tirto.id - Gender adalah perbedaan nilai serta tingkah laku dengan meninjau jenis kelamin seseorang. Lebih tepatnya, perbedaan ini mencakup sesuatu yang berbeda dalam fungsi sosial laki-laki dan perempuan.
Dalam studi gender, terdapat banyak istilah yang mendeskripsikan masalah di dalamnya. Di antaranya ada kesetaraan gender, ketidaksetaraan gender, diskriminasi gender, hingga permasalahan gender lainnya.
Intinya, gender ini mengedepankan aspek kesamaan peran antara laki-laki dan perempuan di dunia. Akan tetapi, terkadang ada beberapa permasalahan yang muncul. Sebut salah satunya adalah masalah ketidaksetaraan.
Mengutip artikel bertajuk “Pembangunan Manusia Berbasis Gender” terbitan Kemenpppa, permasalahan gender ternyata telah terjadi berkali-kali sejak dahulu dan masih menjadi fokus pembahasan negara internasional hingga saat ini.
Lantas, apa saja faktor penyebab terjadinya permasalahan gender tersebut?
Faktor Penyebab Permasalahan GenderIlustrasi Kesetaraan Gender. FOTO/iStockphoto
Permasalahan gender terjadi ketika salah satu pihak mendapatkan posisi menguntungkan dan satunya lagi tidak. Hal ini seirama dengan sejarah gender yang terjadi di negara Prancis pada abad ke-19.
Dilansir dari situs UMY, masalah gender muncul pertama kali di Prancis pada kisaran abad ke-19. Saat itu, perempuan yang bekerja diberikan upah lebih kecil dibanding pekerja laki-laki. Lantaran beban kerja mereka sama, maka upah seharusnya diberikan merata.
Selain dalam segi ekonomi, permasalah gender juga mencakup berbagai macam aspek lain. Di antaranya pernah terjadi di bidang budaya dan stereotip perempuan di sebuah lingkungan sosial.
Lebih spesifiknya, gender terjadi karena berbagai macam hal. Di antaranya ada stereotip mengenai jenis kelamin, budaya yang menganjurkan suatu hal dilakukan oleh salah satu pihak, hingga ekonomi.
Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut.
1. Stereotipe
Arti penyebab di atas adalah pandangan suatu jenis kelamin terhadap apa yang seharusnya mereka lakukan. Bukan hanya itu, penilaian status secara vertikal jenis kelamin juga terjadi dalam faktor ini.
Pandangan ini pada akhirnya menyebabkan permasalahan ketika salah satu pihak dirugikan atau direndahkan. Sebut saja contohnya terkait diskriminasi terhadap kaum perempuan.
Perempuan yang dipandang lemah di masyarakat dianggap tidak kompeten dalam menjalankan pekerjaan berat. Padahal, bisa saja di antara mereka ada individu yang memang sering berlatih sehingga terbiasa.
Dengan begitu, penilaian seharusnya bukan dilakukan secara kasat mata. Namun, diadakan melalui pengecekan kinerja atau seleksi dengan tidak memperhatikan mereka berjenis kelamin apa.
2. Kondisi sosial budaya
Dalam sebuah lingkungan, terkadang kita sering mendengar bahwa perempuan ditugaskan untuk menjaga rumah atau menjadi ibu rumah tangga. Padahal, mereka bisa melakukan hal lain seperti yang pria lakukan.
Budaya ini memang hidup di masyarakat. Oleh karena itu, perubahan yang terjadi akan menimbulkan ketidakteraturan karena dirasa tak patut. Namun, ini merupakan pilihan masing-masing individu.
Jika seorang perempuan memutuskan untuk menjadi perempuan karir, maka ia boleh saja tidak mengurusi pekerjaan di rumah. Namun, mereka yang sudah memiliki suami tentu akan punya anak dan berkewajiban untuk merawatnya.
Budaya ini memang sifatnya manusiawi, tergantung manusia tersebut ingin menjalankan kehidupan seperti apa. Jika ia terpaksa melakukan sesuatu karena diperintah orang lain, maka budaya tersebut menjadi faktor penyebab permasalahannya.
3. Ekonomi
Berbeda dari dua faktor sebelumnya yang lebih terlihat seperti kebiasaan, faktor ekonomi lebih mengarah ke penghasilan. Permasalahan gender terjadi kala upah yang diberikan ke salah satu jenis kelamin berbeda dengan jenis kelamin lain.
Biasanya, beban pekerjaan yang menjadi faktor pembeda. Bukan jenis kelamin dari seorang individu. Jika terjadi ketidakmerataan pendapatan pada posisi pekerjaan yang sama, maka muncul rasa tidak adil.
Oleh karena itu, diskriminasi terhadap salah satu pihak bisa dideskripsikan telah terjadi. Mereka yang sudah bekerja sesuai diberikan upah lebih rendah hanya karena jenis kelaminnya berbeda.
Seperti yang pernah terjadi di Prancis pada abad ke-19, tuntutan terhadap perusahaan atau negara bisa saja terjadi.
Infografik Gender
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yulaika Ramadhani