Menuju konten utama

3 Cara Latihan Pernapasan untuk Pasien COVID-19 Selain Proning

Selain proning masih ada 3 teknik latihan pernapasan lainnya yang bisa dilakukan oleh pasien COVID-19 untuk membantu kinerja paru dalam mengikat oksigen.

3 Cara Latihan Pernapasan untuk Pasien COVID-19 Selain Proning
Ilustrasi teknik proning yang digunakan untuk pasien COVID-19 (ANTARA/Kementerian Kesehatan India)

tirto.id - Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Akademik UGM dr. Astari Parnindya Sari mengatakan bahwa posisi tengkurap atau teknik proning bisa menjadi pertolongan pertama bagi seseorang yang mengalami sesak napas, termasuk pasien COVID-19.

"Posisi prone bisa membantu menaiKkan saturasi oksigen dalam tubuh. Namun, kita tetap harus memperhatikan berapa target oksigen minimal pasien," kata dia melansir laman Antara.

Meski prone bisa membantu menaikkan saturasi, menurut dia, jika masih terlalu jauh dari target saturasi minimal, maka tetap membutuhkan tambahan oksigen.

Astari menjelaskan posisi prone dianjurkan untuk memaksimalkan fungsi paru bagian belakang atau yang berada pada bagian punggung. Pasalnya, saat tidur dalam posisi terlentang fungsi paru di bagian punggung cenderung kurang bekerja secara maksimal.

Namun, ternyata, selain "proning" masih ada beberapa teknik latihan pernapasan lainnya yang bisa dilakukan oleh pasien COVID-19 saat sedang menjalani perawatan atau isolasi mandiri untuk membantu kinerja paru-paru dalam mengikat oksigen.

Dokter Amien Suharti dari Unit Rehabilitasi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) mengatakan ada tiga jenis latihan pernapasan selain "proning" yang bisa dilakukan, yaitu.

1. Latihan pernapasan diafragrma

Latihan pernapasan diafragrma bisa dilakukan pasien isolasi mandiri dengan cara duduk atau pun sedikit berbaring di kasur dengan posisi kepala lebih tinggi dari tubuh.

Latihan dimulai dengan menaruh satu telapak tangan di bagian dada, dan satu telapak tangan di bagian perut. Lalu setelah tarik napas menggunakan hidung dan alirkan ke arah perut sehingga pada saat proses inspirasi (menarik napas) udara masuk ke bagian perut sehingga bagian perut membesar.

Perlahan lakukan ekspirasi atau membuang napas melalui mulut secara perlahan hingga perut mengempes, latihan ini bisa dilakukan 5-10 menit.

“Selain otot- otot yang biasa digunakan untuk bernapas, tubuh kita memiliki otot di bawah bagian paru-paru bernama otot diafragma. Letaknya ada di bagian atas perut. Otot ini punya ukuran besar dan memiliki peranan besar dalam proses bernapas. Pernapasan diafragrma ini mengikat lebih banyak oksigen sehingga itu adalah alasan mengapa saat kita bernapas menggunakan otot perut bisa tahan napas lebih panjang,” kata dokter Amien melansir laman Antara.

2. Latihan pernapasan pengembangan dada atau dinding dada.

Teknik latihan pernapasan pengembangan dada bisa menjadi pilihan latihan pernapasan bagi ibu hamil yang memiliki kesulitan untuk bergerak banyak atau pun tidak bisa melakukan posisi tengkurap.

“Rongga dada ini kalau diumpamakan itu seperti sangkar untuk paru- paru, melatih pernapasan pengembangan dada ini melatih juga rongga dada menjadi lebih lebar sehingga paru-paru bisa ikut terbuka lebih lebar lagi dan semakin banyak oksigen yang masuk,” kata dokter Amien.

Untuk melakukan latihan pernapasan pengembangan dada, pasien isolasi mandiri bisa melakukannya sembari duduk. Rentangkan tangan ke sisi kanan dan kiri pada saat mengambil nafas menggunakan hidung.

Tarik tangan ke bagian dalam saat membuang napas secara perlahan dan dilakukan beberapa kali hingga rasa sesak di dada bisa teratasi.

Tidak hanya untuk ibu hamil, latihan ini juga cocok untuk orang yang baru selesai melakukan operasi caesar atau operasi di bagian perut.

3. Latihan pernafasan dengan teknik pursed lip breathing

Latihan ketiga yang bisa anda lakukan dan bisa dibilang paling mudah dibanding dua latihan sebelumnya adalah latihan pernapasan dengan teknik pursed lip breathing.

Jika pada dua latihan sebelumnya anda memperbesar kapasitas paru-paru saat mengambil napas, maka pada latihan ketiga ini anda diajak untuk berlatih mengelola (memanajemen) pembuangan napas sehingga memperpanjang proses pengambil napas.

“Tarik napas dilakukan pasien seperti biasa menggunakan hidung, baru pada saat mengeluarkan napas bibirnya dikerucutkan lalu hembuskan napas lewat mulut seperti sedang meniup tapi dibuangnya perlahan-lahan. Ini adalah latihan agar pasien bisa mengeluarkan napas lebih panjang, selain itu proses menghirup udara pun menjadi lebih mudah. Lakukan berulang hingga rasa sesak hilang,” ujarnya.

Ketiga langkah teknik pernapasan itu bisa dilakukan secara kombinasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan diharapkan tidak dilakukan secara berlebihan agar tidak menimbulkan keluhan lain pada saat pasien menjalani isolasi mandiri.

Ketiga teknik ini pun sebenarnya tidak hanya bisa dilakukan oleh pasien COVID-19 tapi juga bisa dilakukan oleh pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma sehingga bisa melatih kapasitas paru-parunya dengan baik.

Sebelumnya, teknik pernapasan “proning” akhir- akhir ini menjadi primadona karena dikenalkan kepada pasien COVID-19 untuk bisa memaksimalkan kerja paru-paru dengan metode yang didominasi gerakan tengkurap.

Dengan melatih kapasitas paru-paru, masyarakat atau pasien COVID-19 yang melakukan latihan pernapasan bisa mendapatkan oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh dan tetap menjaga tubuh bisa bekerja dengan baik untuk pemulihan di kala sakit.

Baca juga artikel terkait MANFAAT PRONING atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Addi M Idhom

Artikel Terkait