarian MH370. Ibunya merupakan salah satu penumpang pesawat jenis Boeing 777 ini. Ia sangat berharap ada sebuah titik terang tentang nasib pesawat yang ditumpangi ibunya.
Penerbangan MH370 yang mengangkut 239 penumpang hilang pada 8 Maret 2014. Mulai 17 Januari 2017, tiga negara Malaysia, Cina, dan Australia menghentikan pencarian bawah laut MH370. Keputusan yang disepakati oleh tiga negara itu berdasarkan pertemuan Juli 2016 di Putrajaya, Malaysia.
“Keputusan untuk menghentikan pencarian bawah laut bukan suatu yang ringan atau tanpa kesedihan,” jelas Joint Agency Coordination Centre (JACC) dalam keterangannya. JACC merupakan lembaga yang mengkoordinasikan pencarian MH370 yang dibentuk oleh Australia pada 30 Maret 2014 lalu.
Seperti dikutip dari situs resmi JACC, jacc.gov.au, alasan penghentian ini karena dari lokasi yang diduga kuat pada area seluas 120.000 kilometer persegi atau setara 180 kali luas DKI Jakarta--di Samudera Hindia, keberadaan MH370 tetap tak ditemukan meski sudah mengerahkan teknologi tercanggih dan para ahli yang mumpuni. Sampai saat ini, belum ada lagi informasi terbaru soal lokasi pesawat MH370.
Hilangnya MH370 memang cukup unik, butuh setahun lebih bagi otoritas yang terlibat dalam pencarian, untuk memastikan bahwa MH370 benar-benar jatuh di Samudera Hindia. Hingga Juli 2015, para pencari belum bisa memastikan nasib pesawat itu, baru setelah ada temuan bagian sayap pesawat di Pulau Reunion di Timur Madagaskar, Afrika sekelumit informasi akhirnya didapati. Semenjak temuan itu, lebih dari 20 objek terkonfirmasi atau dipercaya sebagai bagian dari MH370, tapi tetap saja MH370 masih jadi misteri.
Selain diselubungi kemisteriusan, pencarian MH370 juga mencatat rekor sebagai pencarian termahal dalam sejarah pencarian dunia penerbangan. Washington Post menulis biaya yang telah dihabiskan untuk mencari MH370 mencapai $150 juta atau Rp2 triliun lebih.
"Hidup Lebih Bernilai daripada Uang"
Persoalan biaya ini memang masalah yang sensitif bagi negara-negara yang terlibat pencarian MH370. Setahun pertama pencarian MH370, kontributor terbesar biaya pencarian adalah Malaysia dan Australia. Cina menolak mengeluarkan biaya pencarian, seperti ditulis news.com akhir Juli 2015 lalu.
Bagi-bagi jatah biaya ini memang tak merujuk pada jumlah korban yang ada, dari 15 negara yang warganya menjadi penumpang MH370, warga Cina mendominasi dengan 153 orang, disusul Malaysia 38 orang, Indonesia 7 orang, Australia 6 orang, India 5 orang, Perancis 4 orang dan lain-lain.
Kontribusi tiga negara ini memang masuk akal, Malaysia punya kewajiban karena MH370 pesawat milik maskapainya, Cina juga punya kepentingan sebagai jumlah penumpang terbanyak, dan Australia tentu selain punya kepentingan soal warganya juga sebagai tuan rumah pencarian, karena dugaan lokasi MH370 ada di sekitar pekarangannya.
Ahli hubungan internasional dari University of Sydney, Justin Hastings mengungkapkan tak ada ketentuan hukum bagi Cina untuk berkontribusi pada pencarian MH370 dan tak ada keuntungan secara politik yang bisa diraih oleh Cina.
Sementara itu, Menteri Infrastruktur dan Transportasi Australia Darren Chester baru-baru ini dalam sebuah konferensi pers seperti diberitakan New Straits Times mengungkapkan total biaya yang sudah dikeluarkan untuk pencarian MH370 mencapai AUS$ 200 juta, dari jumlah itu Australia menggelontorkan AUS$ 60 juta, dan Malaysia sebagai pihak yang mengeluarkan biaya lebih banyak.
“Biaya bukan faktor yang menentukan di dalam keputusan ketiga negara,” kata Chester dikutip dari laman nst.com.my.
Alasan sang menteri Australia ini barangkali benar, karena uang yang sudah dihabiskan untuk pencarian memang belum ada apa-apanya dibandingkan dengan harga sebuah pesawat Boeing 777. Dalam laman boeing.com, harga satu unit 777-200ER dibanderol $277,3 juta. Namun, persoalan uang ini tentu menjadi bola panas bagi keluarga para penumpang MH370 yang sebagian tak puas bahkan marah. Mereka tentu berharap pencarian tetap dilakukan dan sampai berhasil menemukan MH370.
“Saya hanya ingin mengatakan ini bukan ponsel yang hilang atau dompet. Ini adalah pesawat dan isinya ada 239 nyawa...Hidup lebih bernilai daripada uang,” tukas Steve Wang, yang ibunya salah satu penumpang MH370.
JACC memang sangat sadar pengumumannya akan membuat kecewa berat para keluarga penumpang MH370. Sehingga dalam penyampaian resminya, mereka memberikan kata kunci, bahwa penghentian pencarian 17 Januari lalu bukan berarti akhir dari segala upaya pencarian. “Kami masih berharap informasi baru akan datang untuk memberikan titik terang dan lokasi keberadaan pesawat di masa mendatang,” jelas JACC.
Kita tunggu episode ini, apakah akan terungkap sebuah jarum bernama MH370 di dalam “gudang jerami” Samudera Hindia. Atau MH370 akan benar-benar tertidur di bawah dasar samudera untuk selama-lamanya seperti suara pesan terakhir dari dalam kokpit MH370, sebelum lenyap dan jadi misteri yang belum terpecahkan hingga kini.
'Good Night, Malaysia Three Seven Zero'
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti