Menuju konten utama
Hari Disabiltas Internasional

8 Film Dokumenter Diluncurkan di Hari Disabilitas Internasional

Dalam peluncuran ini, ada empat film yang diputar dengan teknologi VR (virtual reality).

8 Film Dokumenter Diluncurkan di Hari Disabilitas Internasional
Penonton mencoba beberapa film dokumenter dengan medium VR yang diputar dalam program The Feelings of Reality. foto/Panitia Festival Film Dokumenter 2019

tirto.id - Festival Film Dokumenter 2019 menggelar diskusi dan peluncuran film bertema disabilitas untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional setiap tanggal 3 Desember.

Diskusi program tersebut dilaksanakan di IFI-LIP Yogyakarta bersama dua mentor dari Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Yogyakarta, yaitu Ajiwan Arief dan M Ismail.

Terdapat delapan film yang masuk ke dalam program The Feelings of Reality, yaitu: Alun (Riani Singgih, 2019); Menjadi Agung (Yovista Ahthajida, 2019); Aisyah (Ahmad Syafi’I Nur Illahi, 2019); Saling (Ridho Fisabilillah, 2019); Menjadi Teman (Aji Kusuma, 2019); Bulu Mata Kaki (Firman Fajar Wiguna, 2019); Apa di Kata Nadakanlah, Apa di Nada Katakanlah (Gracia Tobing, 2019); serta Indera Kaki (Ihsan Achdiat, 2019).

Film tersebut juga akan diputar di Lobby Societet Militair Taman Budaya Yogyakarta pada 2-7 Desember 2019.

Dalam peluncuran ini, ada empat film yang diputar dengan teknologi VR (virtual reality). FFD memfasilitasi produksi dokumenter VR di empat wilayah meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat.

“Ini merupakan pengalaman pertama Saya menonton VR. Saya berada di sana, hanya berdiri, namun tidak bisa berjalan. Saya ikut menari, karena saya dapat merasakan musik dari alat yang bergetar di tangan Saya,” ungkap Zaka, salah seorang penonton, Rabu (4/12/2019).

Ismail, salah seorang mentor mengatakan, film ini dapat membuat isu disabilitas dapat dilihat, serta melalui medium VR penonton akan merasa lebih dekat.

VR merupakan sebuah teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada di dunia maya, sehingga penonton akan merasa berada di lingkungan tersebut.

Dalam diskusi tersebut, terdapat beberapa saran untuk membuat film dokumenter tentang disabilitas. Di antaranya menghadirkan sosok penyandang disabilitas secara wajar, masa lalu penyandang disabilitas tidak perlu diceritakan, serta ditekankan pula bahwa penyandang disabilitas bukan objek tapi subyek.

Aji Kusuma, salah satu pembuat film menyebut, perlu belajar untuk menjadi inklusi, serta hal yang ditampilkan dari difabel dalam frame adalah kegiatan sehari-hari. Harapannya melalui program ini, FFD mampu menjadi organisasi yang inklusif.

Vidya Windy Nurfatiar, Media Relation Coordinator FFD menyebut, program ini dikerjakan lembaganya dengan Voice Global dalam rentang 2018-2020.

The Feelings of Reality menyajikan film dengan konsep yang berbeda dari film-film yang sudah ada.

“Melalui media VR, kami mengajak para penonton untuk merasakan pengalaman yang berbeda,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait DISABILITAS atau tulisan lainnya dari Zakki Amali

tirto.id - Film
Reporter: Zakki Amali
Penulis: Zakki Amali
Editor: Abdul Aziz