Menuju konten utama

147 WNI Bertahan di Lebanon usai 2 Kali Ledakan Alat Elektronik

Pemerintah Indonesia berharap agar para WNI di Lebanon yang masih bertahan untuk pulang jika situasi konflik memanas.

147 WNI Bertahan di Lebanon usai 2 Kali Ledakan Alat Elektronik
Menteri Kesehatan Lebanon Firas Al-Abiad pada Selasa (17/9/2024), menyatakan sembilan orang, termasuk seorang anak, tewas dalam ledakan massal perangkat komunikasi nirkabel yang dikenal sebagai penyeranta (pager) di sejumlah wilayah di Lebanon. / ANTARA/Anadolu/py

tirto.id - Sedikitnya 147 warga negara Indonesia (WNI) masih bertahan di Beirut, Lebanon di tengah ketegangan imbas ledakan alat elektronik berupa pager pada hari Selasa (17/9/2024) dan walkie-talkie serta panel surya pada hari Rabu (18/9/2024). Para WNI yang masih bertahan mayoritas adalah mahasiswa yang khawatir tidak dapat kembali ke Lebanon untuk menyelesaikan studi mereka.

Mengutip dari VOA Indonesia, Kamis (19/9/2024), pemerintah Indonesia mulai mengevakuasi WNI setelah Lebanon menetapkan status Siaga I pada 4 Agustus 2024 lalu imbas serangan Israel ke dekat Kota Beirut yang menewaskan Panglima Hizbullah, Fuad Shukur. Setidaknya 25 WNI sudah kembali ke tanah air lewat upaya evakuasi, tetapi masih ada 147 WNI yang bertahan, termasuk sekitar 40 lebih mahasiswa Indonesia.

Salah satu mahasiswa WNI asal Aceh, Ilham Akbar, memilih bertahan di Lebanon demi menyelesaikan studi pascasarjana Ilmu Fiqih Muqaran di Beirut Islamic University, Beirut, Lebanon.

“Sekarang ini kebanyakan mahasiswa Indonesia ada di tahun akhir, jadi mereka khawatir jika harus dievakuasi, tapi kondisi belum benar-benar genting, mereka akan susah kembali ke Lebanon," kata Ilham dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (19/9/2024).

Ilham, yang juga anggota Dewan Konsultan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Beirut, mengungkapkan dilema mereka di tengah masa studi. Ia mengaku ada keengganan kehilangan izin tinggal saat menyelesaikan studi.

“Kami di sini mendapat izin tinggal yang setiap tahun diperbarui. Jika kita keluar dari Lebanon, kita diberi waktu enam bulan untuk memperpanjang izin tinggal. Tapi jika sudah lebih dari enam bulan, izin tinggal itu hangus, dan untuk masuk kembali harus apply visa. Mendapatkan visa ke Lebanon ini sangat sulit, terutama bagi mahasiswa. Jadi mereka yang sudah mendapatkan visa, izin tinggal dan identitas lain, mereka bisa dibilang orang-orang yang beruntung. Mereka enggan pulang jika harus kehilangan izin tinggal untuk menyelesaikan studi [….] Jadi bukannya kami tidak takut, tapi jika situasi belum terlalu genting, lebih baik kami bertahan," kata Ilham.

Kuasa Usaha ad-interim KBRI Beirut, Yosi Aprizal, mengatakan, kondisi keamanan Lebanon sebelum serangan Israel pada 30 Juli lalu, yang menewaskan Fuad Shukur, mulai membaik. Akan tetapi, ledakan dua hari terakhir memicu amarah di Lebanon. apalagi ledakan alat elektronik sudah menelan korban sedikitnya 21 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang dalam dua hari.

“Insiden dalam dua hari ini tentu saja menimbulkan kemarahan banyak orang di Lebanon karena yang menjadi korban bukan hanya para pejuang Hizbullah, tetapi juga warga sipil yang sedang melintas, tidak mengetahui ada piranti yang jadi target. Bahkan ada anak-anak yang menjadi korban. Tentu kondisi ini mengkhawatirkan,” kata Yosi.

Yosi mengaku, ada 1 WNI menjadi korban dalam ledakan tersebut. Ia mengatakan, WNI tersebut luka ringan akibat dekat dengan salah satu lokasi ledakan pager, "tetapi hari ini kondisinya sudah pulih," kata Yosi.

Yosi memahami pertimbangan 147 WNI masih tetap bertahan di Lebanon. Akan tetapi, pemerintah berharap agar para WNI berkenan kembali ke Indonesia jika situasi memburuk, terutama menjelang tanggal 7 Oktober yang bertepatan 1 tahun serangan kelompok militer Hamas ke wilayah selatan Israel dan berimbas perang Gaza.

“Kewajiban kita tentu memberi perlindungan warga. Kita sudah memberikan opsi karena tidak bisa memaksa. Kita sudah menyerukan agar bersedia dievakuasi, tetapi banyak yang bertahan dan akhirnya menandatangani ‘Surat Pertanggungjawaban Mutlak’ tidak bersedia dievakuasi sehingga keselamatan mereka pun menjadi tanggungjawab pribadi. Tetapi tentu saja kami tetap melakukan pendekatan dan mendorong agar mereka bersedia dipulangkan ke tanah air,” kata Yosi.

Sumber: VOA Indoenesia

#voaindonesia

Baca juga artikel terkait LEDAKAN LEBANON atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz