tirto.id - Bahan bakar fosil adalah sumber energi tak terbaharukan yang dihasilkan dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan jutaan tahun lalu. Fosil sendiri merujuk pada berbagai bangkai organisme yang terpendam di dalam bumi.
Sejumlah hewan, tumbuhan, maupun organisme hidup di masa lampau, banyak terkubur di kerak-kerak bumi. Adapun bahan bakar fosil baru dapat dihasilkan selama jutaan tahun, seperti dijelaskan Kandi dan Yamin dalam Energi dan Perubahaannya (2012).
Penggunaan bahan bakar fosil dalam kehidupan sehari-hari layaknya pisau bermata dua. Manusia bisa mendapatkan manfaat sebagai bentuk dampak positif dan kerugian tertentu sebagai perwujudan dampak negatif.
Perlu diketahui bahwa bahan bakar fosil tidak dapat diperbaharui secara cepat, mengingat prosesnya membutuhkan waktu panjang. Pemanfaatan pun wajib ditakar sedemikian rupa agar sumber energi tidak cepat habis.
Contoh Bahan Bakar Fosil
Beberapa contoh energi bahan bakar fosil dipisahkan berdasarkan bentuknya, seperti padat berupa batubara, minyak bumi yang cair, dan gas alam. Ketiganya mengandung karbon dan hidrogen penghasil energi, seperti dikutip National Geographic Education.
1. Batu Bara
Batu bara merupakan bahan bakar fosil yang dapat ditemukan di sejumlah endapan batuan sedimen. Komponen pembentuk contoh bahan bakar ini mencakup batu, sisa hewan, dan tumbuhan, bertumpuk berlapis-lapis.
Dikutip Libretexts, batu bara diciptakan dari rawa-rawa yang menjadi fosil beserta penumpukan alga. Proses yang dialami tumbuhan mencakup penguburan, pemanasan, dan kompresi, khususnya dalam keadaan minim oksigen.
2. Minyak Bumi
Bahan bakar fosil minyak bumi merupakan bahan cair yang awalnya diperoleh dari proses pemanasan batuan sedimen padat. Serpihan-serpihan sedimen tersebut diberikan takaran panas tertentu supaya menghasilkan minyak kental.
Namun demikian, ada pula minyak bumi yang dihasilkan dari mikroorganisme plankton purba yang ada di laut. Kemunculan sumber energi bahan bakar fosil ini hampir serupa dengan pembentukan batu bara, yakni minim oksigen.
Kekurangan oksigen membuat sistem dekomposisi terbatas, sehingga sedimen dari organisme ini mengalami temperatur dan tekanan tinggi. Fosil jutaan tahun ini pun berubah menjadi minyak bumi setelah jutaan tahun.
3. Gas Alam
Gas alam adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang biasanya ditemukan di kantong-kantong cadangan minyak tertentu. Beberapa di antaranya juga kerap diperoleh dari lapisan batuan sedimen nonminyak.
Misalnya dalam serpihan batuan tertentu, proses terlebih dahulu melewati ekstraksi “fracking” atau “rekahan hidrolik”. Ketentuan ini berlaku pula untuk ekstraksi gas alam dari berbagai pasir padat berkarbonat CO32.
Komponen utama dari bahan bakar tak terbarukan gas alam sebagian besar meliputi metana. Oleh sebab itu, beberapa gas alam juga sering didapatkan dari proses endapan batubara yang mengakibatkan kemunculan metana.
Manfaat Bahan Bakar Fosil
Ada beberapa manfaat yang ditawarkan oleh bahan bakar fosil sebagai sumber energi tidak terbarukan. Berikut daftar keuntungan yang bisa diperoleh melalui penggunaan batubara, minyak bumi, maupun gas alam.
1. Mudah disimpan dan diangkut
Berbagai jenis bahan bakar fosil bisa secara mudah disimpan maupun diangkut. Minyak bumi dan gas alam misalnya, terdapat pipa gas tertentu untuk media penyimpanan dan pengangkutannya dilakukan menggunakan tangki.Bahan bakar ini bisa disimpan dengan kurun waktu lama, seperti dikutip dari Group MET. Lewat kesederhanaan simpan dan angkutnya, persiapan untuk kebutuhan bahan bakar minyak dan gas pun dapat terus terpenuhi.
2. Harganya cenderung murah
Menurut J Cong dalam artikel “Global Journal of Petroleum Resources and Alternative Fuels” (Perspective, 2022, vol. 1, issue 2), bahan bakar fosil bermanfaat untuk kehidupan lantaran dijual terjangkau.Murahnya harga bahan bakar minyak dan gas alam terjadi karena proses panen sudah menggunakan infrastruktur yang berkembang. Kinerja yang sudah fasih perihal teknologinya ini menjadikan sumber energi lebih rendah secara nilai.
3. Lebih diandalkan dibanding sumber energi terbaharukan
Kendati murah, bukan berarti bahan bakar fosil menawarkan sejumlah manfaat yang terkesan murahan. Sebaliknya, minyak bumi, gas, dan batu bara, menjadi solusi ideal lantaran tak terpengaruh kondisi apa pun.Berbeda dengan sumber energi terbarukan, misalnya angin, di mana kondisi alam sangat mempengaruhi jumlah energi. Oleh sebab itu, bahan bakar fosil pun menjadi solusi utama untuk menghadapi berbagai cuaca.
4. Menghasilkan listrik besar untuk suatu lokasi
Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional AS atau US National Academies of Sciences, menyebutkan sekitar 81 persen penggunaan sumber energi di negaranya berasal dari bahan bakar fosil. Beberapa manfaatnya disalurkan sebagai listrik ke perumahan, sektor bisnis, maupun kendaraan.Selain itu, pengangkutan bahan bakar fosil ke daerah-daerah lain untuk menutupi kebutuhan sumber energi dapat pula dilakukan. Sebut wilayah pedalaman yang tidak terjangkau listrik, bisa memperoleh bahan bakar karena sudah diberikan bahan bakar.
5. Jumlahnya banyak
Kendati sejak awal kita sepakat bahwa sumber energi bahan bakar fosil bersifat tidak terbaharukan, tapi perlu diketahui juga bahwa kuantitasnya melimpah. Lewat proses pemanfaatan yang terorganisir, masalah kehabisan energi bisa teratasi.Seperti pisau bermata dua, jumlah yang banyak dari bahan bakar jenis ini masih menjadi polemik pada pegiat pembangunan berkelanjutan. Namun intinya, kita tetap perlu organisir yang baik agar eksistensi sumber daya tidak habis.
Dampak Bahan Bakar Fosil
Selain menawarkan manfaat, hasil penggunaan bahan bakar fosil maupun proses pemanenannya dapat menimbulkan dampak negatif tertentu. Berikut sejumlah konsekuensi jika bahan bakar jenis tersebut digunakan terus-menerus.
1. Menghasilkan Karbon Dioksida
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas karbon dioksida yang berpengaruh terhadap kondisi alam, khususnya menimbulkan efek rumah kaca. Oleh sebab itu, BBM kerap disebut sebagai penghasil polusi udara.Sementara Kerr RA dalam “Global Warming is Changing The World” (2007), menyebutkan efek rumah kaca sebagai penyebab utama pemanasan global. Dengan begitu, iklim maupun cuaca bumi pun akan menjadi lebih panas.
2. Sulfur dioksida penghasil hujan asam
Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar fosil menghasilkan emisi berupa sulfur dioksida. Zat ini mampu menimbulkan efek negatif pada kehidupan di permukaan bumi, termasuk manusia dan cuaca di sekitarnya.Jika terkena sulfur dioksida, manusia berpotensi mengalami gangguan kesulitan bernapas. Sementara efek pada lingkungan adalah terjadinya peningkatan kadar asam di suatu wilayah dan memunculkan hujan asam.
Dinukil dari Byjuz, berbagai penyakit mematikan juga kerap timbul di daerah pertambangan bahan bakar fosil. Di antaranya paru-paru hitam di sektor tambang batu bara dan terpaparnya bahan kimia maupun silika di daerah pengeboran gas.
3. Kehabisan sumber energi bahan bakar fosil
Sebagai dampak akhir dari penggunaan contoh bahan bakar fosil, kelangkaan sumber energi dapat menjadi permasalahan utama. Dampak negatif ini muncul lantaran pemanfaatan berlebihan dan melewati skala kuota.Oleh sebab itu, bahan bakar fosil wajib mendapatkan lisensi tertentu agar pemanfaatannya bisa dilakukan secara lebih optimal. Selain menerapkan sesuai kebutuhan, berbagai energi alternatif juga dapat dipakai untuk mengurangi skala pemakaiannya.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno