Menuju konten utama
Newsplus

Hemat-Hemat Konsumsi BBM lewat Mudik dengan Mobil Listrik

Sebagian pemilik mobil listrik mungkin memilih pakai kendaraan berbahan bakar minyak karena pertimbangan infrastruktur pengisian daya yang belum merata.

Hemat-Hemat Konsumsi BBM lewat Mudik dengan Mobil Listrik
Mobil Listrik Untuk Mudik. foto/istockphoto

tirto.id - Baru-baru ini, survei yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersama akademisi merekam, jumlah pemudik pada Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah diperkirakan mencapai 146,48 juta orang. Jumlah ini turun sekitar 24 persen dibanding tahun sebelumnya ,yang sebanyak 193,6 juta pemudik.

Kabiro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub, Budi Rahardjo, tak mengungkap apa sebab penurunan jumlah pemudik di Lebaran tahun ini.

Meski begitu, mobilitas masyarakat saat Lebaran 2025 tetap saja ramai. Sebab, sekitar 52 persen dari total penduduk Indonesia akan melewatkan Idul Fitri di kampung halaman, dengan puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada H-3 Lebaran atau 28 Maret 2025. Sebaliknya, puncak arus balik terjadi H+5 Lebaran atau pada 6 April 2025.

Pada puncak arus mudik, diperkirakan akan ada sekitar 16,85 juta orang atau sekitar 11,5 persen dari total penduduk yang bergerak.

“Mobil pribadi merupakan moda transportasi dengan share (proporsi) tertinggi, sebanyak 4,21 juta. Dengan asal perjalanan Jabodetabek, dengan tujuan perjalanan ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat,” ujar Menteri Perhubungan (Menhub), Dudy Purwagandhi, dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, dikutip Selasa (25/3/2025).

Melalui survei yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bersama akademisi, terekam pula bahwa 23 persen pemudik memilih menggunakan mobil pribadi untuk menunjang mobilitasnya selama Lebaran 2025. Kemudian, 16,9 persen memilih mudik menggunakan bus; 16,1 persen menggunakan kereta api; 13,5 persen menggunakan pesawat terbang; dan sisanya 8,7 persen menggunakan sepeda motor.

Sementara itu, dari jumlah pengguna mobil pribadi, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN memperkirakan, jumlah pemudik yang menggunakan mobil listrik akan ada sebanyak 21 ribu pemudik di Lebaran 2025. Jumlah tersebut melonjak lima kali lipat, dari tahun sebelumnya yang hanya ada sebanyak 4 ribu pemudik yang menggunakan mobil listrik.

Pakar Maritim dari Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC), Marcellus Hakeng Jayawibawa, menilai peningkatan pengguna mobil listrik saat mudik Lebaran 2025 akan menghemat konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Sebab, sumber energi mobil pribadi yang tadinya dipenuhi oleh bensin atau solar beralih menjadi listrik yang dayanya dipenuhi PLN.

“Namun, besaran penghematan yang terjadi sangat bergantung pada jumlah mobil listrik yang benar-benar digunakan untuk perjalanan mudik, rata-rata konsumsi BBM mobil konvensional, serta total jarak tempuh pemudik,” ujar dia kepada Tirto, dikutip Rabu (26/3/2025).

Penghematan BBM secara kuantitatif dapat dihitung menggunakan beberapa asumsi. Pertama, jika jumlah mobil listrik yang digunakan untuk mudik meningkat lima kali lipat mencapai sekitar 50.000 unit, dengan asumsi bahwa setiap mobil konvensional rata-rata mengonsumsi 1 liter BBM per 10 km dan menempuh jarak mudik sekitar 500 km, total konsumsi BBM yang bisa dihemat adalah 2,5 juta liter.

Dus, jika harga BBM subsidi, misalnya Pertalite sekitar Rp10.000 per liter, maka penghematan dari sisi biaya bahan bakar yang digelontorkan pemerintah bisa mencapai Rp25 miliar.

“Angka ini bisa lebih besar jika jumlah mobil listrik yang digunakan lebih banyak dan rute yang ditempuh lebih panjang,” tambah Hakeng.

Sebaliknya, jika ternyata tidak terjadi penghematan BBM secara signifikan, salah satu faktor penyebabnya bisa mencakup proporsi mobil listrik yang masih relatif kecil dibandingkan total kendaraan pemudik. Apalagi, meskipun jumlahnya meningkat, mayoritas pemudik masih menggunakan kendaraan berbahan bakar fosil, baik mobil pribadi, bus, maupun sepeda motor.

Selain itu, sebagian pemilik mobil listrik mungkin tetap memilih menggunakan kendaraan berbahan bakar minyak karena pertimbangan infrastruktur pengisian daya yang belum merata atau kekhawatiran akan keterbatasan jarak tempuh dalam perjalanan jauh.

Apalagi, keberlanjutan tren penggunaan mobil listrik saat mudik Lebaran akan sangat bergantung pada kesiapan infrastruktur, termasuk ketersediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dan Home Charging Service (HCS) di tempat tujuan.

“Keputusan masyarakat untuk menggunakan atau tidak menggunakan mobil listrik saat mudik dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik bersifat teknis, ekonomi, psikologis, maupun kebijakan pemerintah. Dalam konteks ini, pemahaman terhadap preferensi dan hambatan yang dihadapi pemudik menjadi kunci dalam mempercepat transisi energi di sektor transportasi nasional,” jelas Hakeng.

Jika demikian, jelas salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat untuk menggunakan mobil listrik adalah efisiensi biaya operasional. Dibandingkan dengan mobil berbahan bakar minyak, mobil listrik memiliki biaya energi yang lebih rendah, terutama jika pengisian daya dilakukan di rumah sebelum perjalanan dimulai.

Apalagi, jika pemudik dapat manfaatkan mode berkendara hemat energi (eco mode) yang tersedia di sebagian besar mobil listrik modern. Setidaknya, konsumsi daya dapat ditekan hingga 10-15 persen saat mode ini diaktifkan, yang kemudian membuat jarak tempuh kendaraan menjadi lebih jauh tanpa harus sering-sering mengisi ulang daya baterai.

“Mode ini dirancang untuk mengoptimalkan efisiensi baterai dengan cara membatasi akselerasi, mengurangi kecepatan maksimal, dan mengoptimalkan regenerasi energi saat pengereman. Hindari kebiasaan mengemudi agresif seperti akselerasi mendadak atau pengereman keras, karena kedua hal tersebut dapat meningkatkan konsumsi daya secara signifikan,” saran pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, kepada Tirto, ditulis Rabu (26/3/2025).

Selain itu, pengguna mobil listrik juga dapat memanfaatkan teknologi regenerative braking (pengereman regeneratif) yang ada di sebagian besar kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Teknologi ini mengubah energi kinetik dari pengereman menjadi energi listrik yang dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai.

Dengan cara ini, setiap kali pengemudi melepas pedal gas atau melakukan pengereman, energi akan dikembalikan ke baterai. Sehingga jarak tempuh kendaraan dapat bertambah secara signifikan. Disiplin dalam menggunakan teknologi ini dapat mengurangi frekuensi pengisian ulang baterai di SPKLU.

“Untuk memaksimalkan manfaatnya, atur level regenerasi ke tingkat tertinggi yang nyaman untuk kita,” imbuhnya.

Lebih penting, Yannes juga menyarankan agar pemudik yang menggunakan mobil listrik dapat memastikan terlebih dulu bahwa baterai dalam kondisi prima sebelum berangkat, dengan melakukan pengecekan rutin. Selain itu, hindari membiarkan baterai benar-benar kosong atau terlalu penuh (100 persen) dalam waktu lama, karena hal ini dapat memengaruhi umur pakai baterai. Idealnya, isi baterai hingga 80-90 persen sebelum berangkat dan mulai mengisi ulang ketika indikator daya mencapai sekitar 30 persen.

“Strategi ini tidak hanya menghemat energi, tetapi juga melindungi kinerja baterai dalam jangka panjang. Gunakan charger portabel sebagai cadangan darurat. Meskipun kapasitasnya terbatas, portable charger dapat membantu kita mencapai SPKLU terdekat jika baterai hampir habis di area minim infrastruktur pengisian daya,” jelasnya.

Sementara itu, sebagai antisipasi atas prediksi peningkatan pengguna mobil listrik saat mudik Lebaran 2025, PLN telah meningkatkan jumlah SPKLU hingga 3.558 unit yang tersebar di 2.412 titik strategis di seluruh wilayah Indonesia. Dengan 1.000 unit SPKLU di antaranya berada di 615 titik lokasi sepanjang ruas jalur Tol Trans Jawa dan Sumatera.

Selain itu, peningkatan jumlah SPKLU hingga 7,5 kali lipat di titik-titik berokupansi tinggi seperti di sepanjang ruas Tol Trans Jawa, khususnya di wilayah Cirebon, Tegal, Pekalongan, Batang, Semarang, hingga Madiun. Kata Vice President Komunikasi Korporat PLN, Grahita Muhammad, wilayah-wilayah tersebut menjadi titik favorit bagi pemudik untuk mengisi daya kendaraan listrik.

“Hal ini guna mengantisipasi antrian pengisian daya di SPKLU pada jalur mudik tersebut,” kata dia, dalam keterangannya kepada Tirto, dikutip Sabtu (22/3/2025).

Selain itu, PLN juga menyiagakan lebih dari 6.000 personel yang siap melayani kebutuhan pengisian kendaraan listrik 24 jam penuh pada masa siaga Ramadhan dan Idulfitri 1446 Hijriah, mulai tanggal 17 Maret 2025 sampai dengan 11 April 2025. Pada saat yang sama, PLN juga menyediakan 12 unit SPKLU Mobile yang bersiaga jika ada pengguna kendaraan listrik kehabisan daya di sepanjang jalan Tol Trans Jawa dan Sumatra.

Bukan hanya itu, bagi pengguna kendaraan listrik yang membutuhkan bantuan, cukup melapor melalui aplikasi PLN Mobile atau hotline layanan SPKLU, melalui nomor WhatsApp 08777-11-12-123 yang bisa diakses kapanpun dan di manapun selama 24 jam penuh.

“Berbagai kemudahan ini diharapkan dapat semakin memberikan kenyamanan bagi pemudik yang menggunakan kendaraan listrik tanpa perlu khawatir kehabisan daya di tengah jalan selain tentunya biaya konsumsi bahan bakar yang jauh lebih irit,” tambah Grahita.

Bagaimana tidak, dengan tarif listrik di SPKLU sebesar Rp2.466 per kilowatt per jam (kilowatt per hour/kWh), biaya per kilometer yang harus ditanggung pengguna mobil listrik hanya berkisar Rp379. Jauh lebih murah ketimbang mobil berbahan bakar bensin yang sebesar Rp1.300, dengan estimasi harga bensin Rp13.000 per liter.

Biaya ini bisa semakin ringan dengan melakukan pengisian daya di rumah melalui layanan HCS, dengan tarif listrik Rp1.777 (estimasi daya 7.700 VA). Tarif tersebut belum termasuk diskon tarif sebesar 30 persen untuk pengisian daya mulai pukul 22.00–05.00 WIB yang diberikan PLN kepada para pengguna mobil listrik yang menginstal HCS di rumah.

Soal HCS, menurut Grahita, per Februari 2025 sudah dirasakan layanannya oleh 32.463 ribu pelanggan.

“Untuk semakin memudahkan pengguna kendaraan listrik, hingga Juni 2025 PLN memberikan promo tambah daya dan pasang baru layanan Home Charging Services. Bagi pelanggan yang ingin melakukan tambah daya untuk layanan Home Charging Services 1 fasa hingga daya 11.000 VA (Volt Ampere), pelanggan cukup membayar Rp150.000 dan Rp450.000 untuk 3 fasa hingga daya 16.500 VA,” jelas dia.

Sementara khusus untuk pasang baru layanan Home Charging Services 1 fasa, dengan daya maksimal 7.700 VA, pelanggan hanya perlu membayar Rp850.000 serta Rp3.500.000 untuk pasang baru 3 fasa dengan maksimal daya 13.500 VA.

“Pengajuan Home Charging Services ini dapat dilakukan melalui aplikasi PLN Mobile,” imbuh Grahita.

Terlepas dari itu, dia menyarankan agar para pemudik yang menggunakan mobil listrik perlu terlebih dulu merencanakan perjalanannya dengan baik sebelum berangkat. Dalam hal ini, pemudik dapat menggunakan layanan Trip Planner pada menu Electric Vehicle Digital Services (EVDS) di Aplikasi PLN Mobile.

Pada fitur tersebut, pengguna EV yang ingin mudik, bisa memasukkan lokasi tujuannya dan sistem akan merekomendasikan di mana saja lokasi SPKLU yang tepat untuk dikunjungi sesuai dengan kondisi kendaraannya masing-masing. Selain itu, fitur ini juga dapat melihat mana SPKLU yang tersedia untuk digunakan, sehingga bisa menghindari antrian pengisian daya kendaraan listrik.

“Pengguna EV juga dapat menentukan di SPKLU mana akan melakukan pengisian daya sembari beristirahat di tengah perjalanan. Dengan menggunakan SPKLU Ultra-Fast Charging, dari kondisi nol persen, pengguna EV cukup mengisi daya selama 30 menit, baterai akan terisi penuh,” ucapnya.

Pada kesempatan terpisah, Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, mengatakan, pemerintah telah memprediksi adanya lonjakan hingga 5 kali lipat dari pemudik yang menggunakan kendaraan listrik pada tahun ini. Karenanya, pihaknya telah menginstruksikan PLN untuk memastikan ketersediaan unit SPKLU yang secara teknis telah disesuaikan dengan berbagai jenis colokan charger masing-masing pabrikan kendaraan listrik yang ada di Tanah Air.

”Jadi, untuk kesiapan dari sisi teknis, itu justru sudah menyesuaikan dengan standar kendaraan listrik yang ada,” kata Yuliot, dalam keterangannya, dikutip Rabu (26/3/2025).

Selain itu, untuk mengamankan pasokan listrik dan layanan SPKLU di Jawa Tengah, wilayah terbesar tujuan pemudik. PLN menyiagakan total 4.081 personel yang dibekali peralatan lengkap berupa 97 unit genset, 158 unit gardu bergerak, 43 unit Uninterruptible Power Supply (UPS), 316 unit mobil, 439 unit Motor, 75 unit kabel bergerak, dan 74 unit Crane.

Sebagai informasi, berikut daftar SPKLU low charging, fast charging, dan ultra-fast charging yang terdapat di sepanjang Tol Trans Jawa:

Ruas Jabodetabek: Tol Jagorawi

- Rest Area KM 10A Tol Jagorawi - Besar kWh: DC 60 kW

- Rest Area KM 21B Tol Jagorawi - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 45A Tol Jagorawi – Besar kWh: DC 60 kW

Tol Jakarta – Tangerang

- Rest Area KM 13A Tol Jakarta-Tangerang - Besar kWh: DC 60 kW

- Rest Area Km 14B – Besar kWh: AC dan DC 82,5 kW

Tol Jakarta – Cikampek

- Rest Area KM 6B Tol Jakarta-Cikampek - Besar kWh: AC 22 kW dan DC 25 kW dan DC 200 kW

- Rest Area KM 19A Tol Jakarta-Cikampek - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 24 kW

- Rest Area KM 19B Tol Jakarta-Cikampek - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 24 kW

- Rest Area KM 39A Tol Jakarta-Cikampek - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 42B Tol Jakarta-Cikampek - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 52B Tol Jakarta-Cikampek - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 57A Tol Jakarta-Cikampek - Besar kWh: AC 22 kW, DC 50 kW, dan DC 200 kW

- Rest Area KM 62B Tol Jakarta-Cikampek > Besar kWh: AC 22 kW, DC 50 kW, dan DC 200 kW

Ruas Cipularang dan Padaleunyi: Tol Cipularang

- Rest Area KM 72A Tol Cipularang - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 24 kW

- Rest Area KM 72B Tol Cipularang - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 24 kW

- Rest Area KM 88A Tol Cipularang - Besar kWh: AC 22 kW, DC 200 kW, DC 50 kW, DC 24 kW, dan DC 100 kW

- Rest Area KM 88B Tol Cipularang - Besar kWh: AC 22 kW, DC 200 kW, DC 50 kW, dan DC 24 kW

- Rest Area KM 97B Tol Cipularang - Besar kWh: DC 60 kW

- Rest Area KM 125B Tol Cipularang – Besar kWh: DC 120 kW

Tol Padaleunyi

- Rest Area KM 147A Tol Padaleunyi - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 200 kW

- Rest Area KM 149B Tol Padaleunyi - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 24 kW

Ruas Palikanci & Batang – Semarang: Tol Palikanci

- Rest Area KM 207A Tol Palikanci - Besar kWh: DC 50 kW, DC 50kW, DC 100 kW, AC 22 kW dan DC 66 kW

- Rest Area KM 208B Tol Palikanci – Besar kWh: DC 50 kW, DC 50 kW dan DC 24 kW

Tol Batang-Semarang

- Rest Area KM 360B Tol Batang-Semarang - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 379A Tol Batang-Semarang - Besar kWh: AC 7,4 kW, DC 200 kW, DC 200 kW, DC 100 kW, AC 22 kW dan DC 66 kW

- Rest Area KM 389B Tol Batang-Semarang - Besar kWh: AC 7,4 kW, DC 50 kW, DC 100 kW dan AC 22 kW

- Rest Area KM 391A Tol Batang-Semarang - Besar kWh: DC 50 kW

Ruas Semarang Seksi A, B, C & Semarang - Solo

Tol Semarang

- Rest Area KM 424B Tol Semarang Seksi A, B, C – Besar kWh: DC 50 kW

Tol Semarang – Solo

- Rest Area KM 429A Tol Semarang-Solo - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 439A Tol Semarang-Solo - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 444B Tol Semarang-Solo - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 200 kW

- Rest Area KM 456B Tol Semarang-Solo - Besar kWh: AC 7,4 kW

- Rest Area KM 487A Tol Semarang-Solo - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 487B Tol Semarang-Solo - Besar kWh: DC 50 kW

Ruas Solo - Ngawi – Kertosono: Tol Solo – Ngawi

- Rest Area KM 519A Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW, DC 50 kW dan DC 24 kW

- Rest Area KM 519B Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW, DC 50 kW, dan DC 24 kW

- Rest Area KM 538A Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 22 kW

- Rest Area KM 538B Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 22 kW

- Rest Area KM 575A Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW, DC 22 kW, DC 100 kW, dan AC 22 kW

- Rest Area KM 575B Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW, DC 22 kW, DC 100 kW, dan AC 22 kW

Ruas Tol Ngawi – Kertosono: Tol Solo – Ngawi

- Rest Area KM 519A Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 24 kW

- Rest Area KM 519B Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 24 kW

- Rest Area KM 538A Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 22 kW

- Rest Area KM 538B Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 22 kW

- Rest Area KM 575A Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 22 Kw

- Rest Area KM 575B Tol Solo-Ngawi – Besar kWh: DC 50 kW dan DC 22 kW

Tol Ngawi – Kertosono

- Rest Area KM 597A Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW, DC 22 kW, DC 100 kW dan AC 22 kW

- Rest Area KM 597B Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: DC 50 kW dan DC 22 kW

- Rest Area KM 626A Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: AC 22 kW dan DC 200 kW

- Rest Area KM 626B Tol Solo-Ngawi - Besar kWh: AC 22 kW dan DC 200 kW

- Ruas Surabaya – Mojokerto, Surabaya – Gempol, Pandaan – Malang, dan Gempol – Pasuruan

Tol Surabaya – Mojokerto

- Rest Area KM 725A Tol Surabaya-Mojokerto - Besar kWh: DC 50 kW, DC 100 KW dan AC 22 kW

- Rest Area KM 726B Tol Surabaya-Mojokerto – Besar kWh: DC 50 kW

Tol Surabaya-Gempol

- Rest Area KM 753B Tol Surabaya-Gempol - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 754A Tol Surabaya-Gempol – Besar kWh: DC 50 kW

Tol Pandaan – Malang

- Rest Area KM 66A Tol Pandaan-Malang - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 66B Tol Pandaan-Malang - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 84A Tol Pandaan-Malang – Besar kWh: DC 50 kW

Tol Gempol – Pasuruan

- Rest Area KM 792A Tol Gempol-Pasuruan - Besar kWh: DC 50 kW

- Rest Area KM 792B Tol Gempol-Pasuruan - Besar kWh: DC 50 kW

Baca juga artikel terkait MOBIL LISTRIK atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - News
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Farida Susanty