tirto.id -
"Untuk kasus DKI Jakarta masih tertinggi yaitu positif 321 pedagang, meninggal 1 di 51 pasar," kata Ketua Umum DPP IKAPPI, Abdullah Mansuri melalui keterangan tertulisnya, Selasa (15/9/2020).
Kondisi tersebut semakin menjadi pukulan berat bagi pedagang di saat mereka mengalami tekanan daya beli masyarakat yang menurun secara terus-menerus.
Seminggu terakhir saja, IKAPPI mencatat penurunan omzet pedagang kami hingga 60 sampai 70 persen dan dipaksa harus terus bertahan dalam kondisi seberat ini.
"Data ini merupakan pukulan berat bagi kami," ucapnya.
Saat ini, klaim dia, IKAPPI tengah melakukan edukasi secara persuasif, bukan menakut-nakuti pedagang pasar. Seperti menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan bagi para pedagang pasar.
Misalnya, pedagang akan rugi apabila tidak menerapkan protokol kesehatan dan ditemukan kasus positif COVID-19 di pasar. Sehingga mengakibatkan pasar tutup sementara waktu, lalu pedagang yang positif harus melakukan isolasi selama dua minggu dan tak bisa berjualan.
Oleh karena itu, Abdullah berpesan agar para pedagang saling menjaga diri dan saling mengingatkan apa dampak dari COVID-19 ini. Pasalnya, apabila satu orang terpapar COVID-19, semua pedagang terkena imbasnya.
"Kami sedang dalam proses ulang melakukan edukasi berupa edaran dan sosialisasi melalui perwakilan-perwakilan IKAPPI di seluruh Indonesia," tuturnya.
IKAPPI juga meminta semua pihak ikut berpartisipasi dan berperan aktif untuk membantu pedagang pasar bangkit dari keterpurukan ini. Termasuk membantu agar kesehatan pedagang dan keamanan pembeli dapat terjaga dengan baik, sehingga omset pedagang berangsur membaik.
"Kami juga berharap pemerintah pusat lebih fokus memperhatikan kami melalui program-program pemberdayaan, stimulus permodalan atau bantuan lain yang dapat meringankan beban pedagang dan pedagang tetap terus bisa berdagang untuk mendistribusikan pangan bagi masyarakat," ujarnya.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Maya Saputri