Menuju konten utama

1.300 Pekerja Tol Kena Dampak Elektronifikasi

Para pekerja di gardu tol itu nantinya diarahkan untuk alih profesi.

1.300 Pekerja Tol Kena Dampak Elektronifikasi
Pengendara memasuki pintu Tol Bekasi Barat, ruas Tol Jakarta-Cikampek, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (18/10). PT Jasa Marga akan memberlakukan tarif tol baru di ruas Tol Jakarta-Cikampek pada 22 Oktober 2016. ANTARA FOTO/Risky Andrianto.

tirto.id - Elektronifikasi jalan tol akan menyebabkan para pekerja gardu kehilangan pekerjaannya. Namun, PT Jasa Marga (Persero) Tbk menegaskan tidak akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap para karyawannya yang bertugas di gardu tol.

Menurut Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum PT Jasa Marga Kushartanto Koeswiranto, para pekerja yang tugasnya akan tergantikan oleh pemberlakukan elektronifikasi jalan tol akan diarahkan untuk alih profesi.

Kendati tidak menyebutkan secara detail, namun Kushartanto mengklaim ada sekitar 1.300 pekerja yang terkena dampak.

Jumlah tersebut sudah termasuk karyawan dari sejumlah anak perusahaan Jasa Marga, seperti PT Jasa Layanan Operasi dan PT Jalan Tol Lingkar Luar, serta bisa sewaktu-waktu berkurang maupun bertambah.

“Semua terkena dampak. Tapi kalau di Jasa Marga kita lakukan alih profesi,” kata Kushartanto seusai jumpa pers, Jumat (13/10/2017).

Kushartanto mengatakan, dari sekitar 1.300 orang itu, setidaknya akan ada 500 orang di antaranya yang lebih memilih berwiraswasta. Sedangkan sisanya diprediksi memilih untuk tetap bekerja di Jasa Marga, namun berpindah ke divisi lain.

“Makanya dari awal, ini pilihan. Kalau mau daftar [lowongan kerja lain di Jasa Marga], silakan daftar. Kalau enggak mau semua, memilih berdiam di kantor, komitmen kita kan enggak ada PHK. Jadi ya silakan tetap di kantor,” jelas Kushartanto.

Kushartanto menyatakan Jasa Marga telah mensosialisasikan rencana alih profesi tersebut kepada para karyawannya. Bahkan, Jasa Marga juga telah membuat sistem internal yang dinilai memudahkan para karyawan untuk memilih karier mereka selanjutnya.

“Kalau memilih A-Life 1, berarti [dipindahkan] ke induk, cabang, atau posisi-posisi yang ada. Apabila mau berwiraswasta, ya silakan karena kami juga ada paketnya, yang mana berarti Anda mengambil program pensiun dini,” ungkap Kushartanto.

Apabila karyawan memutuskan tetap berkarier di sektor yang terkait dengan jasa layanan jalan tol, Kushartanto mengklaim Jasa Marga tetap menyediakan pilihan.

“Tenaga mereka juga bisa untuk menutupi kebutuhan tol-tol baru. Di 2017 ini ada 6 ruas tol baru dibuka,” ucap Kushartanto lagi.

Guna menyediakan wadah bagi karyawannya yang berniat wiraswasta, Jasa Marga bakal mulai memberikan pelatihan per Senin (16/10) mendatang.

“BUMN (Badan Usaha Milik Negara) kan punya program CSR [corporate social responsibility], kita arahkan untuk proses seleksinya. Anda ingin bisa jadi pengusaha, kita ajari untuk jadi pengusaha,” kata Kushartanto.

Tak hanya sekadar menyediakan wadah yang dinamakan Jasa Marga Learning Institute, Kushartanto juga mengungkapkan bahwa Jasa Marga melakukan sinergi dengan Kementerian Tenaga Kerja untuk menyediakan solusi. Salah satunya dengan memberikan pembekalan.

Masih dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Serikat Karyawan Jasa Marga (SKJM) Muhammad Kusnadi menekankan bahwa memang tidak ada PHK terhadap karyawan yang bertugas di jalan tol. Menurut Kusnadi, dampak transaksi nontunai tidak seharusnya membuat para karyawan berhenti mengembangkan diri.

“Jadi pada prinsipnya, SKJM tetap mengawal prosesi ini sebagai akibat dari teman-teman yang terkena dampak transaksi nontunai,” ujar Kusnadi.

Baca juga artikel terkait TRANSAKSI NONTUNAI atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto